Yang Tercinta

By Fern1023

51.6K 3.3K 71

Esme Leony, siswi SMA berusia 17 tahun. Dia merupakan siswi yang berprestasi. Hanya saja, kenakalannya itu la... More

Character
Chapter 1
Character (2)
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Character (3)
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Character (4)
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Character (5)
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Character (6)
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Epilog

Chapter 9

1K 78 1
By Fern1023


*

Aku tahu aku jatuh cinta padamu karena kenyataanku akhirnya lebih indah dari mimpiku.

*

"Hahahh... mampus juga mereka!"

"'Masa18' dilawan, salah besar"

"Sentil dikit aja langsung tumbang!"

"Hm... beraninya main kotor"

Begitulah sumpah serapah yang mereka katakan. Jatno dan yang lain segera menaiki motornya, sedangkan Takia hanya diam di tempat karna tak tahu harus berbuat apa.

"Jadi, gimana?"

Tanya Nawal pada mereka.

"Sudah pastilah, 'Masa18' selalu menang!"

Balas Jatno yang diangguki semua anggota 'Masa18'.

"Oh ya, kalian gak papa kan?"

Tanya Latif pada dua orang yang disandra tadi, Takia dan laki-laki yang diketahui bernama Urianto.

"Gue gak papa, sory udah buat kalian jadi kesusahan gini"

"G-gua juga, thanks udah selamatin kami"

"Hahahahh, sans aja. Kita semua kan saling ngelindungi, sekalian juga buat anak 'Salstreet' kapok karna perbuatannya"

Ucap Muzaffar membuat yang lain tersenyum juga terkekeh.

"Udah. Kalian semua boleh balik"

Ucap Esme yang kemudian anggota 'Masa18' berangsur bubar dari sana.

Sebelum Nawal pergi dari sana, ia menoleh ke arah Takia yang terlihat sulit berjalan karena kakinya terluka.

"Naik"

Ucap Nawal pada Takia.

"G-gua?"

Pertanyaan polos dari Takia keluar dari mulutnya dan membuat Nawal menatap Takia dingin.

"Ee... gua naik taksi aja"

"Cepat naik"

Ujar Nawal lagi dengan nada tak terbantahkan. Takia pun berjalan ke arah motor Nawal, namun seketika berhenti saat Nawal memasangkan jaketnya pada tubuh Takia yang terlihat sedikit terbuka. Takia yang diperlakukan seperti itu langsung memerah karena malu. Setelahnya ia naik motor Nawal dan pergi dari sana meninggalkan Esme yang kini sendirian mengadu sakit karena pertarungan tadi.

"Aish... kalo gini jadinya gue gak bisa ketemu Brisa, apa jadinya kalo dia liat gue kayak gini"

"ESME!"

Sebelum Esme menyalakan motornya, tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang gadis yang sangat familiar di telinga Esme. Saat menoleh ke arah suara, ternyata benar gadis yang meneriaki namanya itu adalah sang kekasihnya sendiri, yang tidak lain adalah Brisa. Tampak ia sedikit ngos-ngosan karena berlari. Ada rasa senang dalam diri Esme tapi juga sedikit cemas. Esme berusaha terlihat biasa saja di depan Brisa.

"H-hai, Ris. Kok kamu disini? Kamu kan lagi sakit, harusnya kamu-..."

"Esme, kamu enggak apa-apa kan?! Itu muka kamu kenapa luka-luka gitu?! Trus ada banyak lebam di tubuh kamu?! Apa yang terjadi sama kamu?! Sakit gak?! Kenapa enggak diobatin?!"

"E-eh, Ris, itu-..."

"Aku juga SMS kamu tapi gak dibalas! Panggilan aku juga enggak dijawab! Aku tunggu-tungguin kamu dirumah, tapi gak datang-datang! Kamu itu darimana?! Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?! Jawab ESME! Kenapa malah diam aja?!"

"S-sabar Ris, tenangin diri dulu. Aku bisa jelasin kok"

"Hiks... aku itu khawatir sama kamu! Aku berusaha enggak mikir yang aneh-aneh sama kamu. Ketemunya malah keadaan kamu penuh luka gitu! Gimana aku bisa tenang kalo liat kamu kayak gini! Aku... hiks... sangat khawatir tahu..."

Tangisan Brisa pecah. Esme yang melihat itu langsung turun dari motor dan menarik Brisa ke pelukannya. Ada rasa bersalah dalam diri Esme karena sudah membuat Brisa menangis lagi.

"Sudahlah Ris, jangan nangis lagi ya. Maaf udah buat kamu jadi sekhawatir ini."

Ucap Esme mengelus kepala Brisa untuk menenangkannya. Saat Esme terus berusaha menenangkan Brisa, ia sempat melihat ada bik Hanina tak jauh dari mereka. Tambak bik Hanina tersenyum pada Esme dan langsung pergi dari sana. Esme yang melihat itu merasa sudah mendapatkan tanggung jawab dari bik Hanina.

Brisa mulai tenang. Ia sedikit melonggarkan pelukan itu agar bisa melihat Esme. Tampak matanya yang memerah. Esme menghapus air mata itu dengan lembut dan kemudian mengecup dahi Brisa begitu lama. Lagi, semburat merah muncul di pipi Brisa atas perlakuan manis dari Esme.

"Ciee... udah merah aja di giniin, uwuu imutnya"

Ucap Esme mengeluskan wajahnya ke pipi Brisa membuat si empu merasa geli sekaligus tambah malu.

"Aaa... udah ah, gombal!"

"Hihi, iya sayangku. Mumpung udah ada kamu gimana kalo kita makan?"

"Mm... boleh aja. Oh ya tadi kan aku bersama bik Hanina pergi belanja, tapi kemana ya bibik? Perasaan dia ada di belakang ku tadi"

"Ya iyalah, toh bik Hanina nya udah pulang duluan"

"Lah kok kamu bisa tahu?"

"Aku kan pacar kamu, pasti tahulah"

"Huft... enggak ada hubungannya. Udah ah, yuk kita pergi. Eh tapi kamu yakin bisa bawa motor?"

"Bisalah pacarmu ini kan kuat, percayalah"

Brisa hanya terkekeh mendengar perkataan Esme barusan. Esme kini juga mulai senang melihat Brisa kembali tersenyum lagi.

"Iyaiya, pacarku. Sebelum itu kita ke rumah aku dulu ngobatin luka-luka kamu itu"

"Siap, bos!"

Balas Esme dengan bergaya hormat pada Brisa. Brisa sengaja tidak menanyakan dari mana luka-luka itu muncul. Saat ini Brisa hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan Esme.

Setelahnya Esme menghidupkan motornya dibarengi Brisa yang menaiki motor Esme. Mereka mulai pergi dari tempat itu. Perjalanan itu diselimuti hening, tidak ada yang bersuara diantara mereka, hingga mereka sampai di depan rumah Brisa. Untungnya gerbang rumahnya sudah terbuka jadi Brisa tidak perlu memanggil bik Hanina.

Mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah. Di dalam, mereka dapat melihat bik Hanina sedang berurusan dengan dapur. Brisa menyuruh Esme untuk duduk di sofa ruang tamu, sedangkan dirinya menemui bik Hanina.

"Bik, maaf tadi Brisa main ninggalin bibik aja tadi"

Ucap Brisa merasa bersalah pada bik Hanina. Meski bik Hanina adalah ART di rumah itu, Brisa tetap menganggap beliau adalah ibu keduanya setelah ibu kandungnya.

"Nggak papa kok Non, bibik tahu Non pasti khawatir dengan Mbak Esme apalagi dengan penuh luka kayak gitu"

"Iya, bik"

"Bibik ambilin obat P3K nya dulu yah"

"Makasih bik"

Bik Hanina langsung mengambil kotak P3K dan memberikannya pada Brisa. Tanpa membuat lama lagi, Brisa langsung pergi ke ruang tamu untuk mengobati Esme.

"Kamu diam ya, biar aku yang obatin"

"Ihh... perhatian banget deh, jadi tambah sayang"

Esme berniat ingin mencium Brisa namun tidak jadi karena Brisa lebih dulu menutup mulut Esme.

"Enggak usah cium-cium dulu kenapa,  sih? Ada bik Nina, tahu?"

Ucap Brisa pelan namun tetap dengan nada kesalnya.

"Oh... jadi kalo nggak ada bik Hanina aku boleh dong cium kamu sepuasnya"

Ucap Esme masih dengan gombalannya membuat Brisa jadi salah tingkah.

"U-udah ah, diam! Ntar enggak jadi lagi ngobatinnya"

Brisa dengan telaten berurusan dengan kotak P3K itu, mengobati Esme dengan pelan agar si empu tidak merasa kesakitan.

"Sakit, gak?"

"Enggaklah, luka ini belum ada apa-apanya"

Brisa yang sedikit kesal mendengar perkataan Esme, secara sengaja ia menekan luka yang ada di tubuh Esme. Meski tidak terlalu kuat, namun berhasil membuat Esme mengadu kesakitan.

"Eh... aish! Aww... aduh duh! Ris, kok malah di teken sih lukanya"

"Katanya gak sakit! Makanya kalo udah luka jangan diremehin. Sok kuat lagi"

"Iyaa... Brisa sayang, kamu lama-lama jadi cerewet ya"

"Apa?!"

"Eh... nggak! Nggak kok hehe"

Ucap Esme dengan cengir kudanya. Sedangkan Brisa hanya memanyunkan mulutnya. Melihat itu, Esme tidak ingin kehilangan kesempatan. Ia dengan cepat mencium bibir Brisa cukup lama membuat Brisa tersentak dan terkejut dengan perlakukan tiba-tiba Esme. Esme melepas ciuman itu dan menjulurkan lidahnya menggoda.

"Mm... masih manis"

"... ESMEE!!"

Teriak Brisa dan kemudian memukul Esme tanpa peduli luka yang dialami Esme hingga membuat Esme kembali mengadu sakitnya.

"Akh! Aww... Ris, sakit! Aduh... aduh! Serius sakit ini, Aww!"

"Biarin! Salah kamu sendiri! Sana pulang!"

Ucap Brisa yang mulai berhenti memukul Esme kemudian mengemas kotak P3K dan pergi menjauh dari Esme.

"Eh, tunggu Ris! Makannya gimana dong?"

"Makan aja sendiri sana!"

"Yah, nggak usah ngambek dong. Kan tadi cuma sebentar aku ci-"

"DIAM!"

Brisa kini benar-benar kesal dengan Esme, niat ingin bersenang-senang pupus sudah karena mood nya sudah hancur. Bik Hanina yang mendengar teriakan itu langsung menuju ke arah asal suara dengan kedua tangan membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat. Tampak Brisa yang berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Anu... Non, tadi kenapa Non teriak gitu!?"

"Esme myebelin!"

Ucap Brisa langsung pergi ke kamarnya.

"Mbak Esme?"

Tanya bik Hanina sambil melirik ke arah Esme. Esme hanya terkekeh kecil seakan tidak merasa bersalah atas perbuatannya yang membuat Brisa kesal. Menurutnya itu lucu.

"Biasalah bik, mungkin lagi PMS dianya"

"Hehh... anak muda"

Ucap bik Hanina sambil mendekati Esme dan meletakkan nampan itu di atas meja.

"Ini teh nya, mbak Esme. Silahkan diminum"

"Makasih, bik"

Ucap Esme sambil meminum teh hangat itu.

"Tapi baru kali ini bibik liat Non Brisa jadi se ekspresif gitu. Biasanya Non selalu pendiam dirumah. Ini juga pertama kalinya Non bawa teman kerumah sesering ini"

Esme hanya menyimak perkataan bik Hanina. Ini juga pertama kalinya bagi Esme merasakan kehangatan dari orang lain.

"Bik, aku mau nanya sesuatu"

"Hm? Nanya apa Mbak Esme"

Esme terdiam sejenak kemudian kembali bersuara.

"Ah... itu, gak jadi deh bik. Lain kali aja"

Esme langsung meneguk habis teh itu dan beranjak dari sofa.

"Makasih ya bik buat teh nya. Aku pamit pulang dulu"

"Oh, iya Mbak. Anu... enggak mau ketemu Non Brisa dulu, mbak?"

"Nggak usah bik. Tolong sampaikan aja pesan aku ke dia. Ohya bilangin juga ke dia jangan sering ngambek ntar mukanya cepat keriput"

Ucap Esme ditambah dengan candaan diakhir perkataannya.

"Ya ampun, Mbak Esme ada-ada aja"

"Hehe... Ya udah, saya pamit mo pulang ya bik"

"Iya Mbak Esme, ttdj"

Balas bik Hanina yang ditanggapi kekehan dari Esme. Esme mulai menyalakan motor nya dan membawa nya keluar gerbang. Sebelum Esme benar-benar pergi dari sana, ia melirik ke arah jendela kamar Esme yang tertutup ordeng.

"Apa kamu benar-benar orang yang selama ini aku cari, Brisa?"

Lirih Esme dan kemudian pergi dari rumah Brisa.

***

YT

Continue Reading

You'll Also Like

2M 29K 45
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
113K 7.9K 30
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika memiliki kesamaan nama, latar dll, itu hanya sebuah kebetulan, jangan baper banget apalagi sampe laper. Untuk y...
1.6M 81K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.3M 62.1K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...