The Player VS The Playing | T...

By hermosavidazach

805K 75.6K 1.6K

Menjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia ber... More

BLURB - ANDREA
I
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII | END
Ekstra |1|
Ekstra |2|
Special Part Andrea & Arya

II

33.5K 2.9K 45
By hermosavidazach

Andrea membuka pagar indekosnya di daerah Menteng, ia melihat satpam yang tersenyum padanya, Andrea hendak menyapanya namun ketika melihat tetangga pinggir kamarnya tersenyum padanya dan melambaikan tangan Andrea langsung menghampiri Rani.

Rani adalah teman seperjuangannya, gadis itu kini bekerja di salah satu perusahaan mobil. Dari Bandung, Rani diizinkan oleh orangtuanya berbeda dengan Andrea yang tidak diberikan izin oleh sang Ibu namun tetap nekat.

"Andrea! Gimana? Sukses?" tanya Rani penasaran.

Andrea mengangguk. "Hm, sukses."

"Wah! Kita harus makan-makan! Kabari Ibumu, Ndrea, biar nggak khawatir."

Andrea setuju saja, ia menaiki lantai dua dimana kamarnya berada. Fasilitas indekos dengan AC, lemari, meja rias, kasur dan kamar mandi pribadi sudah cukup bagi Andrea. Kamarnya luas, dan pemilik kosan mengizinkan setiap kamar memiliki dapur pribadi di kamarnya. Hitung-hitung, sudah seperti apartemen saja, hanya biayanya lebih murah.

Untuk saat ini, Andrea tidak akan muluk-muluk. Ia akan memanfaatkan yang ada saja, sudah biasa hidup sederhana, kesusahan sedikit menurut Andrea itu wajar. Ibunya bilang, namanya juga hidup tidak akan selalu mulus. Andrea sejak kecil sudah dihadapkan dengan beberapa kesusahan, jadi baginya hal ini hanya pijakan sementara.

Ia membuka segala pakaiannya dan pergi mandi, setelah mandi Andrea mengambil ponselnya dan menghubungi Ibunya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, artinya Ibunya sudah pulang dan berada di rumah.

Setelah dua minggu kepindahan Andrea, ini pertama kalinya bagi Andrea menelepon sang Ibu.

Lama tak diangkat, Andrea jadi gusar. Ia cukup pesimis dan berpikir Ibunya tidak akan mengangkat teleponnya.

Tapi...

"Halo?" sapa suara lembut Ibunya di seberang sana.

Andrea mengerjapkan matanya cepat dan tersenyum. "Halo, Ibu.."

"Oh, kamu masih ingat sama Ibu? Kirain sudah lupa." sindir Ibunya pada Andrea.

Andrea ingin menangis mendengarnya. "Ibu, gimana kabar Ibu?"

"Tentu saja Ibu akan baik-baik saja. Meskipun kamu pergi dari rumah." jawabnya ketus.

Andrea paham akan kemarahan Ibunya. "Bu, Andrea sudah diterima bekerja di FGM Bu. Andrea di terima jadi bagian Tim Kreatif."

"..."

Tidak ada jawaban. "Ibu?"

"Ya sudah, itu kan pilihanmu. Ibu tidak bisa memaksa kamu untuk pulang. Jaga diri baik-baik." pesan Ibunya.

Andrea mengangguk. "Iya, Bu. Aku akan jaga diri aku."

"Kamu baru pulang?"

"Iya, Bu. Tadi Andrea sudah mendapatkan tugas buat acara televisi terbaru di FGM."

"Kamu tahu kalau Ibu tidak suka, bukan? Kamu keras kepala sekali. Ibu ingatkan lagi, jangan mentang kamu tinggal sendirian dan tidak Ibu awasi, kamu berubah menjadi seenaknya."

"Nggak, Bu. Andrea janji, Andrea bakal jaga diri dan jaga perilaku." ujarnya meyakinkan sang Ibu.

"Memang harus sepeti itu. Jakarta kota besar, dan kamu belum tahu bagaimana sifat dan karakter orang-orang di sana."

"Mereka baik, Bu. Andrea sudah menemukan teman yang baik namanya Kaia."

"Terserah, Ibu nggak mau dengar."

Ya, namanya juga Ibu. Jika marah tidak marah, mengomel dengan rasa gengsinya yang besar. Andrea seakan sudah kenal dengan baik karakter Ibunya. "Makasih ya, Bu.. Karena berkat doa Ibu juga Andrea jadi bisa punya kerjaan bagus."

"Hm ya sudah, jangan banyak keluyuran dan makan yang banyak. Ibu akan transfer uang untuk kamu."

Lihat, kan? Ibunya tidak akan pernah tahan lama-lama marah padanya. "Nggak usah, Bu, Andrea kan nanti dapat gaji—"

"Nggak usah belagu begitu, kalau kamu sudah menikah dan jadi tanggungan suamimu, baru kamu bicara seperti itu pada Ibu."

Andrea tersenyum sekali lagi. "Makasih ya, Ibu.. Already miss you, Bu.."

"Ya, ya sudah sana cepat makan dan tidur! Biar kamu nggak telat besok kerja." perintah Ibunya sekali lagi.

"Iya, Bu.. Makasih ya, Bu. Karena Ibu.. Ternyata, sudah nggak marah lagi sama aku." kata Andrea malu-malu sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Andrea merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menyetel AC hingga suhu terendah. Jakarta panas, dan Andrea cukup kesulitan karena harus beradaptasi dengan udara yang panas itu.

Lalu ia melihat bahan masakan yang ia punya. Tahu putih, bakso, sawi hijau, cabai dan daging sandung lamur yang ia beli di pasar. Ah, ya selagi ada bahan, ia harusnya bisa memanfaatkannya, bukan? Andrea harus belajar menghemat, setidaknya itu yang ia pikirkan kini.

...

...

"Astaga?! Jadi kamu masak, Ndre? Padahal aku mau ajak kamu jajan seafood di warung tenda depan." kata Rani dengan gaya bibir bebeknya itu.

Andrea hanya tersenyum sambil membetulkan kacamata besarnya yang melorot. "Kamu makan saja di sini, jangan banyak beli, Ran. Ingat, harus hemat!"

"Dih, gajimu itu nanti pasti besar, Ndre. Kalau kamu hidup hemat seperti ini, aku yakin kamu nggak akan bisa menikmati masa muda dengan baik. Kita ini di Jakarta, Ndre! Jakarta!" omel Rani sekali lagi.

"Iya aku tahu, kita di Jakarta! Maka dari itu, kita harus berhemat, Ran." balas Andrea.

Rani berdecak malas, namun gadis itu sudah nangkring saja di ranjang Andrea sambil menunggu Andrea yang tengah menyajikan bakso buatannya.

"Ini kamu buat sendiri?" tanya Rani.

Andrea mengangguk. "Cuman bikin kuah baksonya aja, sih. Coba cicipi, enak nggak?"

Rani mengambil sendok dan mencicipi kuah panas bakso yang Andrea hidangkan untuknya. Jangan ditanya soal rasa, Andrea memang pandai memasak, seperti Ibunya. Rani tahu betapa hebatnya Andrea jika sudah berada di dapur.

"Masakanmu selalu enak, Ndre. Kalau gini caranya, mending kamu cari cowok tajir dan nikah saja lah, Ndre." cetus Rani dengan enteng.

Andrea menggelengkan kepalanya heran mendengarkan ucapan Rani. "Selalu seperti itu ya, Ran. Padahal kamu ingat, tujuan kita ke sini buat cita-cita dan bekerja."

Rani terkekeh pelan sambil meniupi bakso panas itu. "Habis kamu sudah pintar memasak. Mamaku, kalau tahu kamu pintar masak begini, ada bahan kamu bisa dijodohkan dengan Abangku si Tirta Alam."

Andrea hanya tertawa mendengarnya. "Bang Tirta kan tampan, Ran. Mana pantas dia disandingkan dengan aku."

Rani malas mendengarnya jika Andrea sudah merendahkan dirinya seperti itu. "Selain minus, kamu juga nggak bisa melihat apa yang ada dalam diri kamu, Ndre. Miris sekali.." ucapnya meledek Andrea.

Andrea hanya terkekeh pelan, ia menikmati makanan yang ia buat. Melihat kamar kosannya yang masih minim akan barang, Andrea berencana untuk membeli beberapa furniture seperti sofa kecil, TV, dan ya beberapa lemari untuk menyimpan barang-barang berharganya.

"Aku udah nyaman di kosan ini, Ran. Menurut kamu gimana?" tanya Andrea.

Rani terlihat berpikir keras. "Kalau aku, kalau gajiku sudah naik ya aku akan pindah dan beli satu unit aja, Ndre. Biar praktis."

"Hm, jadi kamu mau pindah ke apartemen?"

"Ya, inginnya seperti itu, Ran. Depan kantorku, ada apartemen dan kayaknya aku bakal beli unit di sana."

Andrea mengangguk. "Bagus lah, setidaknya kamu nggak perlu lagi naik busway, aku sih sudah nyaman, Ran. Kayaknya perlu aku tambahin beberapa barang aja."

"Ya kalau kamu nyaman di sini, jangan pindah, Ndre. Lagian, keamanan di sin cukup baik. Dan lagi, indekos ini memang nggak ada batasan jam untuk pengunjung apa lagi laki-laki. Tapi ya, aku sih percaya.. Kamu, siapa sih laki-laki yang bakal kamu bawa ke sini, Ndre? Kayaknya nggak bakal ada."

Andrea mengangguk setuju. "Orang aku datang ke Jakarta bukan buat cari cowok, soal itu sih aku nggak mikirin, Ran."

"Tapi ya harus lah. Kamu ini perempuan, Ndre. Kamu pasti punya target untuk menikah di umur berapa, kan?"

"Iya, cuman.. Ya, aku belum bicarakan dengan Ibuku. Lagian, aku sudah lama nggak ketemu sama Ayah, Ran."

Rani mengangguk paham. "Coba, mulai cari Ayahmu di Medan, Ndre. Anak perempuan kelak akan membutuhkan Ayahnya untuk wali nikahnya, kalau kamu nggak cari Ayahmu sekarang. Kapan lagi?"

"Aku takut Ibu marah."

"Pasti, sih." jawab Rani spontan karena dia tahu bagaimana sensitifnya Ibu Andrea terhadap laki-laki. "Ibumu masih sesensitif itu kalau urusannya laki-laki, Ndre. Aku nggak yakin, bakal ada laki-laki yang mudah meminang kamu."

Andrea tertawa, ia pun berpikiran yang sama dengan Rani. Apa jadinya jika ia membawa seorang pria ke hadapan Ibunya? Ibunya pasti akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan, dan lagi Ibunya memiliki standar yang tinggi.

"Ada alasannya kenapa Ibumu se-sensi itu sama laki-laki, Ndre. Kayaknya ada hubungannya juga sama Ayahmu." spekulasi Rani.

Andrea mengangguk dengan wajah menerawang. "Kayaknya, iya. Cuman dulu aku masih kecil dan belum paham konflik yang terjadi."

"Kamu rindu Ayahmu nggak sih, Ndre?" tanya Rani sekali lagi.

Andrea dengan wajah sendunya mengangguk. "Iya, aku rindu Ayahku, Ran."

Rani mengusap bahu Andrea dan menguatkan sahabatnya. "Aku bakal bantu kamu cari Ayahmu, Ndre. Tenang saja.."

"Makasih ya, Ran."

"Sama-sama, by the way kalau kamu tiap hari masak aku bakal semangat makan di kamar kamu aja, Ndre." celetuk Rani dengan kurang ajarnya.

Andrea tertawa melihat tingkah absurd Rani, tapi ia mengangguk juga pada akhirnya. Ia tidak akan pernah bosan dalam memasak, selama hidup bersama Ibunya, tidak pernah terlewati satu hari meninggalkan dapur, Ibunya akan mengajarkan beberapa hal tentang masakan Indonesia pada Andrea.

Ah, dia jadi merindukan Ibunya..


Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 166 10
Wang Yibo melakukan semua cara untuk mendapatkan orang yang dicintainya. Sayangnya orang yang dicintainya adalah aseksual dan philemaphobia. Akanka...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
829K 77.1K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
98.5K 6K 23
Regina, cewek biasa aja yang sudah menjomblo dua tahun bertemu dengan Martin cowok yang digilai banyak wanita. Wajah tampan, kulit putih bersih, ting...