[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 :...

By Wiki_Dwiki

88.7K 26.5K 8.2K

Wooyoung : "Matanya Santoso warnanya ungu, kece!" Yohan : "Iya kece banget kayak anak indihome!" San : "Maksu... More

"Sigel Kagungane Basukarna"
1. Hari yang Indah (?)
2. Ubah Haluan
3. Jalan Alternatif
4. Drama Double Y
5. Persiapan
6. Memanipulasi?
7. Debat Antar Calon OSIS
8. Saksi Mata Lain
9. Mengintip Kegelapan
10. Kalimat Asing
11. Keberangkatan
What Do You Think?
12. Hari Pertama
13. Bincang Malam dan Penampakan
14. Arus Sungai
15. Sesuai Rencana?
16. Jiwa Yang Terganggu
17. Area Pangkalan Militer
18. Critical In
19. Menyusup
20. Rangkaian Tragedi
21. PARANOIA
22. Kembali Pada Tempatnya
Epilogue : Lembar Kisah Terakhir

Intro : "Setan Tanah Rejowerno"

7.3K 1.1K 385
By Wiki_Dwiki

.
.
.

  
"Ketika kau sadar, jika ternyata ketakutan terbesar manusia ada dalam ingatan mereka sendiri, maka kau akan tau bahwa bukan ingatan itu yang membuatmu takut, namun karena itu tak bisa pergi dari pikiranmu."

 

 
 
    Malam gelap, di bawah naungan dinding gua yang sama gelapnya. Seorang anak berumur 11 tahun menghangatkan diri di depan sebuah api unggun yang dia buat dengan tumpukan ranting yang entah milik siapa. Terhitung lima hari sudah dia hanya berjalan memutari hutan yang rasanya tak punya ujung. Mengikuti arus sungai yang entah membuatnya semakin dekat dengan desa atau malah membuatnya pergi makin jauh ke dalam hutan.

    Dia kelaparan dan ketakutan setiap matahari digantikan oleh bulan yang sialnya tak muncul malam ini. Suara jangkrik dan ranting pohon yang tertiup angin justru makin membuatnya takut. Dia lalu menutup matanya, berharap ketika dia bangun nanti, matahari sudah ada di atas sehingga dia bisa pergi pulang.

    Dalam tidurnya, dia terusik. Tengah malam, dia terbangun karena melihat sekelebat bayangan melesat melewati pintu goa. Anak itu diam terpaku sebelum dia menyadari bahwa ada benda yang tergeletak di pintu gua. Dia mendekat dan menyadari jika itu adalah sepatu milik kakaknya yang hilang.

    Mengira jika bayangan tadi adalah kakaknya, membuatnya senang untuk beberapa saat. Namun ketika dia melihat tangannya yang penuh dengan cairan kental bewarna merah berbau amis, jantungnya berpacu dengan cepat, dia melihat isi sepatu itu dan berteriak ketakutan karena keberadaan potongan kaki manusia ada di dalamnya.

    Anak itu langsung berlari ketakutan. Di tengah berlarinya, dia tersandung akar pohon lalu jatuh tersungkur. Ketika ingin bangun, panca inderanya menyadari sesuatu ada di dekatnya, buku kuduknya berdiri sebagaimana nenek moyang manusia dulu ketika menghadapi bahaya. Dengan takut dia menoleh dan apa yang dia lihat malam itu tak pernah dia lupakan sampai kapanpun.

    Wujud buruk rupa itu, dia mengingat segala detail tentangnya. Kepalanya yang seperti kerbau namun dengan mata seperti manusia. Tubuhnya yang penuh goresan luka dan darah, dia yang berdiri dengan kedua kakinya dan membawa kapak di tangan kanannya.

    Anak itu cepat cepat berdiri dan berlari, sosok itu mengejarnya dan dia makin ketakutan. Dia hampir muntah karena perutnya kram. Melihat jika arus sungai deras, dia tanpa berfikir menceburkan diri ke dalam sungai, membiarkan arusnya membawanya pergi dari sosok itu.

    Malam itu akan selamanya menjadi mimpi buruknya. Ingatan mengerikan akan sosok legenda yang kini terkubur di atas ilmu pengetahuan dan modernisasi.

    Jika bukan makhluk legenda itu, lalu makhluk apa yang dia lihat?

.

.

.

   "SANTOSO!!!" Teriakan melengking itu mengejutkan San yang baru turun dari kereta. Dia berbalik dan seseorang menubruk tubuhnya dari depan. Untung San kuat, coba kalo nggak, dia pasti udah kejungkal ke dalam rel kereta bersama makhluk yang sedang memeluknya ini.

  "Sumpah, kamu kek banteng." Komentar San sambil menepuk nepuk kepala Wooyoung.

  "Emang peranakan banteng dia, San." Ucap Yohan yang dulu juga pernah ditubruk (diseruduk) oleh Wooyoung.

    San tertawa dan bersalaman dengan Yohan. Perasaan dia cuma balik ke kota selama 5 bulan. Tapi rasanya udah lama banget. San jadi rindu hari harinya bareng Klub 513.

  "Mana?" Tanya Wooyoung sambil melepas pelukannya.

  "Apanya?" Tanya San balik.

  "Oleh oleh dari kota, lah!" Jawab Wooyoung.

    San mendengus, "kan, kamu sendiri yang bilang ga boleh jalan sama yang lain. Jadinya aku ga bisa beli oleh oleh."

  "Aku bilangnya jangan selingkuh." Balas Wooyoung juga kesal.

    Yohan yang melihat pertengkaran kecil itu hanya tersenyum estetik. Perasaan baru kemarin dia ngasih makan Wooyoung sama San bubur ayam untuk pertama kalinya di kantin hingga berakhir dengan debat semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Yohan merasa seperti telah membesarkan kedua anaknya ini.

    San lalu menatap ke kanan kiri, "Yeonjun sama Changbin nggak ikut?"

  "Changbin lagi kampanye pemilihan jadi Pradana, jadi kerjaannya banyak banget. Yeonjun lagi nyari muka buat bantuin anak pramuka nyiapin acara PPTA." Jawab Yohan.

  "Ohh.. gitu? Tumben Yeonjun mau bantuin." Tawa San.

    Wooyoung ketawa nakal, "kamu tau, kan? Cewek cantik yang dikata setan sama Yohan pas itu, San?"

  "Inget. Arin, kan, namanya?" Tanya San.

  "Dia kan, masuk sekolah kita, terus ikutan pramuka. Agaknya Yeonjun lagi caper sama dia, makanya mau bantu bantu anak pramuka." Tawa Wooyoung tapi jidatnya langsung disentil sama Yohan.

  "Udah, gausah nyebar gosip kamu. Lagian Yeonjun dari dulu kan, gitu. Suka cari muka setiap ada acara sekolah, rada bajingan emang." Kata Yohan.

  "Aku gatau kamu niatnya belain Yeonjun atau mau makin nyungsepin harga dirinya, Yohan." Kata San.
 
.

    Dalam perjalanan mereka ke Rejowerno, Wooyoung tetap memperhatikan San yang masih mengenakan perban di mata kanannya. Padahal San bilang jika dia telah melakukan oprasi dan itu berjalan lancar.

   "Kamu udah oprasi, kan?" Tanya Wooyoung.

    San mengangguk.

  "Mau liat dong!" Seru Wooyoung kegirangan.

  "Ga boleh." Balas San sambil mendorong Wooyoung yang coba melepas perban di mata kanannya.

  "Percuma dong, kalo kamu oprasi tapi ga dikasih liat yang lain! Aku mau lihat bekas lukanya, pasti keren kayak di film film bajak laut." Kata Wooyoung
 
  "Ga boleh! Jauh jauh sana!" Ucap San sambil terus mendorong Wooyoung menjauh darinya.

  "Woylah, kalian kalo gabisa diem, aku jatuhin jurang, nih?!" Kata Yohan yang tak bisa fokus menyetir karena kebisingan dua anak itu menganggu indra pendengarannya

    Btw, kayaknya Yohan doang yang berani ngancem sosok yang Yohan ragukan beneran jadi darah terakhir Kesultanan Rejowerno itu. San itu ga punya muka bangsawan. Sejak awal Yohan kenal San di kelas 10 waktu itu, Yohan malah shuudzon San ini terbelit utang di kota dan kabur ke Rejowerno.
 
    Yohan sebenernya juga penasaran kenapa San masih mengenakan perban. Namun Yohan masih bisa husnudzon kalo mungkin itu bagian dari proses penyembuhannya. San bisa langsung ngomong ke Wooyoung kalo perbannya belum boleh dilepas sebenernya, Yohan cukup yakin walau Wooyoung itu bandel, dia bisa menerima alasan itu dan diam.
 
 
  "Nanti aku kasih liat kalo udah kumpul berlima." Kata San pada akhirnya.

  "Kenapa harus nunggu berlima?" Tanya Wooyoung.

  "Ya gapapa. Pinginku berlima."

  "Serakah banget kamu ini." Ucap Wooyoung.
 
 
 
    San cuma senyum, pingin mukul tapi ditahan, mana tega dia mukul Wooyoung? Bucin dia.
 
 

  "Oh, iya!" Ucap Wooyoung sambil melihat San.

  "Ada apa?" Tanya San.

  "Rencananya sekolah akan mengadakan PPTA (Perkemahan Penerimaan Tamu Ambalan). Tapi buat penentuan kegiatan dan tempatnya tergantung pada siapa yang bakal naik jadi Pradana. Yang lawannya Changbin bilang kalau dia terpilih jadi Pradana, maka kemahnya bakal dilaksanakan di kaki Gunung Rejowerno selama satu minggu." Jelas Wooyoung.

  "Kita juga ikut? Setahuku PPTA cuma buat siswa baru." Tanya San.

  "Tahun kemarin kita gaada kemah, jadinya kelas sepuluh, sebelas bakal barengan. Lagian siswa SMA 13 Laksmada tinggal dikit. Gurunya ga bakal sakit kepala kalopun anak kelas dua belas juga ikutan." Jawab Yohan.

  "Asik, dong?" Ucap San.

    Yohan ketawa, "mungkin.."

  "Semua kembali kepada sang Pradana :D" Imbuh Wooyoung.

  "Bukannya Changbin suka banget sama perkemahan? Lagipula kepercayaan tentang kutukan Wahyu di Penghujung Tahun itu udah hilang, kan?" Tanya San.

    Wooyoung mengangguk, "ini bukan lagi soal kutukan itu, San. Enam tahun lalu ada anak yang pergi berkemah di kaki Gunung Rejowerno bersama kakak laki lakinya. Namun, kakaknya menghilang ketika dia bangun dari tidurnya. Anak ini mencari kakaknya hingga tersesat di dalam hutan sendirian. Hampir seminggu lamanya dia terjebak di sana."

  "Lalu?" Tanya San.

  "Di suatu malamnya, dia menemukan sepatu kakaknya di dekat gua." Jawab Wooyoung.

  "Dia menemukan kakaknya?" Tanya San.

  "Dia hanya menemukan itu tanpa menemukan kakaknya. Namun, satu hal yang dia tau, kakaknya telah mati." Kata Yohan sambil memutar setir mobil.

  "Bagaimana dia tau?" Tanya San.

  "Di dalam sepatu itu, dia menemukan potongan kaki milik kakaknya telah membusuk." Jawab Wooyoung.

  "Dia diserang hewan buas?" Tanya San terkejut.

    Wooyoung tertawa, "hewan buas mana yang menyisahkan potongan kaki di dalam sepatu, San? Setelah penemuan itu, anak ini kembali mencari jalan pulang dengan ketakutan. Di malam itu pula, dia bertemu sosok yang dipercaya memang ada dan menjadi penunggu kaki gunung Rejowerno. Kamu ingat perbatasan hutan yang ada kain kuningnya waktu itu?"

    San mengangguk.

  "Anak itu ditemukan di pengairan sawah setelah dia menghanyutkan diri ke sungai. Kemudian, muncullah kepercayaan jika ada yang berani melewati perbatasan itu, makhluk ini tak akan berfikir dua kali untuk membunuhnya. Alasan beberapa pemburu memasang perangkap beruang juga untuk menangkap makhluk yan dipercaya suka berjalan jalan sambil mencari manusia untuk dia makan." Lanjut Wooyoung.

  "Tapi anak itu melihatnya, kan?" Tanya San.

    Wooyoung mengangguk, "begitulah yang dia ceritakan setelah siuman, dia membuat sketsa tentang makhluk itu. Dia masih sebelas tahun dan bukan seorang anak yang suka berbohong seperti sekarang. Sketsa itu mirip dengan makhluk mitologi bernama Lembu Suro. Kamu tau, kan? Makhluk bertubuh manusia berkepala lembu itu?"

  "Kalo itu aku tau." Jawab San.

  "Nah, begitulah penggambarannya." Ucap Wooyoung.

  "Jadi ada Lembu Suro di Rejowerno?" Tanya San.

    Yohan mentertawakan kesimpulan ngawur San itu, "kalau di Rejowerno bukan Lembu Suro namanya. Ada legendanya sendiri. Makhluk itu adalah Urban Legend-nya tanah Rejowerno."

  "Makhluk itu bernama Sigel, kepanjangan dari Sirah Gudel. Dalam legenda, Sigel ini adalah makhluk yang memiliki Tuan sakti bernama Basukarna. Sigel Kagungane Basukarna." Imbuh Wooyoung.
 
  "Kalau kau ingin tau detailnya, kamu bisa bertanya langsung pada anak itu, San." Kata Yohan.

  "Benarkah? Siapa anak itu?" Tanya San.

  "Kau sangat mengenalnya, dia adalah Changbin."
 
    San diam karena sangat terkejut. Jadi ini makhluk yang dulu sering teman temannya singgung, makhluk yang pernah ingin San tanyakan pada Changbin tapi nggak sempat karena lupa, juga tentang kehilangan mengerikan yang Changbin katakan padanya ternyata diakibatkan oleh makhluk ini.
 
 
 
:
 
 
 
  "Sebegitunya kamu mau jadi Pradana?" Tanya Yeonjun dengan nada sinis melihat Changbin dengan mejanya yang penuh dengan kertas.

  "Kamu gatau betapa mengerikannya ingatan itu, Jun. Makanya kamu bilang gitu. Aku tau makhluk itu antara ada atau cuma khayalanku, doang. Tapi lebih baik nggak uji nyali." Balas Changbin yang lagi menunggu respon dari Pradana sebelumnya tentang teknis pelaksanaan pemilihan.

    Yeonjun menghela nafas, Changbin emang tukang kibul, tapi dia nggak mungkin seniat itu buat ngibulin satu sekolah kalo ada setan di kaki gunung desa mereka. Jujur, Yeonjun suka sama perkemahan yang menantang kayak gini, tapi dia nggak mungkin bilang gitu ke sang 'calon pradana' bisa bisa nanti absen pramuka dia di alpa semua.
  
  
 
  "Apapun alasannya, perkemahan ini gaboleh terjadi. Untuk itu, aku harus jadi Pradana-nya." Kata Changbin.

    Yeonjun ketawa, "Bin, kayaknya gapapa, deh. Maksudku, pas itu kamu cuma sama almarhum kakakmu, kan? Sekarang bareng bareng, satu tim 10 orang, loh? Pasti—"

  "Yeonjun mending kamu diem aja karena kamu orang luar yang gatau apa apa." Potong Changbin, suaranya menjadi rendah, jelas sedang sangat marah dengan ucapan Yeonjun barusan.

 
    Yeonjun mendengus kesal lalu menatap langit langit kelas, "sebenernya makhluk macam apa yang Changbin liat pas itu sampai pas besar sebegitu traumanya?"
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
   
 
 
 

 

#####
 
 

Continue Reading

You'll Also Like

11.2K 1.6K 33
[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat...
26.9K 4.3K 20
Jihoon tidak pernah menyangka bahwa game zombie yang selama ini ia rancang, memiliki kehidupan yang sebenarnya.
Psycho | TXT √ By siputtt

Mystery / Thriller

66.8K 14.2K 23
[ Hargai penulis dengan follow terlebih dahulu] "Kalian semua bakalan mati." Start: 17 Juni 2020 Finish: 26 Juni 2020
99.9K 17.8K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...