LATENT ✔

By chacalatte_97

86.3K 7.6K 813

- LENGKAP - Judul sebelumnya : 168 HOURS ⚠ Work without plagiarizing! ⚠ Berkaryalah tanpa menjiplak! ⚠ U-1... More

🕛PROLOG🕛
🕒Chapter 01: Gue Naraya Athava🕒
🕒Chapter 02 : Hukuman🕒
🕒Chapter 03 : Kalung🕒
🕒Chapter 04 : Jeonne Frissia🕒
🕒Chapter 05 : Pemaksaan🕒
🕒Chapter 06 : Ganggu🕒
🕒Chapter 07 : Ganggu #2🕒
🕒Chapter 08 : Today🕒
🕒Chapter 09 : Telepati🕒
🕒Chapter 10 : Di Ruang CEO🕒
🕒Chapter 11 : Luka🕒
🕒Chapter 12 : Maaf🕒
🕒Chapter 13 : Cari Angin🕒
🕒Chapter 14 : Adek?🕒
🕒Chapter 15 : Membahas Masa Lalu🕒
🕒Chapter 16 : Yeevendra🕒
🕒Chapter 17 : Pertemuan Tiba Tiba🕒
🕒Chapter 22 : Bertemu🕒
🕒Chapter 18 : Terpojokkan🕒
🕒Chapter 19 : Capek🕒
🕒Chapter 20 : Munafik🕒
🕒Chapter 21 : Sandaran🕒
🕒Chapter 23 : Kencan?🕒
🕒Chapter 24 : Refreshing🕒
🕒Chapter 25 : New Problems🕒
🕒Chapter 26 : Interview Again🕒
🕒Chapter 27 : Rencana Sendiri🕒
🕒Chapter 28 : Bertemu Raga🕒
🕒Chapter 29 : Dilema🕒
🕒Chapter 30 : Debat🕒
🕒Chapter 31 : Video 360🕒
🕒Chapter 32 : Bukti Terakhir🕒
🕒Chapter 33 : Final Mission🕒
🕒Chapter 34 : Final Mission #Flashback🕒
🕒Chapter 35 : Final Mission #2🕒
🕒Chapter 36 : Akhir🕒
🕒Chapter 37 : Make Beautiful Memories🕒
🕒Chapter 38 : Melepaskan🕒
🕞Chapter 39 : Telah Jauh🕞
🕞Chapter 40 : Lo Nggak Akan Ngerti🕞
🕞Chapter 41 : Diri yang Dulu, Bukan yang Kemarin🕞
🕞Chapter 42 : Diri yang Dulu, Bukan Kemarin #2🕞
🕞Chapter 43 : Yang Mata Dapatkan🕞
📢 PEMBARUAN
🕞Chapter 44 : Petak Umpet🕞
🕞Chapter 45 : Hal Baru yang Menyenangkan🕞
🕞Chapter 46 : Because of You!🕞
🕞Chapter 47 : Terulang🕞
🕞Chapter 48 : Dark Shadows🕞
🕞Chapter 49 : Tersangka Utama🕞
🕞Chapter 50 : Please Remember Me🕞
🕞Chapter 51 : Wisuda🕞
🕠Chapter 52 : 'D-Day' Problems🕠
🕠Chapter 53 : Dia yang Berharga🕠
🕠Chapter 54 : Perisai🕠
🕠Chapter 55 : Dibalik Berdirinya Perisai🕠
🕠Chapter 56 : Keputusan🕠
🕢Chapter 57 : Perpisahan🕢
🕢Chapter 58 : Pengikat yang Kembali🕢
🕣Chapter 59 : Jepang🕣
🕣Chapter 60 : Jepang #2🕣
🕣Chapter 61 : He's Back🕣
🕤Chapter 63 : Ingatan🕤
🕤Chapter 64 : Surat🕤
🕤Chapter 65 : Segenggam Harapan🕤
🕙Chapter 66 : Emosi🕙
🕙Chapter 67 : Luapan Emosi🕙
📢 PENGUMUMAN
🕙Chapter 68 : Cahaya🕙
🕚Chapter 69 : Diri yang Kembali🕚
🕚Chapter 70 : Jeon Kenapa?🕚
🕚Chapter 71 : Pulang🕚
🕚Chapter 72 : Perkara Jamet🕚
🕚Chapter 73 : Membuka Jalan🕚
🕚Chapter 74 : I've Got A Girlfriend🕚
🕚Chapter 75 : Pesan Seorang Kakak🕚
🕚Chapter 76 : Dari Mata Leo🕚
🕚Chapter 77 : Dari Mata Leo #2🕚
🕚Chapter 78 : Lunch🕚
🕚Chapter 79 : Video Call🕚
🕚Chapter 80 : Marah Beneran?🕚
🕚Chapter 81 : Sang Mentari🕚
🕛Chapter 82 : The Last Sheet🕛
🕛EPILOG🕛
🎀Cast & Pembaruan🎀
🎬 Behind The Scene : Before The Wedding
💐Say Thank You & Cuap Author💐

🕣Chapter 62 : Memori Gelap🕣

830 66 11
By chacalatte_97


Bayangan mengerikan kembali menelanku.
Tanda tanya biru itu masih disana, apakah itu kecemasan ataukah depresi?
Mungkinkah manusia memang makhluk yang mudah menyesal?
Ataukah mungkin akulah yang terlahir kesepian?
.
.

- BTS - Blue & Grey -

👻 👻 👻

"Ayah?" gumam Leo tak percaya. Sedangkan Nara menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Leo dan mencengkram erat jas Leo.

Pria di sana, Samuel Athava yang tak lain adalah ayah Leo dan Nara. Samuel menghentikan berontaknya dan menatap lekat wajah Leo. Jari telunjukknya pun menunjuk wajah Leo.

"Anakku? Kau anakku, kan? Leo!" panggil Samuel membuat Leo menatapnya horor. Ia memundurkan tubuhnya sembari menggenggam tangan Nara yang mencengkram jasnya. Tangan Nara yang gemetar hebat membuat Leo terkesiap.

"Leo! Ini ayah!" panggil Samuel lagi.

"*Bawa dia pergi! Cepat!" perintah Leo tegas kepada satpam di sana.

"*Baik, pak!" dengan sigap, keempat satpam itu pun menyeret Samuel kuat.

"*Let me go, saya adalah ayah dari bos kalian!!" Teriak Samuel.

"*Cepat bawa keluar!" perintah Leo lebih tegas.

Setelah para satpam berhasil membawa Samuel keluar, Leo beralih dan menatap Nara yang masih mencengkram kuat jasnya dengan tubuh yang bergetar hebat.

Leo pun segera merengkuh tubuh Nara erat. Nara tidak menangis, tapi ia sangat ketakutan, napasnya pun juga terengah engah. Leo mengelus kepala Nara lembut.

"Udah, gue di sini. Dia nggak bakal bisa sentuh lo. Lo yang tenang ya..." hibur Leo. "Kita ke ruangan gue, ya?" tawar Leo dan Nara menjawabnya dengan anggukan.

Mereka pun menuju ruangan Leo yang notabene kedap suara itu. Sesampainya di sana, Leo memberikan segelas air putih kepada Nara. Tanpa babibu lagi, Nara langsung menegak habis air di dalam gelas itu.

"Udah lebih tenang sekarang?" tanya Leo sembari mengambil alih gelas dari tangan Nara. Nara mengangguk singkat sebagai jawabannya.

"Kenapa dia balik coba?" gumam Leo kesal. Ia menatap Nara yang masih setia dengan pandangan kosongnya itu. Leo menghela napas dan meletakkan tangan kanannya ke puncak kepala Nara.

"Jangan dipikir terus. Kasian lo-nya, oke?" Nara tersenyum singkat mendengar penuturan Leo.

"Bentar lagi kan jam kantor selese, lo istirahat di sini aja dulu. Nanti pulang bareng gue, oke?" bujuk Leo yang diangguki oleh Nara.

6.15pm(JST)

Nara memasuki mobil Leo dan ikut pulang ke rumah. Jam kerja sudah selesai, saatnya pulang dan beristirahat. Keheningan menyelimuti keduanya saat berada di mobil. Namun itu tak membuat keduanya merasa canggung, Leo paham kalau Nara masih belum bisa melupakan hal yang terjadi tadi sore.

Sesampainya di rumah, Leo dan Nara segera keluar dari mobil. Namun mereka cukup terheran saat ada mobil lain yang tidak mereka ketahui siapa pemiliknya terparkir di sana juga.

Leo dan Nara pun segera masuk ke dalam rumah.

"Tadaima..." ucap Leo. Terdengar ada suara bincang bincang di ruang tamu. Leo dan Nara tidak merasa ingin tahu untuk hal itu, mereka mengira mungkin itu adalah tamunya Tama. Leo dan Nara memilih untuk langsung ke kamar mereka. Namun saat melewati pintu ruang tamu yang terbuka itu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil.

"Leo! Nara! Kalian sudah pulang?" mendengar itu, Leo dan Nara sontak menoleh. Tubuh Nara menegang melihat sosok yang ada di depannya kini. Begitu juga dengan Leo, ia terkejut melihat seseorang yang memanggilnya barusan. Dia Samuel, ayah mereka.

Samuel bangkit dari duduknya dan berniat mendekati kedua anaknya. Karena posisi Nara yang paling dekat dengan pintu ruang tamu membuat Leo dengan cepat menarik Nara untuk bersembunyi di balik tubuhnya.

Melihat Samuel berjalan menghampiri kedua cucunya, Tama pun ikut bangkit dari duduknya.

"*Sudah kubilang, enyahlah kau sekarang juga!" bentak Tama. Ia sebenarnya sudah mengerahkan anak buahnya untuk mengurus Samuel, namun Samuel mengancam akan melaporkan Tama pada pihak kepolisian. Karena bagaimanapun juga, Leo dan Nara adalah anak Samuel. Nama marga dari Samuel juga tertancap di belakang nama kedua anaknya.

"*Menyingkir kau! Aku akan mengambil sesuatu yang memang milikku. Mereka anak anakku dan aku akan mengambil mereka kembali." Jawab Samuel sembari berjalan mendekat kearah Leo dan Nara.

"Anakku..." baru beberapa langkah Samuel melangkah maju, Leo mengangkat tangannya sebagai kode untuk Samuel agar berhenti di tempat.

"Anakmu?" tanya Leo dengan raut dinginnya. Tak lama, ia tersenyum sinis sembari menatap tajam ayahnya itu. "Anda bermimpi?"

"Hei, apa yang kau katakan, son? Kalian ini kan memang anakku dan aku ini ayahmu. Ayah rindu pada kalian dan ayah yakin kalian juga rindu pada ayah, ayo kita bangun semua dari awal. Ayah tau, ayah banyak salah di masalalu. Tak mau kah kalian memaafkan ayahmu ini?"

"Fine, saya dan adik saya sudah memaafkan anda." Jawab Leo singkat.

"Oh lihat lah, apa yang kakekmu ini beri padamu. Kau jadi dingin kepada ayahmu sendiri. It's okay, it's okay yang penting kamu dan Nara mau memaafkan ayah, kan?" tanya Samuel memastikan. Mendengar namanya disebut, tubuh Nara semakin bergetar.

"Ayo nak, kalian tinggallah bersama ayah. Kalian bisa bekerja di perusahaan ayah. Kita bina keluarga dari awal lagi, oke?" tawar Samuel dengan wajah santainya. Leo menatap sinis wajah ayahnya itu.

"Wah, dialog anda sungguh lancar ya, Tuan Samuel Athava." sindir Leo sinis.

"Apa maksudmu 'dialog'?" tanya Samuel bingung.

"Kapan terakhir kali anda menyebut diri anda sebagai 'ayah', hm?" mendengar itu membuat Samuel tak bisa berkata kata.

Leo bisa melihatnya. Mata Samuel, gerak geriknya, bahkan nada dan kalimat yang dipakai untuk berbicara. Disemua itu sedikit pun tak tersirat ketulusan. Bahkan nada bicaranya pun terdengar meremehkan sekali. Tidak ada raut menyesal pada diri Samuel. Leo paham akan hal itu. Ia paham, apa yang ayahnya inginkan kali ini.

"Bersyukurlah saya dan adik saya mau memaafkan anda. Tapi kami tidak bisa dan tidak akan mau kembali kepada anda. Silahkan anda bisa pergi dari sini." Balas Leo dingin. Nara sendiri bahkan belum pernah mendengar kakaknya ini berkata sedingin itu sebelumnya.

Mendengar jawaban Leo, Samuel tertawa sinis.
"Kau ini benar benar tidak punya sopan santun, huh? Kurang ajar sekali kau!!" bentak Samuel dengan melayangkan tangannya hendak menampar putra sulungnya itu.
Namun dengan sigap, Leo mencekal pergelangan tangan Samuel.

Sudah ia duga, ayahnya bahkan tidak berubah sama sekali.

Mai menutup mulutnya takut melihat perselisihan dan argumen yang terjadi antara Samuel dan Leo yang berada tepat dihadapannya. Bahkan Tama dan Mai juga tak pernah melihat raut penuh kemarahan dan kebencian yang tercampur diraut wajah Leo sekarang ini.

"Saya tau, saya kurang ajar. Saya tau, saya tidak sopan terhadap anda. Tapi apa yang telah anda lakukan dimasalalu atau pun dimasa kini tak ada satupun yang pantas untuk saya beri kesopanan dan kehangatan." Kata Leo dingin dan penuh penekanan.

"Cih, kau lupa? Bagaimana pun situasinya, kemanapun kalian pergi menjauh kalian tetap anakku!" kini giliran Leo yang tertawa sinis mendengar ungkapan Samuel. Leo pun menghempaskan tangan Samuel kasar.

"Anak? Kapan terakhir kali anda menganggap saya dan adik saya ini sebagai anak anda? Bukankah anda sendiri yang memutuskan hubungan anda dengan anak anda sendiri?" ungkap Leo.

Samuel menarik napas dan menghembuskannya kasar.

"Oke oke, ayah salah. Tapi semua orang pernah salah bukan? Waktu itu ayahmu ini khilaf. Siapa yang tidak akan marah ketika ada seseorang yang membuat istrinya pergi jauh, huh? Jika kau sudah berkeluarga dan berada di posisi ayah, kau pasti akan mengerti dan juga akan melakukan hal yang sama."

"Semua orang memang pernah salah, tapi tidak semua kesalahan bisa diterima kembali dengan tangan terbuka." balas Leo. "Dan apa tadi anda bilang?" Leo tertawa sumbang teringat penuturan Samuel tadi, "Saya akan seperti anda? Jangan pernah samakan diri saya dengan anda. Saya tidak akan menyalahkan anak saya jika kelak itu terjadi kepada saya. Saya bersumpah akan hal itu." Balas Leo pasti.

"Dan lagi, saya tau apa maksud kedatangan anda kemari dan dengan tiba tiba memohon maaf ini dan itu kepada kami. Perusahaan anda Athava, pasti sudah mendengar bahwa kami berdua berhasil membuat perusahaan Hasegawa semakin maju bukan? Dan anda ingin mengambil kami hanya untuk dijadikan bidak dalam dunia bisnis anda. Bukan begitu, Tuan Samuel Athava?"

Jleb

Samuel terdiam mendengar penuturan putranya itu. Memang apa yang diasumsikan oleh Leo itu benar adanya, ia hanya ingin membuat perusahaannya semakin maju dengan adanya Leo dan Nara itu.

"Dan sayang sekali." Lanjut Leo yang membuat Samuel mendongak menatap Leo kembali. "Anda sungguh tidak pandai dalam hal tipu daya. Sewa lah seseorang yang cukup pandai untuk hal ini. Anda masih punya cukup uang kan?" tantang Leo membuat Samuel geram.

"Jangan pikir kami mau kembali kepada anda, Tuan Samuel." Final Leo tajam. Samuel semakin geram dan ia pun mengangkat telunjuknya untuk diarahkan tepat di depan wajah Leo.

"Kau! Dan adik si*lanmu itu yang telah membunuh istriku itu akan tetap kembali kepadaku. Kalian akan bekerja kepadaku." Tekan Samuel. "Ingat. Nama Athava tersemat di nama kalian."

Setelah mengatakan itu, Samuel berjalan melewati Leo dan juga Nara untuk keluar. Namun saat tepat berada di samping Nara, Samuel berkata sesuatu yang membuat tubuh Nara semakin lemas dan tangisnya pun ikut pecah,

"Dasar kau pembunuh si*lan." katanya. Setelah mengatakan itu, Samuel pun meninggalkan rumah Tama.

Bruk!

Nara yang sudah tak bisa lagi menopang tubuhnya pun terduduk lemas dengan tangisnya yang mulai pecah.

"Hh... Hhh... Hks, haa... Hks... Haaa... Aaaa!" tangis Nara yang semakin kencang membuat Leo ikut bersimpuh dan membawa Nara ke dalam dekapannya.

"Haa... Aaaa... Aya minta maaf! Aya udah buat bunda pergi... Maafin Aya! Aaaa..." kata Nara ditengah tangisnya.

Tanpa sadar, air mata Leo ikut menetes saat mendengar kata 'Aya' yang merupakan panggilan kecil Nara keluar dari mulut Nara sendiri. Leo tahu, jika Nara sendiri yang mengeluarkan panggilan itu artinya Nara benar benar tengah tenggelam ke dalam memori kelamnya. Karena pada dasarnya, Nara sendiri yang memutuskan untuk tidak memakai nama itu lagi.

"Nara nggak salah, oke? Itu semua takdir, berhenti menyalahkan diri sendiri. Nanti bunda ikut nangis. Nara nggak mau bunda ikutan nangis, kan?" kata Leo lembut sembari membelai rambut panjang Nara.
Dengan kondisi Nara yang seakan tengah tenggelam dimemori masalalunya yang kelam itu membuat Leo juga menyesuaikan nada bicaranya seperti 15 tahun lalu ketika ia baru menyadari akan kenyataan bahwa ayahnya menyiksa Nara selama ini.

"Hks... Hhh... Huuhh... Huuh." isak Nara dengan napas yang terengah engah.

Mai ikut menangis saat melihat kondisi Nara sekarang. Ia merasa sangat tak tega melihat cucunya amat terluka seperti ini.

Leo pun menepuk nepuk punggung Nara agar ia tenang. Ia terus melakukan hal yang sama sampai isakan Nara mereda dan berhenti.

"Hhh... Hhh... Hhh..." terdengar hembusan napas Nara yang sudah mulai tenang dan mata yang sudah mulai tertutup. Sepertinya Nara sudah mulai terlelap dengan dagu yang ia tumpangkan dibahu Leo.

Leo mengecek apakah Nara benar benar terlelap karena isakannya sudah tak terdengar lagi. Dan benar saja, Nara sudah terlelap dengan mata yang masih berair dan pipi yang basah karena banjirnya air mata.

Dengan perlahan, Leo pun beralih membopong Nara dan membawanya untuk beristirahat di kamarnya.

Leo merapikan surai rambut Nara yang berantakan lalu menyelimutinya sampai sebatas dada.

"Semoga lo lebih tenang setelah tidur, ya? Dan mimpi buruk itu nggak ikut ke dalam tidur lo." kata Leo pelan sembari membelai pelipis Nara yang tengah terlelap.

Sementara di luar kamar Nara, Mai dan Tama tampak memandang Nara dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"*Apa dia akan kembali lagi? Aku tak mau Nara tersiksa seperti ini lagi." tanya Mai pelan kepada Tama yang sedari tadi terlihat berfikir keras. Ia tak ingin Leo mendengarnya, karena itu bisa membuat emosinya memuncak lagi.

"*Aku akan membuang nama Athava dari bagian nama lengkap mereka dan mengalihkan hak asuh mereka."

👻 👻 👻

TBC

Katanya di Jepang, klo si cewek nikah. Marganya bakal ngikut ma suaminya.

Katanya.

Continue Reading

You'll Also Like

14.8K 2.4K 25
Sudah punya pacar bukan berarti harus mundur! "Sebelum janur kuning melengkung, pacar orang masih halal untuk ditikung" -Alexa key Anderson *** GUE...
28.8K 1.7K 39
PERHATIAN CERITA INI BELUM SEMPET REVISI JADI MOHON PENGERTIAN ATAS TYPO² YANG ADA ..... " enggak yon! aku gamau putus dari kamu! aku cinta sama kamu...
821K 81.6K 46
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
6M 256K 57
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...