DEVEN [SELESAI]

Galing kay bunganajwaramadhani

11.3K 893 34

[Semua part gak ada yang diprivasi, kalian bisa baca kapanpun, dimanapun] (TEENFICTION/ROMANCE) Deven Alvar... Higit pa

Prologue
-1. Tabrakkan
-2. Luka memar
-3. Buku Catatan
-4. Pulang Bareng
-5. Acara keluarga
-6. Dekat dia
-7. Ada yang berubah
-8. Senyuman dia
-9. Rumah Sakit
-10. Mall
-11. Maaf Eliza
-12. Perkelahian
-13. Info Basket
-14. SMA NUSA BHAKTI
-15. Mulai Berbeda
-17. Tragedi Kecelakaan
-18. Sembuh dari koma
19. Info semi final
-20. Menang
-21. Curiga
-22. Thanks Gibran
-23. Pacar pura pura?
24. Happy Birthday Eliza
25. Kecelakaan? Lumpuh?
26. Jangan menangis
27. You Hug Me?
28. Belajar kelompok
29. Kelulusan
30. I Love You [END]
Percakapan random
-Congratulation (SPESIAL PART)
I'm so sorry all readers
Attention!
New information (Surprise)

-16. Happy Birthday Deven

248 20 2
Galing kay bunganajwaramadhani

Pagi ini semua sekolah libur karena hari Minggu, siapa yang tak suka dengan hari Minggu? Bagi anak sekolah, Minggu itu adalah hari paling indah.

Namun siapa sangka? Minggu ini harusnya hari spesial buat Deven. Karena di hari ini Deven sedang berulang tahun, namun di balik kesenangan tersebut ada kesedihan yang terpendam.

Massages

Rangga: Cemut bangun eh.

Beberapa menit kemudian Zahra membuka chatnya.

Zahra: Apa? Gue lagi bantuin Mama

Rangga: Oh maaf ganggu, btw hari ini Deven ulang tahun, tapi sayangnya dia juga gak inget.

Zahra: Oh, bilangin Happy Birthday dari gue ya.

Rangga: Gak mau, bilang sendiri dong, emang ga bisa dateng?

Zahra: Gue lagi banyak urusan, jadi ga bisa dateng kayanya.

Rangga: Ih ikut dong, kan ada Eliza, Ara, sama Katya, tapi ada Indy juga

Zahra: Nanti gue usahain ya.

Rangga: Nah gitu dong, kalo gitu kita tunggu ya, nanti siang.

Zahra: Insya'allah.

----

'Gue pikir juga apa, pasti ada Indy, gimana enggak? Indy kan suka sama Deven'

Zahra menghembuskan nafasnya gusar dan menaruh ponselnya di atas kasur. Ia pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Setelah selesai ia turun ke bawah, mendapati Papa dan Mama, serta Tantenya yang memangku Lita.

"Pa, Ma, Tante, Zahra keluar sebentar ya" pamit Zahra, mereka semua menatap Zahra.

"Mau kemana anak Mama nih, kok udah rapi kaya gini pagi pagi" tanya Mama sambil memegang tangan Zahra.

"Zahra mau beli barang, Ma. Sebentar aja Ma, abis itu Zahra langsung pulang" Zahra tersenyum ke arah Mama.

"Ya udah, hati hati ya, Nak" ucap Mama, Zahra mengangguk dan salim pada Papa, Mama, dan Tantenya.

"Assalamu'alaikum" salam Zahra seraya jalan keluar rumah.

"Waalaikumsalam" balas mereka kompak.

Zahra menaiki mobilnya dan pergi menuju toko yang menjual barang barang untuk ulang tahun.

°°°

"Gimana, udah lo kabarin belum cemut gue?" tanya Kevin. "Cemut kita kali, enak aja lo" timpa Rangga.

"Apaan sih, dia cemutnya Deven, jangan pada berantem. "Gimana Zahra? Udah tau?" Reza menanyakan hal yang sama pada Rangga.

"Done! Udah gue kabarin kok, nanti siang pasti dateng, tapi gue heran, kok dia kaya ragu ragu buat dateng ya?" Rangga memikirkan hal tersebut.

"Malu kali" jawab Kevin apa adanya

"Gak mungkin, kalo malu mana mungkin mereka jadi sedeket ini" ucapan Rangga membuat semuanya ikut berpikir.

"Ya udahlah, yang penting dia bisa dateng" Reza membuat suasana kembali seperti biasa.

"Lo udah ada hadiah gitu?" Kevin melirik ke arah teman temannya. "Gue masih bingung, hadiah apa yang mau di kasih" Reza memegang dahinya.

Mereka sedang kumpul di basecamp. Memikirkan hadiah apa yang akan diberikan pada Deven.

Di sisi lain, Zahra sudah menemukan apa yang ingin ia beli, hanya barang biasa, namun ia berharap semoga Deven menyukainya.

"Mbak, saya beli ini ya, sekalian itu saya gak sengaja liat kue, apa itu udah ada yang order?" tanya Zahra pada penjual wanita tersebut.

"Belum kak, kebetulan kalo kakak mau beli, karna itu kue yang banyak disukai pelanggan, silahkan kalo kakaknya mau, itu stock terakhir kita" ucap sang penjual ramah lembut.

"Ah, kalo gitu saya beli ya" Zahra menunjuk kue coklat tersebut. Sang penjual mengangguk dan mengambilkan kue tersebut dari kotak kulkas.

"Mau dikasih hiasan apa Kak?" tanya sang penjual.

"Boleh ga kalo saya yang menghias sendiri?" Zahra sangat senang jika ia diperbolehkan menghias itu sendiri.

"Boleh Kak, mari saya antar ke belakang, di sana kalo Kakak butuh sesuatu, ada orang yang membantu kakak" tawar sang penjual tersebut, Zahra mengangguk girang.

Hanya membutuhkan beberapa menit untuk menghias, kini kue tersebut pun telah jadi, dan terlihat sangat indah.

"Wah, kakaknya pandai menghias kue ya, pasti orang yang dikasih kue itu suka banget" puji penjual kue pada Zahra.

"Bagus ya mbak? Kalo iya saya ikut senang, oh iya tolong tata kuenya yang rapi ya" Zahra memberikan kue tersebut pada penjual. Penjual tersebut mengangguk.

Zahra sangat senang, karna kue tersebut dihias oleh dirinya sendiri, dan itu hanya untuk Deven. Zahra berdiri di depan meja kasir, menunggu kue tersebut.

"Ini Kak, kuenya silahkan di ambil" penjual tersebut memberikan kuenya pada Zahra.

"Makasih ya Mbak, ini kartu saya" penjual tersebut menggesekkan kartunya dan memberikan selembar kertas berisikan total biaya.

"Jadi langganan tempat kami ya Kak, terima kasih" penjual tersebut membungkuk mengucapkan terima kasih

"Iya sama sama" Zahra mengambil kue tersebut dan pergi untuk pulang.

Saat di jalan, tak sengaja ia mendapati seseorang yang di kenal. Ia memberhentikan mobil tersebut di pinggir jalan.

Terkejut, bahkan sangat terkejut, ia melihat lelaki yang diharapkan, sedang makan bersama wanita lain.

Betapa senangnya raut wajah wanita tersebut. Baru beberapa jam ia bersenang senang, mengapa ada hal yang kembali membuatnya sakit.

Ia memilih diam dan memasuki mobil, ia menyenderkan tubuhnya dikursi mobil, apa ada harapan untuk menghadiri ulang tahun Deven?

'Mau sampe kapan gue nyesek kaya gini? Kodratnya gue yang bukan siapa-siapanya, gak pantes cemburu.' -batin Zahra.

Zahra kembali menyalakan mesin mobilnya dan bergegas pulang.

°°°

Zahra memasuki rumah dengan tatapan kosongnya, kembali melihat mereka berdua, yang hanya menyakiti hatinya.

"Jadi ini, namanya patah hati?" gumam Zahra pelan. Papa yang melihat Zahra berjalan sambil melamun, bergegas untuk mengagetkan anak perempuannya.

"HAYO NGELAMUN!" Papa memeluk tubuh putrinya dari belakang.

"Hah?! Astaga Papa ya ampun, Zahra kaget tau, Pa" Zahra memegang dadanya, menetralkan detak jantungnya, akibat keusilan Papanya.

"Lagian jalan sambil ngelamun, itu gak boleh" Papa mengusap kepala anaknya tersebut.

"Maaf Pa, oh ya Mama mana?" tanya Zahra. "Hmm, Mama di mana ya?" timbal balik Papa.

"Ih Pa, Zahra nanya kok malah ditanya balik" Zahra memanyunkan bibirnya.

"Mama di sini sayang" Mama datang bersama Tante Wendy yang sedang menggendong Lita.

"Kenapa nih nyariin Mamanya" goda Tante.

"Kamu kemana sih, nak? Mama khawatir loh, katanya cuma sebentar, ini udah jam berapa" Mama menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ya ampun Ma, Zahra udah gede Ma, gak perlu lah Mama khawatir sampe kayak gini" Zahra memeluk Mamanya.

"Ya kamu kan bilangnya sebentar" Mama mencubit pipi Zahra.

"Iya, maafin Zahra ya, Ma, Pa" Zahra tersenyum, membuat semuanya ikut tersenyum.

"Apa tuh yang dibeli?" Tante melirik tas belanja milik Zahra.

"Ini kue Tan" Zahra mengangkat tas belanjanya.

"Buat siapa, ada yang ulang tahun?" tanya Tante.

"Mama tau, keliatan tuh dari namanya yang ada di kue" ujar Mama menggoda, membuat Zahra malu malu tak jelas.

"Mama ih" Zahra menggeram kesal.

"Dasar anak muda, kalo udah jatuh Cinta ya kaya gini" goda Papa.

"Papa ih, udahlah Zahra mau ke kamar dulu deh" Zahra berjalan ke arah kamar dengan malas.

°°°

Zahra meletakkan barang barangnya di sebelah kasurnya, sambil melirik jam dinding yang menempel di dinding kamarnya.

"Bahagia banget ya mereka tadi, ayolah buat apa gue masih cemburu? Perasaan ga bisa dipaksa" gumam Zahra, seraya membenarkan kaos berwarna putih polosnya.

"Oh jadi ini yang orang maksud, sakit tak berdarah, luka tapi tak terlihat" gumamnya lagi sambil bercermin dan menggunakan jaket kulit berwarna merah.

Zahra sudah bersiap untuk datang ke acara ulang tahun Deven, sungguh ia akan kuat atau tidak nantinya.

Saat sedang mengambil kunci mobil dan meraih tas kecil serta ingin memasukkan dompetnya ke dalam tas, ia melihat ponselnya berdering.

Ting... Ting... Ting...

Rangga calling...

Rangga: Cemut dimana? Buruan udah mau mulai nih.

Zahra: Gue otw sebentar lagi.

Rangga: Kita tunggu, dan gue harap lo beneran dateng.

---

Zahra memutuskan panggilannya, setelah itu ia kembali mengambil tas kecilnya dan berjalan keluar rumah.

Saat di perjalanan Zahra terus berusaha melupakan kejadian tadi setelah pulang membeli kue ulang tahun untuk Deven.

"Zahra jangan bodoh, lupain atau gue palu kepala lo, biar lupa sama semua" Zahra terus ngedumel tak jelas

Hingga sampailah ia di salah satu tempat dimana mereka merayakan ulang tahun Deven.

Zahra menuruni mobil, terlihat Deven sudah mulai memotong rotinya, namun yang membuatnya berbeda, ia kembali melihat wanita itu lagi berdiri di samping Deven seraya membantu lelaki itu memotong kuenya. Modus!

"Baru juga mau ngelupain, udah liat lagi, sial-sial" Zahra menarik nafasnya perlahan, menghembuskannya kasar.

"Bisa ga sih, gue ga liat moment kaya gini sekali aja?" terdengar suara Ara yang sangat keras, seperti sedang menyindir.

"Kenapa? Romantis kan?" tanya Indy kepada Ara seraya tertawa.

"Dasar gak tau diri lo" gumam Eliza pelan, yang sudah benar benar tak suka sikap Indy.

"Udah beb, eh beb liat deh, itu Zahra kan?" tanya Rangga seraya menunjuk ke arah wanita yang sedang berdiri di depan pintu mobil.

"Eh iya, ZAHRA!!" panggil Eliza, semua yang ada di sana melihat ke arah Zahra.

Zahra yang merasa namanya dipanggil langsung melirik ke arah Eliza.

Lelah sekali melihat pemandangan sialan tadi, sekarang ia harus mendekati mereka.

"Hai semua" sapa Zahra sambil tersenyum.

"Hai Zahra!" jawab mereka dengan sengaja kompak.

"Tumben kok barengan gitu" Zahra tertawa kecil melihat kekompakan mereka.

"Gak papa dong, kompak masa gak boleh?" ujar Reza.

"Boleh kok, eh happy birthday ya, panjang umur, sehat selalu" Zahra menjabat tangan Deven dan diterima dengan senang hati oleh Deven.

"Makasih Zah" jawab Deven, Zahra menganggukkan kepalanya.

"Makan-makan dulu yuk, udah laper nih" tawar Rangga.

"Gue juga laper" ucap Kevin.

"Yaudah yuk makan" ucap Katya seraya menaruh beberapa makanan, serta nasi kuning bikinan Katya. Jangan lupakan hobi memasak Katya yang turun temurun dari neneknya

"Deven, cobain deh" ucap Indy seraya menyuapkan satu sendok nasi kuning kedalam mulut Deven.

"Gak usah" tolak Deven.

"Ayolah, cobain dulu" Indy memaksa Deven, Deven akhirnya mengalah dan menerima suapan Indy.

Sesekali Deven melirik Zahra, raut wajah Zahra yang sudah tak dapat di bohongi bahwa Zahra menahan mati-matian air matanya.

"Cemut makan sini, deket Babang Kevin sama Ara" ajak Kevin, namun Zahra tak membalas ucapan Kevin karna masih terfokus pada dua manusia itu.

"Enakkan? Eh tunggu" Indy membersihkan mulut Deven menggunakan tissue yang ada di atas meja.

"Kaya anak kecil" goda Indy, Deven hanya terus menerus menatap Zahra, hingga tak dapat dipungkiri bahwa air mata Zahra sudah jatuh tanpa aba-aba dan tanpa Zahra sadari.

Deven terkejut saat Zahra tiba-tiba menangis, rasanya ingin ia menenangkan Zahra saat ini. Namun Indy selalu menyuruhnya untuk berada di sampingnya.

"Zahra astaga lo kenapa nangis!!" teriak Ara histeris, lalu berlari menghampiri Zahra dan memeluknya.

"Zahra kenapa? Jangan nangis dong" Ara membersihkan air mata Zahra.

"Kenapa Zah?" tanya Katya dengan nada lembut. Zahra pun tersadar dari lamunannya kala mendengar suara Katya.

"Eh apa? Kenapa?" tanya Zahra bingung.

"Lo kenapa nangis?" tanya Katya kembali.

"Siapa yang bikin lo nangis?" tanya Eliza yang sudah ber ancang-ancang ingin menjadi psychopath dadakkan.

"Emang gue nangis?" tanya Zahra membuat Katya, Ara, dan Eliza membulatkan matanya.

"Lo kesurupan?" Eliza mencubit pipi Zahra.

"Ah enggak, yaudah sana lanjut lagi, gue duluan aja, masih ada urusan" ujar Zahra.

"Loh kok cepet banget sih cemut baliknya" ucap Rangga.

"Gue ada urusan, besok kita ketemu lagi oke" Zahra mengacungkan jempolnya.

"Yaudah lo hati-hati ya, jangan nangis di jalan, sedih gue nih liat lo nangis" ucap Ara.

"Iya Ara, gue bakal hati-hati kok, yaudah ya temen-temen, gue balik dulu" Zahra melambaikan tangannya seraya berjalan ke arah mobil.

Mereka membalas lambaian Zahra dan melanjutkan aktivitas makan bersamanya.

"Gue tau apa yang bikin Zahra nangis" ujar Eliza, lalu berjalan ke arah Indy dan Deven.

"Gue denger kemarin waktu tanding basket, lo ngasih tau ke temen-temen lo supaya gak ganjen ke siswa SMA GBS, tapi kenapa lo sendiri ganjen?" tanya Eliza masih dengan nada santai

"Gue ganjen? Gue gak ganjen kok, gue cuma mau akrab sama Deven" ujar Indy.

"Akrab sama Deven gak harus kaya gitu caranya, lo paham gak sih kalo Zahra tuh suka sama Deven? Masih aja lo deketin Deven" timpal Ara tak terima.

"Salah gue dimana sih? Ini cara gue kenapa kalian repot?" Indy pun ikutan tak terima dirinya di bilang ganjen barusan.

"Sialan lo, awas aja kalo Zahra sampe dilema karna lo deket deket sama Deven, urusan lo sama gue!" Eliza yang sudah tak tahan karena menurutnya Indy ganjen terhadap Deven.

"Lo santai dong, emang salah gue akrab sama Deven, lagian emang mereka udah pacaran? Belum kan, jadi dia gak pantes dong cemburu" balas Indy

"Mikir dong lo, Zahra tuh suka, jadi wajar aja kalo cemburu, tapi awas sampe Zahra frustasi gara-gara lo, dan lo" Eliza juga tak segan menunjuk ke arah Deven.

"Udah-udah, jangan memperkeruh suasana, ini ulang tahun Deven loh, kasian Deven" ucap Katya yang mulai jengah.

"Iya guys, kita gak boleh marah-marah sekarang, kasian yang ulang tahun, yaudah lanjutin makannya nih, mubazir kalo disia-siain" ucap Reza menengahi

"Sorry Dev" ucap Eliza dan Ara bersamaan.

"Gak papa" balas Deven.

Suasana kembali seperti semula, walau Eliza juga sebenarnya masih kesal dengan sikap Indy barusan, tapi ia tak boleh egois, ini pesta ulang tahun temannya, jadi ia tak boleh membuat acaranya rusak, semoga Zahra tak sampai frustasi.
















•••

[Assalamualaikum]

Semua maaf, aku gak teliti banget, bodohnya aku sampe ga tau kalo words nya belum selesai, makasih yang udah comment tadi. Sekali lagi aku minta maaf semua. Sekalian maafin kalo banyak typo:)

Fighting everyone!

[@jeonn_ajwa]

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

723K 56.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
483K 5.4K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG๐Ÿคญ Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
16.1K 952 56
Biantara Langit Angkasa adalah siswa SMA Kertajaya yang duduk di kelas 11. Bian sapaan akrabnya, suka bermain basket dan menjabat sebagai ketua tim b...
283K 14.6K 53
[Sequel Bad Girl vs Possesive Boyfriend] [Bisa di baca terpisah] "Kak Langit tau gak?" "hm?" "aku pengin jadi bintang deh," "kenapa?" "karna bintang...