Extra Part - A

78 17 17
                                    

Hi, privе́t?

Sebelumnya aku mau bilang kalau cerita ini emang kubikin dikit partnya —kayak, Love Me like You do.

Selamat membaca.

🥜🥜🥜

Delapan bulan berlalu, Nadine melewati hari-harinya dengan sendu. Walaupun berhasil lulus dengan nilai memuaskan tak lantas membuat Nadine ikut puas.

Dia bersedih. Hari-harinya penuh kesedihan. Nadine benci kesendirian, itu sebabnya dia meminta Ayaz untuk menemaninya di Indonesia saat sang orang tua pindah ke Jerman.

Andai Nadine memiliki adik, pasti dia takkan pernah merasa kesepian. Tapi, itu Nadine yang dulu. Nadine yang belum bertemu dengan cowok humoris namun juga romantis.

Kalian benar jika menyebutkan nama James, karena memang dia lah cowok yang Nadine maksud.

Nadine anak tunggal yang tak pernah merasa kurang. Nadine adalah anak yang penurut dan teman yang baik. Walaupun kepolosannya seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang. Tapi, Nadine sebenarnya adalah orang yang tulus.

Dia melakukan semuanya dengan sepenuh hati. Khususnya saat mencintai seseorang. James memanglah bukan satu-satunya pria yang pernah singgah di hati Nadine. Akan tetapi, pria itu berbeda karena harinya selalu cerah jika bersama James.

Nadine itu manja, dia terbiasa dituruti segala kemauannya juga tak mau dibantah. Saat awal bersama James mungkin dia yang mengatur, tapi lambat laun Nadine luluh pada James.

Dia jadi lebih terkontrol, jika tak dibolehkan maka Nadine akan diam dan menurut seperti kelinci. Nadine akan mengalah jika memang harus, itu sebabnya keluarga Nadine mendukung hubungan James dengan putrinya.

Entah sihir apa yang James berikan sampai bisa mengubah Nadine—mengubah dalam hal positif. James benar-benar anugerah terindah yang Tuhan berikan.

Sampai sekarang rasa itu masih ada, Nadine menyimpannya dalam hati. James adalah cowok yang baik walaupun terkadang menyebalkan saat dia bersikap manja dan caper ke Nadine. Apalagi kalau sudah merajuk, kadang makan saja minta disuapi—James cuma gak minta dimandiin saja.

"Ayo, Nadine. Ini udah jam 9, nanti ketinggalan pesawat."

Nadine menurut, kakinya melangkah di antara gundukan tanah itu. Veil putih menutupi kepalanya dari sinar matahari, juga kacamata hitam yang menempel sempurna di hidung mancungnya.

Kakinya berhenti di sebuah pusara dengan banyak bunga yang layu, sepertinya sudah lama. Berjongkok, Nadine menaruh mawar putih yang ia bawa itu ke atas pusara.

 Berjongkok, Nadine menaruh mawar putih yang ia bawa itu ke atas pusara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harum mewangi, semoga dia suka. Mata Nadine tertutup untuk merapalkan doa, walau hatinya terasa agak nyelekit. Tapi, Nadine berusaha untuk tetap tegar.

Setelah memberikan doa Nadine langsung bangkit. Tidak ada yang ingin ia ucapkan, namun dalam hati Nadine berkata; semoga kamu bahagia di sana.

SACRIFICE | 2020 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang