bagian jubelas

Beginne am Anfang
                                    

"Kenapa, Den?" tanya satpam itu.

"Boleh jengukin An— Roselia gak?" tanya Jeff basa basi.

"Aduh maaf ya, Den. Nyonya ngelarang saya bukain pintu buat orang lain,"

Jeff pun langsung menoleh ke Ana, "gimana nih?".

"Santai selagi masih ada aku," Ana menggosokkan tangannya hingga muncul serbuk berwarna putih dan meniupnya ke arah satpam itu hingga membuatnya tertidur.

"Heh lo apain itu?!" Jeff melotot.

"Tidur doang," Ana lalu menembus pagar itu dan membukakan pintu untuk Jeff.

Jeff berjalan dengan hati-hati. "Kaya anak presiden aja ya lo sampe gak diperbolehin ketemu sama siapa-siapa," ucap Jeff sambil melihat ke sekeliling. Setelah itu mereka sampai di depan pintu rumah itu.

"Spada!!" teriak Jeff.

"Ada bel loh!" Ana kemudian memencet bel itu, suster membukakan pintu untuk mereka.

"Kok bisa masuk? Dibolehin?" tanyanya tanpa basa basi.

"Dibolehin kok," jawab Jeff sambil tersenyum.

"Masa sih?" suster itu menatap curiga ke arah pos satpam.

"Saya teman dekat Roselia," cegah Jeff. "Saya mau ketemu sama dia, sebentar aja," pinta Jeff penuh harap.

"Beneran diizinin?"

"Hngg— kan bloon!" umpat Jeff tiba-tiba.

Suster itu nyengir, Ana yang menguasai tubuh suster itu sekarang. "Habis banyak nanya, yuk!"

Ana mengantar Jeff ke kamarnya, urusan suster gampang. Ana barusan membuatnya tertidur karena ia tidak mau energinya terkuras karena merasuki raga seseorang.

"Gue boleh masuk?" tanya Jeff.

"Iya," Ana membukakan pintu kamarnya, dan Jeff melangkahkan kakinya memasuki kamar yang berbau mawar itu. Persis seperti bau kamarnya sekarang.

Jeff berhenti, ia hanya bisa diam mematung melihat kondisi tubuh Ana yang sebenarnya. Kepalanya dililit perban, lehernya terpasang gips, dan tangannya juga dililiti perban. Penuh lebam di wajah Ana.

Jeff berjalan mendekati ranjang, sementara Ana sudah tiduran disebelah tubuhnya sambil menatap tubuhnya malang.

"Roselia Ursa Mayoren, nama lo terinspirasi dari bunga mawar dan galaksi ursa mayor ya?" ledek Jeff ketika mendapati tulisan tegak bersambung di atas televisi.

"Kenapa? Cantik hah?" tanya Ana sensi sendiri. "Kok kamu nengoknya ke situ sih? Kamu mau jengukin aku atau televisi, Jeff? Jeffrey kok sekarang malah ngadep jendela! Aku jelek ya?" tanya Ana sedih.

"Bukan gitu...," Jeff akhirnya menoleh secara perlahan dan menatap tubuh Ana yang terbaring itu. Suasana seketika hening, hanya suara alat pendeteksi jantung yang mengiringi mereka.

"Ana," panggil Jeff pelan.

"Iya?"

"Gue boleh pegang tangan— bukan tangan ini!" Jeff menyingkirkan uluran tangan Ana di depannya.

"Bilang dong! Boleh kok, buat kamu apa sih yang enggak," ucap Ana sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Jimat gue, gue taruh dimana ya," Jeff pura-pura merogoh kantung bajunya.

"Gak asik ah, Jeff," gerutu Ana.

Jeff dengan hati-hati memegang tangan Ana, tangan itu lebih terasa hangat. Ana yang melihat itu hanya tersenyum.

To : My Pretty Ghost 🎀Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt