Biarkanlah dirinya menangis sendirian, setidaknya untuk mengurangi rasa beban yang menekannya. Ternyata dibalik kokohnya benteng yang Jaehyun bangun, ada sisi kecil lainnya yang membuatnya begitu rapuh.
*****
Taeyong membuka matanya dengan pelan, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 siang. Tak biasanya tak ada yang membangunkannya untuk sarapan, apa dirinya tidur terlalu nyenyak hingga tak tau apapun?
Matanya melihat kalender yang berada dinakasnya, dan terdiam sejenak. Mendudukkan tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi membersihkan diri.
Mungkin sekitar 1 jam kemudian, Taeyong telah memakai pakaian rumahan dengan jubah tidur satinnya. Menuruni tangga dengan gaya anggunnya.
Tanpa memperdulikan seluruh pelayannya heboh karena tak menyangka Tuan Muda mereka akan turun pada saat seperti ini, apalagi matahari begitu memperlihatkan dirinya hari ini.
"Dimana Jaehyun?" tanyanya kepada salah satu pelayannya. Ketika matanya tidak melihat keberadaan pria itu sama sekali.
"Emm, Jaehyun-sshi pergi keluar tapi dia tidak bilang ingin pergi kemana." Taeyong hanya mengangguk mendengarnya, kembali melangkahkan kakinya.
"Tuan Muda ingin makan? Tuan Muda belum sarapan sama sekali dan ini sudah jam 12 siang." ucap pelayannya itu.
"Taruh saja dikamarku, dan jangan ganggu aku." ucapnya tanpa menoleh dan berlalu. Mengabaikan anggukan patuh dari pelayannya.
Langkah kakinya terus bergerak dengan anggun, melangkah kesebuah tempat yang sangat jarang dijelajahi oleh para penghuni Mansion ini. Menuju gudang bawah tanah yang sering digunakan untuk menyimpan barang tak terpakai, tanpa diketahui siapapun ada sebuah pintu rahasia yang tombolnya disembunyikan dibelakang lukisan yang sudah berdebu.
Memunculkan anak tangga yang membentuk satu-persatu. Menapaki satu persatu tangga kayu yang mulai berbunyi ketika kaki Taeyong melabuhkan diri disana.
Saat sudah berada tempat paling bawah dirumah ini langkah Taeyong terhenti didepan sebuah pintu yang tertutup sangat rapat. Memasukkan kunci dengan bentuk unik yang sedari tadi digenggamnya.
Pintu itu sepenuhnya bisa dimasuki karena sudah tak terkunci lagi, dengan perlahan Taeyong membuka pintu itu dan masuk kedalamnya. Debu yang begitu tebal serta keadaan yang sangat gelap begitu kentara, tangan Taeyong menarik sebuah tali untuk menyalakan lampu kuning redup yang dipasang diruangan ini.
Panca inderanya menangkap begitu banyak barang yang disimpan disini, barang-barang mendiang Ibunya. Taeyong menatap sekeliling dengan wajah datar dan kaku. Tangannya menarik kain putih yang menutup sebuah figura besar. Debu yang bertebangan karena tarikan kain oleh Taeyong tak membuat pria cantik itu bergeming.
Matanya menatap deretan foto, kemudian menatap lekat sebuah foto yang paling besar disana.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.