"Sebagai calon detektif yang baik, gue bakal cari tau apa maksud kertas ini," ucapnya kemudian, menyodorkan kertas tersebut ke Yedam.

Asahi mengernyit. "Jadi?"

"Gue yakin huruf D ini menuju ke seseorang yang punya karakter penting atau tokoh utama permainan ini. Bisa aja, kan? Atau mungkin, huruf D ini menuju ke siapa impostornya. Tapi, kalau dilihat dari darah yang udah kering, ini darah lama."

"Kak, lo kan anak kriminologi nih, gue minta tolong bantuannya ya. Gue gak tau harus percaya siapa lagi selain lo," pinta Yedam memelas.

"Doyoung? Bukannya lo bareng dia terus?"

"Sebenernya gue takut, nanti kalau gue dibully gimana?"

Junkyu terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Yedam... Yedam. Doyoung anak baik-baik kok."

Asahi mengangguk setuju. "Gue yang bareng dia gak kenapa-napa, dia juga gak keluyuran."

"Ya udah deh, ayo kerjain task lagi," kata Yedam pada akhirnya, walau sebenarnya dia ragu dengan perkataan keduanya. Gimana ya... bisa saja akting, kan?

Junkyu merangkul Yedam. "Gitu dong."

"Btw kak, lo orang mana?"

"Bandung, lo sendiri?"

"Jak─ tunggu, darimana?"

"Bandung, kenapa emangnya?"

Yedam berubah tegang. Perkataan Yoonbin sebelumnya terngiang-ngiang di kepala. Huruf D bisa saja tempat lahir.

Bandung.

"Neo Gwaenchanha?" Tanya Junkyu khawatir, Yedam melongo.

"A-apa?"

"Lo gak apa-apa?"

"Gak apa-apa kok... kenapa tanya nya pake bahasa Korea?"

Junkyu senyum ganteng. "Gue asli dari sana, gue pindah ke Bandung umur sebelas tahun. Nama asli gue itu mirip sama anggota grup Harta Karun."

Yedam diam saja.

"Kalau mau curiga gak apa-apa, di permainan ini emang susah untuk percaya sama orang lain."

"G-gak kok, bukan gitu maksudnya-"

"Gue ngerti, gue juga gak bisa paksa orang lain untuk percaya sama gue. Disini, gue bakal habisin sisa waktu hidup gue untuk bersenang-senang. Kita gak tau kapan giliran kita, kan?"

"Bersenang-senang gimana?"

Junkyu tersenyum lebar. "Tidur."

Ada gitu ya orang yang memikirkan tidur disaat seperti ini. Kalau Yedam jadi Junkyu, pasti dia sibuk mencari petunjuk kesana kemari, tidur justru berbahaya. Kalau nanti tidak bangun lagi kan seram.

"Ini tempat apa? Ruangan buat apaan nih?" Tanya Junkyu terheran-heran.

"Coba masuk," suruh Asahi mendorong Junkyu untuk maju pertama.

"Kok gue sih?!"

"Kan lo yang paling tua," jawab Asahi sambil cengengesan.

Junkyu membeku. Ya ampun, Asahi lucu juga ya kalau tersenyum seperti itu.

"Utututu, imut banget anak orang. Jadi adik gue mau gak?"

"Gak."

"Bercanda doang, Sa. Gue udah punya satu kok."

"Gue kasian sama Junghwan, sabar banget dia punya kakak sepupu kayak lo," celetuk Yedam.

"Heh, gini-gini gue pinter, banyak prestasi, dan kesayangan semua orang."

"Iyain aja deh," balas Yedam acuh seraya membuka pintu ruangan lebar-lebar.

Dan ternyata ada orang lain di dalam, sedang jongkok di depan sesuatu, sepertinya sedang mengerjakan task. Tapi, ekspresinya malah terlihat seperti orang yang kepergok melakukan sesuatu.

"Kalian ngagetin aja! Ketuk pintu atau salam dulu dong!" Omel orang itu.

"Ngapain lo sendirian disini, Hoon?"

Jihoon berdecak sinis. "Lo gak liat? Mata lo katarak?"

"Buset, santai dong santai. Btw, ini kok banyak kasur? Ada satu, dua, tiga, ada sembilan."

"Buat tidur kali?" Jihoon berdiri sambil menggeleng tanda tak tahu. "Oh ya, kalian bertiga udah ngerjain berapa task?"

"Baru satu di electrical. Padahal pengen lama-lama disana, tapi kayaknya ada keributan di lorong," jawab Yedam.

Asahi menoleh cepat. "Keributan?"

"Tadi kan Doyoung dikerubungin, kayaknya mau diintrogasi."

"Oh, bagus deh. Gue udah curiga sama itu anak sejak awal," kata Jihoon lega.

"Hah?"

"Kalian gak curiga? Anak IHS kan biang kerusuhan, dan dia murid sana. Otomatis dia-"

"Tolong dong, gak semua orang kayak gitu," potong Junkyu cepat, mulai kesal. "Emangnya lo tau dia kayak gimana? Baru ketemu sekali langsung dicap begitu, bikin orang sakit hati aja."

"Perasaan lo belain dia mulu."

"Gimana gue gak belain dia, dia gak ngelakuin apa-apa dituduh macam-macam."

"Kalau gue bilang dia habis-"





Bzt!





Lampu tiba-tiba padam, gelap gulita. Ini kedua kalinya lampu padam di menit-menit terakhir sebelum waktu berdiskusi dimulai. Apa pemilik tempat ini belum bayar listrik? Mana mungkin.

"Gue paling males nih kalau begini," kata Junkyu menendang kaki kasur di depannya.

"Sebentar lagi ada pengumuman."

"Lo cenayang, Sa? Pengumuman ap-"

"AAAAKKHHHH! MAYAT!"

TET... TET... TET...

"Michio Alister Shidra Hanenda Orlando dead."

Among Us | Treasure ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang