"Eh?"
Taeyong cukup terkejut mendengar pertanyaan dari ibu Ten itu. Sejak kapan Ten hamil? Jaemin memang akan mempunyai adik, tapi bukan dari Ten, melainkan darinya.
Apa Ten belum mengatakan apapun tentangnya? Ah pasti belum. Buktinya ibu Ten pun malah mengiranya sebagai ART. Bagaimana nanti kalau mereka pulang dan kebenaran tentang dirinya terbongkar? Kenapa Ten tidak memberitahu apapun tentang kunjungan ibunya sih? Setidaknya kalau tahu, Taeyong bisa menyiapkan skenario yang lebih baik. Kalau sudah bohong begini, lalu terbongkar, habislah sudah.
Pening tiba-tiba melanda kepala Taeyong. Ia berpegangan pada wastafel guna menyeimbangkan tubuhnya. Rupanya keadaan itu disadari oleh ibu Ten sehingga ia segera menghampiri Taeyong. "Kamu gapapa?"
"Gapapa bu, cuma pusing sedikit."
"Duduk dulu, deh."
Ibu Ten dengan baik hati menuntun Taeyong ke kursi meja makan. "Kalau sakit bilang tho sama majikanmu, biar kamu dikasih istirahat sebentar."
"Ngga apa-apa, bu. Saya cuma ga enak badan, hmmp-" Taeyong cepat-cepat menutup mulutnya karena rasa mual yang tiba-tiba mendera. Sepertinya karena harum parfum ibu Ten yang menyengat. Ya ampun, padahal tadi baik-baik saja.
"Mau muntah? Ayo cepet ke kamar mandi."
"Gausah bu, saya sendiri aja." Taeyong menolak bantuan ibu Ten karena jelas-jelas penyebab mualnya adalah parfum laki-laki itu. Tapi ibu Ten bersikeras ingin membantu. Aduh, bagaimana ini?
.
.
.
Sampai di rumah, Ten dan Jaehyun disambut oleh pemandangan tidak terduga. Bagaimana tidak? Di sofa ada Taeyong yang sedang berbaring di pangkuan ibu Ten. Bahkan pria yang telah melahirkan Ten itu kini sedang membaluri minyak angin ke perut Taeyong dengan telaten.
"Ten, ART-mu sakit loh ini kok dipaksa kerja sih?"
Dalam hati, Ten dan Jaehyun kompak bertanya-tanya. ART?
"Mamah..." Jeno menghambur ke arah Taeyong. Melihat ibunya berbaring begitu tidak mungkin ia tak khawatir.
"Mamah gapapa..." Jawab Taeyong sambil bangkit duduk.
"Anak kamu?" Taeyong mengangguk menanggapi pertanyaan ibu Ten. "Aduh lucunya, gembul banget sih."
"Oma~ kok ke sini ga bilang-bilang Jaemin, sih?" Jaemin turut menghampiri dan mulai mencari perhatian karena neneknya malah sedang mencubiti pipi Jeno dengan gemas.
"Eeehh,,, cucu oma yang paling gemes. Sini sun dulu."
Setelah puas bermanja-manja dengan omanya, Jaemin melepaskan diri lalu menagih mainan baru yang dibelinya tadi. Ia menarik Jeno ke kamar agar bisa segera memainkan mainan baru mereka.
"Seneng ya Jaemin ada temennya. Gemes banget lagi loh anak kamu." Ibu Ten lagi-lagi memuji Jeno di depan Taeyong. Taeyong tersenyum canggung lagi.
"Ten, gimana? Kamu ngalamin mual-mual ga? Ibu bawain bumbu rujak itu barangkali kamu mau ngerujak siang-siang."
Ten ingin menangis rasanya mendengar pertanyaan ibunya. Kalau saja memang ia yang tengah mengalami apa yang dialami Taeyong, sudah pasti ia sedang bermanja-manja pada ibunya saat ini.
Ten menatap Jaehyun. Mereka telah membicarakan ini di mobil saat ibu Ten mengabari sudah tiba di rumah. Jaehyun mengangguk memahami arti tatapan mata Ten.
Jangan sembunyikan ini lebih lama lagi. Jaehyun akan menceritakan kondisi rumah tangga mereka pada ibu Ten secara perlahan sekarang juga, sesuai janjinya.
"Bu, Ten mau ngomong sama Taeyong sebentar."
Ten mengajak Taeyong ke kamar sementara Jaehyun mengambil tempat yang semula diduduki Taeyong.
"Ibu ngomong apa aja tadi sama kamu? Kamu dikira ART?"
Taeyong menunduk lalu menjawab pelan. "Iya, kak."
"Kenapa ga bilang aja yang sebenernya?"
"Susah kak. Ibu seneng banget waktu bilang Jaemin mau punya adik...dari kakak."
Benar juga, bahkan Taeyong yang tak mengenal ibunya pun merasa sulit menghancurkan kebahagian laki-laki paruh baya itu. Mereka larut dalam diam selama beberapa saat, sampai Taeyong kembali memecahnya.
"Kak... Apa sebaiknya...aku...ga tinggal di sini lagi?"
"Maksud kamu?"
"Aku...udah aman dari Mingyu. Kayaknya gapapa kalo aku...tinggal di kontrakan lagi...berdua sama Jeno. Aku...ngerasa ga enak sama kakak. Aku gamau liat kakak sedih-"
"Mas Jaehyun ga bakal ngizinin, Yong. Kamu di sini aja, aku gapapa."
"Tapi kak-"
'PLAK'
'PRANG'
Ten dan Taeyong kompak menoleh karena suara yang cukup kencang bersumber dari ruang keluarga yang baru mereka tinggalkan tadi.
"Mas Jaehyun, kak..."
Taeyong dan Ten bergegas keluar kamar. Sesuai dugaan mereka, Jaehyun baru saja mendapat tamparan dari ibu Ten. Ada juga gelas yang pecahannya berantakan di lantai. Emosi ibu Ten yang meluap terlihat jelas dari tangannya yang bergetar.
Taeyong takut melihatnya. Marahnya seorang ibu memang tidak main-main. Tapi lebih dari marah yang meledak-ledak, marah dalam diam justru lebih menakutkan.
Ibu Ten tidak berkata apa-apa dan langsung berniat pulang. Beliau menyuruh Ten untuk ikut dengannya. Ten ingin menolak, tapi melihat ibunya berderai air mata ia jadi tak tega. Akhirnya Ten ikut setelah Jaehyun berjanji akan menjaga Jaemin selagi Ten menenangkan emosi ibunya.
Kini hanya tertinggal Taeyong dan Jaehyun di ruang keluarga. Beruntung anak-anak terlalu sibuk di kamar dan tidak menyadari keributan yang baru terjadi. Taeyong merangkak mendekati pecahan gelas di lantai. Rasanya seperti mimpi. Baru beberapa menit yang lalu ia dimanja oleh ibu Ten dan sekarang ia mungkin menjadi sosok yang paling dibenci oleh mertua suaminya.
"Awas, Yong!" Taeyong terkejut saat tangannya dicengkram Jaehyun. Karena melamun tanpa sadar ia telah melukai jarinya sendiri. "Biar mas aja, kamu ke kamar gih. Istirahat."
Taeyong menatap wajah suaminya. Tak tega ia melihat bekas memerah di kulit putih itu. Tangannya bergerak untuk mengelus pipi Jaehyun. "Mas... jemput kak Ten ya? Bilang sama ibu, aku bakal keluar dari rumah ini. Jangan khawatir, aku dan Jeno bisa jaga diri."
"Mas ga mau pisah dari kamu, Yong..."
"Sebentar aja mas...sampai masalah reda."
.
.
.
Ini sudah hari ketiga Jaehyun mendatangi kediaman keluarga Lee, tapi ia belum bisa bertemu Ten sama sekali. Jaehyun pusing. Jaemin merengek terus ingin bertemu ibunya, Taeyong selalu memberinya tatapan sedih setiap kali ia gagal membawa Ten pulang dan ia sendiri pun sebenarnya merasakan kehilangan.
Hari keempat, Jaehyun masih tak diizinkan masuk oleh penjaga rumah. Tetapi di saat ia berniat pulang, gerbang rumah besar itu tiba-tiba terbuka. Sebuah mobil melaju dengan terburu-buru dari arah dalam.
"Ada apa itu, pak?" Tanya Jaehyun pada penjaga yang baru akan menutup pagar lagi.
Tampaknya si penjaga rumah juga sudah tak tega membiarkan Jaehyun mondar-mandir tanpa kepastian empat hari belakangan. Yang penting ia tetap menjalankan tugasnya untuk tidak membiarkan Jaehyun masuk ke rumah. Si penjaga memilih berkata jujur.
"Aden kambuh. Sama tuan mau di bawa ke rumah sakit."
Tanpa pikir panjang, Jaehyun segera menyusul. Tak lupa ia juga mengabari Taeyong mengenai keadaan Ten. Dalam hati ia terus berdoa, agar tidak terjadi hal buruk pada istrinya.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Yuhuuu~ sinetron semakin memanas
Btw karena ini genrenya mpreg, jadi jangan aneh ya kalau ada laki2 dipanggil ibu, bunda, mama, dsb. Aku sendiri kadang nulisnya ngerasa aneh, tapi udah terlanjur dari awal pake panggilan itu, jadi ya.. Gitu.
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)