20. One More Night

301 12 10
                                    


Warning!!

Chapeter berikut mengandung konten dewasa
🔞
.

.

.

.










"Aduh" Taka berteriak keras saat mendapati sengatan di ujung jemari kakinya yang terbungkus oleh kaos kaki berwarna abu abu.

"Brak" di ikuti dengan suara benturan antara keramik dengan kayu. Teh yang masih tersisa seteguk sebagian melompat keluar hingga mengotori permukaan meja.

Taka mengulurkan tangannya untuk mengusap ujung jemari yang beberapa saat lalu di sapa oleh tungkai telanjang Toru.

"Sakit Toru san" bentak Taka.

Toru bersikap seperti tidak ada apa apa. Tanpa menoleh, Toru memainkan pisau plastik untuk memotong kue.

Toru melirik Taka di sampingnya yang masih sibuk mengusap jemari kakinya yang nampak baik baik saja.

Seringai kecil lolos saat Toru melihat wajah Taka yang terlihat kesal.

Toru mencolek krim berwarna putih di atas kue menggunakan telunjuknya. Tanpa aba Toru mengoleskan kue ke wajah Taka.

Maksud hati ingin mengoleskan ke pipi Taka tetapi karena Taka tiba tiba bergerak, alhasil krim tersebut mendarat di sudut bibir Taka.

Sekali lagi Taka berteriak "Toru san!" sambil menjauhkan wajahnya.

Toru tertawa puas saat dia berhasil membuat Taka marah, kemudian memasukkan telunjuknya yang masih menyisakan krim ke dalam mulut.

Di ujung sofa, Taka memajukan bibirnya hingga berbentuk kerucut. Membuat Toru semakin gemas.

Taka mengulurkan tangan untuk membersihkan krim di ujung bibirnya sebelum pasukan semut menyerbu makanan manis yang masih menempel di wajah.

Taka semakin kesal saat ada tangan lain yang menghentikan lengannya. Belum sempat menoleh, Taka merasakan hembusan napas hangat dari sampingnya. Entah sejak kapan Toru berada sedekat itu dengannya.

"A...".

Taka sangat terkejut saat ada benda kenyal tiba tiba menyapa sudut bibirnya. Gerakan benda tersebut begitu lembut dan terasa meninggalkan jejak lembab yang entah mengapa Taka menyukainya.

Tidak sampai di situ, puas dengan lidah yang bermain dengan kulit satu kecupan menjadi tanda bahwa krim yang menempel sudah hilang dari wajah Taka.

Jantung Taka terpompa semakin cepat.

Ada rasa tidak rela saat Toru menarik mundur wajahnya. Menyisakan Taka yang mulai menikmati sentuhan benda lembut milik Toru.

Toru tersenyum hangat, menyisir surai hitam Taka menggunakan jemarinya.

Kejadian begitu cepat, kini Toru sudah sibuk kembali dengan kuenya. Membentuk pola segitiga dari irisan pertama untuk di berikan ke seseorang yang dia anggap begitu berharga di dalam hidupnya.

Toru menoleh ke arah Taka yang masih menunduk dan memainkan jemarinya. Tangan Toru terulur dan menyentuh paha Taka. Sedikit usapan Toru berikan, membuat Taka bergidik ngeri.

"Aku ambil piring" Toru bangkit dari sofa.

Taka membelalakkan matanya, dengan mulut terbuka Taka mendongak dan mendapati Toru yang kini sudah berada di dapur. Ekspresi heran, penuh tanya, dan kecewa bercampur menjadi satu.

greyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang