WDULM 1

17.2K 806 6
                                    

Wanita 26 tahun dalam balutan dress floral berwarna putih dengan bunga perpaduan pink dan biru berjalan anggun dipelataran bandara Soetta, tak pelak beberapa mata menatapnya penuh tanya dan tentu saja kagum. Walaupun dengan dandanan yang tak mencolok, tapi mampu membuat orang-orang menoleh dan berfikir apakah dia seorang selebritis. Ya, dengan tubuh yang indah dan mulus karena perawatan berbiaya mahal juga aura sang wanita yang penuh pesona membuat dia menjadi pusat perhatian, orang-orang akan percaya jika dia adalah seorang selebritis. Walaupun nyatanya tidak. Setidaknya tidak di Indonesia. Dia adalah seorang model di Paris.

Dan tentu saja, banyak pria-pria yang sedari tadi diam-diam mengamatinya atau yang malah berani terang-terangan langsung merasakan kecewa saat melihat sang wanita menghamburkan diri dalam pelukan seorang pria dalam balutan kemeja hitam dan jeans yang kemudian tak sungkan-sungkan memberikan ciuman dikening sang wanita. Mau tak mau beberapa penggemar dadakan itu tahu diri, sang lelaki terlihat sangat serasi mendampingi sang wanita. Seandainya mereka tahu jika diantara dua orang itu ada pertalian darah yang tak memungkinkan mereka bisa bersama dalam artian menikah. Mungkin harapan penggemar itu takkan layu sebelum berkembang.

Wanita itu adalah Neva. Dan sang pria adalah Farrel. Kakak kandung dengan selisih umur tak lebih dari 2 tahun.

"Capek ?" Farrel bertanya kepada Neva yang disambut anggukan manja sang wanita.

Dan tanpa aba-aba Farrel langsung mengambil alih kereta dorong yang berisi dua kover milik Neva.

"Mas, gimana sama mbak Adis ?", tak pelak Neva langsung teringat akan sosok wanita yang mengisi ruang dihati Mas kesayangannya.

"nggak gimana-gimana. Kenapa ?"

"Bohong. Pasti ada apa-apa. Kemarin aja aku ketemu Mbak Adis di Paris mukanya kunyu gitu" dan saat Neva selesai dengan ucapannya. Farrel menghentikan langkahnya begitu saja. Nampak tercenung sebelum ekspresinya berubah datar dan melanjutkan langkahnya seolah tak terjadi apa-apa yang membuat Neva mendengus melihat abangnya yang cuek dan masih stay cool dalam keadaan genting seperti ini.

"Mas sama Mbak Adis itu kan udah dewasa, kenapa pacaran masih kayak anak-anak. Mau Mbak Adis di rebut orang. Nggak tahu kalau di Paris Mbak Adis tinggal sama cowok.", pancing Neva yang tak mampu membuat Farrel bergeming, lagi-lagi wanita itu menghela napas. "Aku takut Mas nyesel. Mbak Adis itu perempuan, dan dia butuh komitmen. Suatu saat bisa aja dia pergi dari Mas yang nggak bisa kasih komitmen apa-apa sama dia", Neva melanjutkan nasihat demi nasihat yang diberikan secara dadakan kepada abangnya yang memang trauma akan komitmen itu.

Sementara Farrel masih tak bersuara sambil memasukkan kover Neva ke dalam bagasi mobilnya.

"Aku nggak mau Mas nyesel kehilangan Mbak Adis. Walaupun yang Mas takutin itu perceraian. Tapi kehilangan tanpa pernah usaha itu, rasanya lebih menyakitkan daripada Mas yang nggak pernah pertahanin apa yang Mas inginkan. Kalaupun Mas nanti cerai sama Mbak Adis, ya udah itu artinya kalian nggak berjodoh. Mas lihat aku, aku perempuan. Walaupun aku pernah jatuh, tapi aku bisa bangkit lagi kan ?"

Dan ucapan panjang lebar Neva dihadiahi usapan dikepalanya oleh Farrel. "Nanti Mas fikirkan lagi", ucapnya yang membuat senyum Neva merekah begitu saja.

"Jadi Mas mau nikahin Mbak Adis, terus kasih aku keponakan-keponakan lucu yang banyak ?", tanyanya memastikan, yang dibalas Farrel dengan tatapan mendalam.

"Sebenarnya, Adis udah hamil, Nev", ucapnya pelan.

"Mas !", pekiknya, tak sadar jika mereka masih berada di parkiran bandara. "Gimana bisa Mas ngelakuin hal kayak gitu. Mas itu belum nikah. Aku yang pernah nikah aja nggak pernah. Aduh Mas, walaupun kita berdua jarang shalat tapi yang begituan itu nggak boleh tahu", akhirnya terdengarlah omelan Neva yang terdengar seperti ucapan anak SMA yang menceramahi adiknya yang masih SD.

Why Don't You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang