Tentang Kemarin, Hari Ini, dan Esok

24 4 3
                                    

"Sial, kita bisa kalah dengan bocah di sebelah kita!" seru Kuroki.

"Kau biasanya bisa dapat skor tinggi," balas Togano.

"Entahlah, rasanya aku harus banyak bermain lagi," kesal Kuroki.

Kuroki, Togano, dan Jumonji sedang berada di sebuah kafe. Tempat duduk mereka ada di teras kafe itu. Mereka baru saja dari arkade sepulang sekolah, masih berseragam sekolah.

"Oi Jumonji, kenapa kau diam saja? Kau memikirkan perempuan dari Oujo itu ya?" tanya Kuroki sambil menggoda. Jumonji sedari tadi tidak bicara banyak. Lebih sering melihat ke jalan, sesekali menyimak percakapan mereka, kadang melihat ke langit, dan sesekali tersenyum tipis.

"Perempuan?" tanya Togano pada Kuroki, lalu menoleh kepada Jumonji.

"Kau tidak tahu ya? Sejauh ini sudah ada tiga atau empat yang menyatakan suka pada Jumonji dari Deimon. Lalu ada satu lagi dari Oujo," jawab Kuroki.

"Wah, aku baru tahu," komentar Togano.

"Lalu kita kapan?!" kesal Kuroki dan Togano. Jumonji tersenyum dan melihat ke arah sahabatnya itu.

"Ada sesuatu yang lebih penting daripada itu yang harus kita pikirkan," kata Jumonji.

"Ha?" kata Togano.

"Haaaa?!" kata Kuroki.

"Ya, kita sudah kelas tiga. Sudah saatnya memikirkan tentang rencana setelah lulus dari sini," jawab Jumonji. Kuroki dan Togano menempelkan punggungnya ke kursi, duduk lebih rileks, dengan memalingkan wajah.

"Kalian setelah ini akan kemana?" tanya Jumonji.

"Entahlah. Aku tidak tertarik untuk kuliah," jawab Kuroki.

"Sama, aku juga tidak tertarik kuliah. Sepertinya aku bekerja saja, sambil meniti karier sebagai mangaka," jawab Togano.

"Kalau kau?" tanya Kuroki pada Jumonji. Jumonji menarik nafas.

"Aku berencana kuliah di Saikyoudai," jawab Jumonji.

"Ha?" kata Togano.

"Haaa?!" tambah Kuroki. Rasanya agak berbeda karena biasanya kita mendengar tiga kali bunyi "ha?"

"Bukannya itu kampus elit?" komentar Togano.

"Ya, di sana juga tempat para bintang amefuto berkumpul," tambah Kuroki.

"Hiruma-san dan Mamori-san masuk sana, kan?" kata Togano.

"Dan pemain-pemain hebat lain seperti Agon-san, Akaba-san, Yamato-san, Taka-san kudengar juga masuk sana," kata Kuroki.

"Siapa tahu aku beruntung bisa masuk sana," balas Jumonji tenang.

"Tapi nilai Kazu juga bagus. Bisa saja dia masuk ke Saikyoudai," kata Kuroki. Tak lama berselang, suatu bau yang familiar masuk ke hidung mereka bertiga. Mereka menoleh untuk melihat asal bau itu. Mereka mendapati beberapa pemuda merokok di meja seberang mereka.

"Sudah lama sejak kita terakhir kali merokok, ya kan?" kata Jumonji.

"Ya, kita sudah jadi atlet sekarang," kata Togano.

"Tidakkah kalian menyangka bahwa hidup kita sudah sangat berubah? Saat SMP, kita sering terlibat perkelahian. Saat masuk SMA pun masih. Tapi, sekarang sudah jauh berbeda seratus delapan puluh derajat. Tak kusangka, pertemuan kita dengan pria tak berakhlak itu bisa mengubah kita sampai sejauh ini. Awalnya kita hanya dipaksa bermain amefuto. Tapi pada akhirnya, kita mencintai amefuto dan menjadi atlet," kenang Jumonji.

"Insiden foto itu sangat memalukan," tambah Togano.

"Awalnya Kazu-lah yang ingin keluar dari klub, sampai kita mencari foto ancaman itu di ruang klub amefuto. Tapi akhirnya, Kazu-lah yang paling bertekad untuk serius di amefuto hingga bersedia ikut Death March sampai selesai," kenang Kuroki.

"Tapi kalian juga hebat. Pada akhirnya tetap kalianlah yang memutuskan untuk tetap bergabung di klub amefuto," puji Jumonji.

"Ya, awal pertemuan dengan Hiruma-san memang sial. Tapi sekarang, aku jadi berterima kasih," kata Togano.

"Kita yang awalnya disebut sampah, akhirnya jadi diakui," kata Jumonji.

Mereka pun berbincang-bincang mengenai momen-momen favorit mereka selama selama di klub Deimon Devil Bats. Ceritanya sangat seru, sesekali mereka tertawa dan mengenang dengan haru.

"Sudah sore, ayo pulang," ajak Jumonji. Mereka pun beranjak meninggalkan meja itu dan berjalan beriringan. Selama perjalanan pulang pun mereka masih mengobrol mengenai kenangan mereka selama di SMA, khususnya selama di klub.

Akhirnya, mereka sampai di tempat yang mereka sebut rumah. Kaki mereka berada di tepi lapangan SMA Deimon.

"Lihat, semuanya ada di sini," kata Jumonji.

"Yaaa, Monji, Rokki, Toga!" sambut Suzuna yang berada tak jauh dari mereka, sambil melompat.

"Jumonji-san, Kuroki-san, Togano-san! Haha bersaudara!" seru Chuubou, kapten tim Deimon Devil Bats yang sekarang.

"Kami bukan saudara!" kesal Jumonji, Kurogi, dan Togano. Tepat setelah itu, mereka saling bertatapan lalu tertawa.

"Hei, kalian datang?" tanya Monta.

"Minna!" kata Sena. Tampak anak kelas 3 sedang bermain amefuto dengan anak kelas 1 dan 2. Ada Sena, Monta, Komusubi, dan Taki.

"Ahaha! Anak-anak ini berbakat sepertiku!" seru Taki.

"Fugo fugo!" kata Komusubi bersemangat.

"Keh keh keh, ternyata kalian ada di sini," kata seseorang yang baru saja datang dari arah belakang HaHa Brother. Jumonji, Kuroki, dan Togano menoleh. Didapatinya Hiruma yang mengenakan jaket dan memegang senjata seperti biasa. Hiruma ditemani oleh Kurita dan Musashi di sisinya.

"Oh, kalian ada di sini?" tanya Musashi.

"Minna!" kata Kurita sambil berlari menghampiri Haha Brother dan memeluk mereka dengan erat. Haha Brother mengaduh kesakitan.

"Hei! Kalian cepat sekali! Bukannya tadi kubilang aku mau mampir ke toko sebentar?" kata seorang gadis yang baru saja datang. Mamori, cantik dengan rambut panjangnya. Musashi mengorek kupingnya dengan kelingkingnya.

"Aku tak dengar," kata Musashi. Mamori memonyongkan bibirnya. Menyadari semuanya datang ke lapangan itu, Mamori bersemangat.

"Kalian semua di sini?" tanya Mamori.

"Ya, kami mau bermain amefuto, sambil melatih mereka juga," kata Sena. Seseorang datang, dari arah belakang Hiruma.

"Hei, kalian janjian ya?" tanya orang itu yang mengenakan kacamata dan berjalan sambil membaca buku.

"Yuki-san!" sambut Monta.

"Tidak. Tidak ada yang mengajak kami ke sini," kata Kuroki.

"Ya, aku hanya merasa harus ke sini. Aku juga membawa buku agar bisa sambil belajar," kata Yukimitsu.

"Tampaknya lapangan ini merindukan kita dan memanggil kita ke sini," kata Jumonji. Jumonji berjalan ke pinggir lapangan bagian tengah, tempat peralatan amefuto diletakkan.

"Bukannya anak kelas tiga tidak boleh ikut klub lagi?" tanya Togano heran.

"Ya, peraturan sekolah ini bilang anak kelas tiga tidak diperbolehkan untuk ikut klub. Tapi tidak ada satu pun yang bisa menghentikan kita bermain amefuto," kata Jumonji yang mengambil salah satu helm dari tumpukan peralatan itu.

DOR DOR DOR DOR DOR

Hiruma menembakkan senjatanya ke atas dan berseru, "Tunggu apa lagi kalian? Ayo bermain amefuto! Ya-Ha!!!"

"Ya-Haaaa!!!"

Tentang Kemarin, Hari Ini, dan EsokWhere stories live. Discover now