"Kenapa? Sugar suka dekat-dekat Nuna...."

"Tidak. Jangan. Jangan dekat-dekat!"

Kemudian aku berlari keluar dari kamar mandi.

***

Makhluk itu mondar mandir di ruang tengah, mengusapkan kepala dan badannya di tembok sambil mengendus permukaannya secara absurd. Sekali pun dalam wujud manusia, sifat kucingnya masih tampak jelas sejauh ini. Walau aku cukup memahami kelakuannya itu, aku tetap merasa terganggu karena sudah biasa tinggal sendiri dan tidak ada orang lain yang mondar-mandir di rumahku.

"Berhenti seperti itu, Sugar," ucapku sembari membuka bungkus snack cumi-cumi dan menaruhnya ke dalam mangkuk.

Aku berpikir sejenak, apakah dia akan kenyang dengan memakan makanan ringan ini saja?

"Sugar tidak melakukan apa pun," jawaban bernada santai darinya itu membuatku mendengkus lelah.

"Kau mondar-mandir sejak tadi. Dan itu membuatku risi," kataku.

"Biasa saja kok." Dia malah melompat ke sofa butut milikku dan mondar mandir di sana dengan langkah sedikit menghentak.

Aku memelototinya dari dapur. "Sugar... berhenti atau kubuang makananmu?"

Sugar menatapku dengan mata besarnya yang berbinar, tapi kali ini tampak sedih seolah harta berharganya akan kumusnahkan.

"Iya, deh. Sugar diam," ucapnya.

"Bagus. Duduklah dengan manis." Aku beralih ke lemari pendingin dan mencari susu kotak.

Hmm, aku tidak menemukan susu kotak di lemari pendingin. Sepertinya aku lupa membelinya karena saat di supermarket aku sibuk mengurus Sugar dengan snack cumi-cuminya.

Apa aku harus ke supermarket lagi, ya? Ada beberapa bumbu masakan yang lupa dibeli. Snack cumi-cumi Sugar juga tinggal satu bungkus. Ya, tidak apalah aku berniat membelikannya lagi. Snack cumi-cumi itu rasanya seperti kelemahan Sugar. Jadi, aku memang harus menyediakannya di rumah.

Di tengah-tengah lamunanku, aku mendengar bunyi garukan yang super mengganggu dari arah sofa. Aku menoleh dan mendapati Sugar sedang menggaruk-garuk sofa itu secara barbar, sehingga sofa yang sudah jelek itu sekarang bertambah parah wujudnya.

"SUGAR!"

Yang diteriaki langsung mengubah posisi dari sedikit bersujud, menjadi duduk rapi dan manis di sofa.

"JANGAN MERUSAK SOFAKU!"

Sugar tersenyum. Senyum kaku yang menyebalkan. Senyuman berbentuk titik dua kurung tutup siku. ( :] )

Dia sama sekali tidak terlihat merasa bersalah.

"Iya, Nuna Sayang."

Hih, aku langsung bergidik. Sayang katanya?

Diam-diam aku mengambil alat pemotong kuku dari laci meja sudut. Setelah itu aku menghampirinya dan tetap memberikan semangkuk snack cumi-cumi itu padanya. Tapi, sebelum dia mengambil mangkuk itu, aku menyembunyikannya di belakang tubuhku.

"Boleh makan, tapi harus potong kuku," ujarku seraya melihat kukunya yang panjang-panjang.

Dia langsung menyembunyikan tangan dan kakinya. "Tidak mau!"

"Kenapa?"

"Karena tidak mau!"

"Harus potong!"

"Tidak!"

"Sini!" Aku memaksa meraih tangannya dan menariknya kuat hingga bisa kugenggam. "Kukumu merusak sofaku!"

"Tidak mau!"

Aku tetap maksanya, tapi dia selalu mengelak. Kekuatannya sulit untuk kukalahkan, bahkan aku sempat mengira bahwa dia terbuat dari beton atau besi karena berat sekali. Aku memukulnya sekali dan saat itu barulah dia menyerah, lalu memberikanku kedua tangannya padaku.

Kedua sudut bibirku tertarik dan menggerakkan alat pemotong kuku di depan wajahnya. "Saatnya potong kuku!"

Wajah Sugar langsung berubah pucat, seolah-olah alat pemotong kuku itu akan mencubit pipinya.

"Sa-sakit!" Aku mendelik, dia meringis bahkan sebelum aku menyentuh kukunya. "Sakit."

"Belum kusentuh padahal," kataku.

"I-iya, sih, tapi... tapi...." Dia seperti hendak menangis, tapi ditahan. "Tidak apa-apa, demi Nuna, tidak apa-apa kalau dipotong."

Perkataannya itu membuatku menatap tangannya yang sekarang berada di genggamanku. Bayangan saat Sugar menciumku melintas kembali, terlebih sekarang aku merasakan tubuhnya menyentuh diriku.

Dia... hangat.

Aku meneguk ludah, berusaha mengenyahkan perasaan aneh itu. Dengan mantap aku menguatkan genggamanku pada tangannya dan mulai memotong kukunya satu per satu.

Sugar sesekali meringis, tapi aku berusaha keras agar tetap berkonsentrasi agar tidak melukainya. Kukunya yang sangat panjang itu membuatku risi setengah mati. Sesekali kukunya yang berhasil terpotong terpelanting nyaris mengenai mataku. Aku memejam, tapi sepersekon berikutnya sesuatu yang gelap menyapa indra pengelihatanku saat aku kembali membuka mata untuk melihat kukunya.

Aku menaikkan pandanganku, dan mendapati satu tangan Sugar turun perlahan, memperlihatkan wajah teduhnya padaku.

Beberapa saat aku tertegun. Bersamaan dengan itu kurasakan tubuh kami semakin dekat dan bersinggungan satu sama lain.

Dia... hangat. Sangat hangat.

"Sugar akan membantu Nuna." Aku tidak lekas menjawab, tapi sepertinya kebingungan di wajahku membuatnya kembali bicara. Tangannya yang tadi menghadang di depan wajahku digerakkannya pelan. "Sugar akan menghalangi kuku Sugar supaya tidak mengenai mata Nuna."

Aku menggigit bibir, pandangan kami bertemu. Matanya tidak terlihat sepolos kemarin atau beberapa saat yang lalu. Entah apa karena aku yang mendadak tidak waras atau memang dia yang mengubah sorot matanya ketika sedekat ini denganku. Kemudian mataku turun ke hidungnya, dan jatuh pada bibirnya. Sontak, aku menahan napas. Kami sangat dekat dan sepertinya dia tidak menyadari bahwa napasnya, getaran suaranya, serta hangat tubuhnya yang menguar membuat sekujur tubuhku panas.

"Sugar tidak mau mata cantik Nuna terluka."

Oh, sial, apa yang sedang dia bicarakan di dekat telingaku? Berani-beraninya dia setelah menciumku dua kali, kemudian mengatakan hal semacam itu di telingaku.

Rasanya aku menjadi Iron Man dan dia adalah Thanos yang menyerangku.

Oke berlebihan. Aku masih kuat untuk menahan diri, aku berusaha agar tidak berpikiran yang macam-macam. Aku berusaha agar tidak larut dalam kehangatannya dan fokus untuk memotong kukunya.

Namun, saat aku hendak memotong kuku kelingkingnya, dia justru menggenggam satu tanganku dan menarikku sehingga aku berhadapan dengannya.

"Nuna, sayang sama Sugar tidak?"

[]

Maungg

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maungg..... 😺😺😺

Mau scene apalagi chapter depan? 🤣🤣🤣🤣

CATNIPWhere stories live. Discover now