"SUGAR!!!"
Nama yang kuteriakkan barusan adalah nama tersangka utama kasus pencemaran udara di rumahku subuh ini. Siapa lagi memangnya? Tidak mungkin aku buang air besar sambil tidur!
"A-apa?" Sugar menghampiriku dalam jarak yang cukup--mungkin takut kalau aku marah.
"ITU APA!?"
"A-ah, itu tadi Sugar pup."
Aku mencebik geli, bau kotoran semerbak masuk ke hidungku. Aku segera mundur dan menahan mual.
"Dasar jorok!"
"Ke-kenapa? Sugar, 'kan, sudah bersihkan!"
"Mana? Itu masih bau!" Dan hilanglah sejenak bayangan tentangnya yang menciumku. Yang tersisa hanya perasaan jengkel dan jijik.
"Sugar sudah taruh tisu!"
"Tisu tidak membuat baunya hilang!"
"Jadi, apa, dong?"
"Ya disiram!" kesalku sembari membayangkan Sugar yang menimbun tisu gulung ke dalam kloset. "Kau makan apa, sih? Kok bau sekali?"
"Kemarin, 'kan, kita makan ikan...."
Oh, aku teringat lagi insiden itu. Sudah cukup.
"Ya, ya, ya. Bersihkan sekarang toiletnya sampai tidak bau lagi!"
"Ta-tapi Sugar tidak pandai membersihkannya. Ajari...."
Kepalaku semakin berdenyut. Mengajari Sugar menyiram kloset, sama saja aku juga yang turun tangan untuk membereskan ampas tubuhnya itu. Untuk beberapa saat, aku melupakan perihal ciumannya waktu itu dan menggeretnya masuk ke toilet.
"Aku sudah pernah mengajarimu, jangan berlagak pikun!" tukasku.
"Pikun itu apa?"
Aku mendecak sebal. "Pikuh itu artinya lupa. Tidak ingat. Mengerti?"
Bibirnya membentuk huruf o, aku benci mengakuinya tapi bibir itu... tidak enyah dari kepalaku. Bibir itu sangat lembut ketika menyentuh milikku.
"Ah, bersihkan, dong!" Aku berbalik badan. Selain karena bau, menatapnya aku jadi salah tingkah.
"Iya. Iya." Kemudian bunyi grasak-grusuk terdengar. "Sugar tambah tisunya, ya. Hehe. Sekalian bermain."
Darah di kepalaku sepertinya akan mendidih. Sebelum tisu toiletku habis, aku mendorongnya agar menjauh dan mengambil alih untuk membersihkan kloset.
"Hentikan, biar aku saja. Kau... perhatikan di situ!"
Aku membersihkan tisu-tisu yang berceceran, membuangnya ke kotak sampah, lalu membersihkan klosetnya sampai tuntas. Bisa kurasakan Sugar masih ada di belakangku, sampai aku selesai membereskan semua kekacauan yang dibuatnya.
Aku segera membersihkan tanganku di wastafel, memakai sabun cuci tangan sebanyak mungkin dan mengusapnya berulang kali. Seumur hidup aku tidak pernah membersihkan kotoran manusia dan ini adalah pertama kalinya.
Pertama kali.
Sugar selalu mendapatkan pertama kali-ku.
Menyebalkan.
"Nuna, basah...." Sebuah handuk tiba-tiba menempel di pipiku.
Aku terperanjat, tapi bukan karena kehadiran handuk itu yang tiba-tiba, melainkan karena Sugar menyenggol bahuku pelan dengan dadanya.
Tubuhku langsung merinding.
"Jangan dekat-dekat!" Aku menuding wajahnya sembari mengambil handuk yang dia berikan, lalu menarik jarak.
YOU ARE READING
CATNIP
FanfictionRate M [ ON GOING ] Tentang aku dan seorang laki-laki asing yang kutemukan tidur di atas ranjangku ketika aku baru saja pulang ke rumah. Siapakah lelaki itu? Apakah dia seorang maniak atau byuntae yang akan merugikanku di kemudian hari? AU! Fantasy...
11. Astaga....
Start from the beginning
