Astaga, otakku... kotor. Kalau bisa aku ingin mengeluarkannya dari tempurung kepala dan memasukkannya ke mesin cuci.

"Apa?" Aku bertanya lagi dengan nada lebih lembut.

"Sugar lapar," jawab makhluk itu sambil menunduk dan bibir mengerucut.

Astaga, lagi-lagi astaga.

"Kau menduduki tubuhku hanya karena... ingin makan?" tanyaku tak habis pikir.

Sugar mengangguk lemah, sesekali mencuri lihat padaku lalu menunduk lagi.

Oh, ya ampun. Ingin bilang 'astaga' tapi sudah terlalu sering. Makhluk ini benar-benar membuatku gila. Aku baru tahu kalau meminta makan harus menduduki badan orang dulu.

Apa itu makhluk halus? Apa itu ketindihan? Yang ada hanya siluman kucing yang menduduki tubuhku.

"Lapar. Ingin snack," kata Sugar takut-takut.

"Kalau mau snack, 'kan, tinggal bangunkan aku!"

"Tadi sudah, kok."

Aku mendecih sejak tadi aku berbicara padanya, tapi tidak berani lama-lama menatap wajahnya. "Mana? Tidak dengar! Aku tidak merasakan dan mendengar apa-apa, tuh!"

"Sudah! Sugar tidak berbohong!"

"Masa?"

"Iya. Sugar mencuci mata Nuna."

Pergerakanku yang hendak menyisir rambut terhenti. Mencuci mata? Mencuci mataku? Maksudnya?

"Sugar juga membersihkan air yang jatuh di samping sini...." Aku menoleh padanya, dia menunjuk sudut bibirnya.

Aku membelalak. "Hah!?"

"Sugar pikir kalau dibersihkan Nuna akan bangun, karena teman Sugar bisa bangun kalau dibangunkan dengan cara itu."

"Cara apa?" Keningku berkerut. Jantungku semakin berdebar. Wajah polosnya malah membuat debaranku semakin tak karuan.

"Yaa, dibersihkan." Dia mengerjap lagi dan menyengir. "Dicuci. Dimandikan."

"HAH!?"

"Begini, lho, Nuna...." Sugar menaruh tangannya di depan wajah lalu menjilati tangannya dengan semangat. "Itu namanya dibersihkan!"

Oh, astaga....

Aku mau pingsan.

Sontak aku menyentuh sudut bibirku. Kalau dia menjilatnya berarti....

Ah, sinting! Masa ciuman pertama dan keduaku sama siluman!

"Ah! Jangan dibahas! Dan jangan dekat-dekat!" Aku menunjuk wajahnya sambil memelototinya. "Kalau dekat-dekat, nanti aku teriak!"

"Hah? Kenapa?" tanya Sugar heran. Ya, jelas saja dia heran. Mungkin sekarang aku sudah seperti orang gila.

"Tidak boleh!"

"Ta-tapi, Sugar lapar...."

Aku merotasikan mata, saat turun dari ranjang aku tetap menarik jarak yang cukup agar jauh dari jangkauan Sugar.

"Ya, akan kuberikan kau snack! Tapi, jangan dekat-dekat! Dan...." Saat aku tiba di ambang pintu kamarku, aku mencium bau aneh. Bau busuk. Busuk sekali.

"Bau apa ini?" Aku menggumam pelan.

Pikiranku langsung tertuju pada kamar mandi. Buru-buru, aku langsung menuju ke sana dan tebak apa yang kutemukan?

Kloset kamar mandiku penuh dengan tisu dan menguarkan bau busuk yang luar biasa. Bau busuk tahi manusia.

Apa-apaan ini!?

CATNIPWhere stories live. Discover now