Jaehyun terpaku dengan tingkah Ten. Memang benar apa yang dikatakannya, tapi mencegahnya menghargai usaha Taeyong. Bukankah itu keterlaluan?

"Ten..."

"Udah sekarang mas mandi. Jangan lama-lama tapi, udah malem." Ten mendorong Jaehyun menuju kamar mereka. "Taeyong, makanannya taruh di kulkas aja ya? Besok pagi diangetin buat sarapan. Anak-anak pasti suka deh." Ten memerintah lagi, meski kali ini dengan senyum di wajahnya.

Taeyong tak bisa berkata apa-apa selain mengangguk mematuhi Ten. Saat ia sudah sendirian di dapur, ia membereskan makanan buatannya sambil berlinangan air mata.

.
.
.

Hari Minggu adalah harinya beres-beres rumah. Sudah menjadi tradisi di keluarga kecil Jaehyun. Keluarga ini meskipun terbilang cukup berada, tapi mereka termasuk mandiri. Makanya jarang sekali ada asisten rumah tangga dipekerjakan di rumah ini. Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Ten dan Jaehyun sendiri, kecuali kalau kondisi Ten tidak memungkinkan dan Jaehyun sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Apalagi dengan kehadiran Taeyong di tengah-tengah mereka, itu berarti tambahan anggota yang bisa diajak beres-beres rumah. Seperti saat ini, Jaehyun sedang menaiki atap rumah mereka demi memperbaiki genting yang retak karena sering tertimpa jatuhnya buah mangga. Antisipasi sebelum musim penghujan tiba, sebelum bocor lebih baik diganti dulu.

"Aduh, kelupaan lagi..."

"Apa mas? Butuh apa?"

"Aquaproof-nya, Ten. Ada di bawah situ ga?"

"Ada nih."

"Yaudah, bentar aku turun."

"Gausah turun mas! Yong! Taeyong!"

Taeyong yang semula sedang membabat rumput mendongak mendengar namanya dipanggil Ten. "Apa kak?"

"Tolong kasihin ini ke mas Jaehyun deh. Kasian, ribet kalo bolak-balik naik turun."

Taeyong menerima kaleng cat yang diserahkan Ten dan berniat menaiki tangga, tapi niatnya itu dicegah oleh Jaehyun. "Jangan naik, Yong. Mas aja yang turun. Udah, kamu tunggu di bawah aja."

Ten lagi-lagi menyambar. "Kenapa sih mas? Biar ga repot tau. Gausah lebay deh. Taeyong juga ga bakal kenapa-kenapa. Ga lagi hamil ini."

Lagi-lagi yang dikatakan Ten itu fakta, tapi kenapa rasanya begitu menyinggung bagi Taeyong. Ah, sekarang ia mengerti kenapa Ten menjadi lebih seenaknya dalam menyuruh-nyuruh. Itu semua karena ia tidak sedang hamil. Ia tak perlu berhati-hati karena tak ada nyawa lain yang harus dilindungi olehnya.

"Aku naik ya, mas?"

.
.
.

Siang itu suasana kantor agak tegang karena tiba-tiba saja Taeyong kedatangan tamu tak diundang. Tadinya ia pikir itu YooA, satu-satunya sahabat yang mungkin mencarinya sampai ke kantor. Tapi ternyata tamu itu adalah sosok yang paling ingin ia hindari seumur hidupnya.

Kim Mingyu. Laki-laki itu menunggu di lobi kantor dengan wajah sengaknya. Taeyong sebenarnya ingin langsung meminta security mengusir laki-laki itu, tapi ia tak mau menimbulkan keributan sejak awal. Mari coba usir laki-laki ini secara baik-baik. Taeyong mengajak Mingyu bicara di halaman kantor.

"Mau ngapain kamu ke sini? Belum puas nyakitin Jeno waktu itu?" Cecar Taeyong dalam bisikan.

Mingyu bukannya menunjukkan rasa bersalah malah memberikan seringainya. "Wah ternyata bener ya kamu kerja di tempat bagus. Berarti gajinya gede dong? Bisalah kasih aku uang sekarang juga."

"Gila ya kamu, Mingyu! Harusnya sekarang kamu udah dipenjara! Setan biadab!" Taeyong mulai emosi melihat wajah laki-laki brengsek ini, sungguh tak punya pikiran dan tak tahu malu.

In Between [JaeYong version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang