"Lah kok sepi?"
Taeyong mendapati rumah yang gelap karena belum dinyalakan lampunya. Saat ia mengecek handphone barulah ia tahu kalau Ten mengajak anak-anak menjemput Jaehyun di bandara. Seharusnya Ten memberi tahunya lebih awal. Ia kan juga mau ikut. Ia juga rindu dengan mas Jaehyunnya. 3 hari tak bertemu serasa 3 abad.
"Ah nanti juga ketemu kan..." Taeyong mencoba menghibur diri.
Sambil bersantai dengan es kelapanya. Taeyong mendapatkan ide. Bagaimana kalau ia mempraktekan hasil latihan memasaknya bersama Ten? Bukankah itu sambutan yang bagus untuk suami yang baru pulang dinas dari luar kota. "Assaaa..."
.
.
.
Hingga jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam, Taeyong masih menunggu di meja makan dengan makanan yang sudah tertata rapi. Entah Ten lupa mengabarinya atau bagaimana, tapi tak ada satu pun panggilan atau pesan yang menghampiri handphonenya.
"Pasti kena macet." Taeyong mencoba berpikir positif.
Ia bahkan sudah mengurungkan niatnya untuk memberi kejutan. Ia akhirnya mengabari Ten bahwa ia sudah memasak di rumah. Bukan masakan spesial sebenarnya, hanya tumis brokoli bakso, ayam goreng tepung asam manis, dan nasi hangat. Ah, sekarang mungkin sudah tidak hangat lagi.
Taeyong mencomot satu potong ayam karena bosan menunggu. Lapar, tapi ia bersikeras menunggu yang lain untuk makan malam. Selesai mengunyah ayamnya, Taeyong merebahkan kepala di atas meja makan. Saat ia sudah tidur-tidur ayam, suara klakson mobil dari pintu depan membangunkannya.
"Ah, mereka sampe..."
Taeyong bergegas ke pintu depan, membuka pagar agar mobil bisa masuk. Setelah kembali dari menutup pagar, Jaehyun dan Ten sudah keluar dari mobil dengan Jeno dan Jaemin di gendongan masing-masing. Kedua anak itu sudah tertidur.
"Taeyong, tolong turunin barang-barang dari bagasi belakang ya, udah dibuka kok kuncinya." Pinta Ten lalu berjalan ke pintu rumah lebih dulu.
"Gausah Yong, ntar mas aja. Kamu bawa Jeno aja nih ke dalem-"
"Jangan mas, kalo dipindah gendongnya nanti Jeno bangun. Biar Taeyong aja yang turunin barangnya." Sambar Ten meski ia sudah jauh di depan.
Taeyong mengangguk meyakinkan Jaehyun agar ia saja yang menurunkan barangnya.
"Tapi itu berat, ada oleh-oleh banyak-"
"Gapapa mas. Udah masuk duluan sana. Pasti capek kan?" Setengah mendorong Taeyong memaksa Jaehyun masuk lebih dulu.
Setelah menurunkan koper dan beberapa tas plastik berisi oleh-oleh, Taeyong berhasil menyusul Jaehyun dan Ten ke dalam rumah. Pas sekali ia selesai mengangkut barang-barang, Jaehyun dan Ten juga keluar dari kamar anak-anak.
"Kalian belum makan kan? Aku udah masak loh." Taeyong mengangkat tudung saji dan memamerkan hasil karyanya. Senyum bangga yang polos terpatri di wajahnya.
Ten lalu terkikik kecil, tapi Taeyong tidak mengerti di mana letak lucunya.
"Taeyong... Taeyong... Ada-ada aja sih? Masa kita jam segini belum makan? Tadi kita udah makan di luar, anak-anak juga udah pada kenyang makanya ketiduran di jalan. Ya kan, mas?" Ten meminta dukungan dari Jaehyun dan Jaehyun pun mengangguk karena memang begitu adanya.
"Oh... gitu... Hehe, iya ya, masa udah semalem ini belom makan. Bodoh banget aku..."
Taeyong mengatakan kalimat terakhirnya dengan lirih, hampir menyerupai bisikan, tapi masih bisa didengar oleh Jaehyun. Ia tentu saja merasa iba melihat wajah kecewa Taeyong.
"Mas makan deh, Yong. Mas mau cobain masakan kamu. Keliatannya sih enak-enak nih."
Jaehyun sudah setengah jalan mengambil sepotong ayam sebelum tangannya ditepis oleh Ten. "Mas ga inget kata dokter waktu itu? Biar mual-mualnya ga kambuh kan ga boleh makan sampai begah. Tadi udah kekenyangan kan? Aku ga mau ngurusin loh kalo besok muntah-muntah lagi."
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)