"Kak Jeno, dialah orangnya."

Yeji dan Bomin yang tadi sibuk menggodanya langsung membulatkan mata. Mereka tidak salah dengar?!

"Candaanmu tidak lucu sama sekali, Ren," sahut Bomin.

"Aku tidak sedang bergurau. Aku serius dan mulai besok aku akan mendekatinya."

Lagi-lagi mereka berdua dibuat terkejut oleh Renjun. Keduanya malah tersedak air liurnya sendiri saat mendengar pernyataan itu.

 Keduanya malah tersedak air liurnya sendiri saat mendengar pernyataan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan paginya, Renjun sudah siap pergi sekolah. Ia mengeluarkan sepeda kesayangannya dari pekarangan rumah.

Setelah menutup pagar, dia mulai naik ke sepeda dan mengayuhnya. Jarak rumah dengan sekolah memang tidak terlalu jauh makanya dia tidak masalah untuk mengendarai sepeda. Selain itu, ia juga dapat membantu untuk mengurangi adanya polusi 'kan.

Di cuaca yang cerah ini, Renjun merasa lebih semangat sebab dalam radius beberapa ratus meter di depannya, ia melihat seseorang yang terus dipikirkannya sejak kemarin.

Tentu kalian bisa menebak jika orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jeno.

"Selamat pagi, Kak. Sepedanya kenapa?" Sapa Renjun dan memberhentikan sepedanya di belakang sepeda Jeno.

Jeno yang sebelumnya sibuk untuk berusaha memperbaiki rantai sepedanya pun mendongak. Dia melihat sosok manis itu sedang tersenyum padanya dan seketika membuat kekesalannya memudar.

"Oh, pagi juga. Ini, sepedaku rantainya lepas dan ban belakangnya juga ternyata tertancap paku," jawabnya dan membalas senyuman manis itu.

"Disekitar sini tidak ada tukang tambal ban?"

"Jika ada, untuk apa aku berdiam diri disini, bukan?"

Renjun menggaruk rambutnya, "Hehe benar juga. Astaga, kenapa aku bodoh sekali."

Jeno terkekeh geli mendengar gumaman pelan adik kelasnya itu, "Lalu, kenapa kau tidak melanjutkan perjalananmu?"

"Dan meninggalkan kakak kelasku seorang diri disini padahal ia sedang kesusahan? Huh, jahat sekali aku jika seperti itu."

"Baiklah, jadi kau mau bagaimana?"

"Bagaimana jika aku menemanimu berjalan sampai sekolah? Lagipula jarak sekolah dari sini sudah tidak terlalu jauh. Kau bisa memperbaiki sepeda itu setelah pulang sekolah saja."

"Hm, tidak buruk juga idemu itu." Jeno yang tadinya berjongkok segera berdiri dan meregangkan kakinya yang sedikit kesemutan.

Renjun juga segera turun dari sepedanya dan mulai menuntunnya.

"Pipimu sedikit kotor terkena oli, Kak. Bersihkanlah dulu," ujar Renjun sembari menyodorkan dua lembar tisu basah yang dia ambil dari saku celananya.

Jeno mengambilnya dan membersihkannya. Namun dia agak sedikit aneh, padahal yang kotor itu pipi sebelah kiri, tapi yang dibersihkan malah pipi sebelah kanan, mungkin ini adalah efek gugup bertemu Renjun, ya.

[✓] Suddenly? || NoRenWhere stories live. Discover now