.
.
.
Jaehyun kembali saat pagi, itu pun karena dipaksa Taeyong pulang. Setidaknya harus ada salah satu di antara mereka yang berangkat ke kantor.
"Mas..." Ten menyambut Jaehyun yang baru turun dari mobil. Jaehyun memang sudah meminta izin padanya untuk menginap di rumah sakit menemani Taeyong semalam.
"Ten, mas mau ngomong sama kamu."
"Tentang apa mas?" Ten membuat suaranya setenang mungkin meskipun hatinya bergemuruh tidak jelas.
"Mas mau nikahin Taeyong."
Bagai tersambar petir, Ten hanya bisa terdiam tanpa bereaksi apapun. Ini bahkan lebih mengejutkan dari pengakuan Jaehyun semalam. Sudah sejauh itukah hubungan gelap mereka sampai Jaehyun berniat menikahi Taeyong?
"Mas tau ini berat buat kamu. Tapi mas harap kamu ngerti setelah mas jelasin semuanya ke kamu."
Maka pagi itu tidak lagi diisi dengan sarapan yang hangat sebagaimana pagi-pagi sebelumnya. Selepas mengantar Jaemin ke sekolah, Jaehyun menahan Ten tetap di mobilnya agar ia bisa menceritakan bagaimana kisahnya dengan Taeyong, dulu dan sekarang.
Ten tidak punya cukup keberanian untuk menyela, maka ia hanya mendengarkan saja hingga penuturan Jaehyun selesai.
"Jadi... Sejak awal aku yang ngerebut mas dari Taeyong...?"
"Maaf Ten, mas juga sempet berpikir begitu dulu. Tapi mas tetep berusaha mencintai kamu setelah kita menikah."
"Dan itu ga berhasil sampai sekarang?"
Jaehyun menunduk. Ia tak mau salah menjawab. Ia mungkin tidak bisa 100% mencintai laki-laki cantik yang kini menjadi istrinya. Tapi ia pun tak pernah membayangkan bagaimana jika ia kehilangan teman hidupnya selama 10 tahun terakhir ini.
"Mas sayang kamu sama Jaemin. Kalian keluarga kecil kesayangan mas. Mana mungkin itu ga berhasil."
"Terus kenapa mas masih mau Taeyong? Apa aku aja ga cukup?"
"Ten... Bukan begitu. Mas mau nikahin Taeyong bukan hanya sekedar karena mas mau milikin dia. Mas...cuma mau ngelindungin dia."
"Harus dengan cara dinikahin?"
"Maaf kalau ini kedengerannya egois, tapi ya. Mas ga tau cara lain yang lebih baik buat bikin laki-laki brengsek itu ngejauhin Taeyong."
"Ceraikan aku, mas." Kata-kata itu sudah menggantung di tenggorokan Ten sejak kalimat terakhir Jaehyun ucapkan. Tapi sampai mereka kembali ke rumah pun, Ten tidak berani mengatakannya. Katakanlah ia bodoh dan tolol. Tapi ia terlalu mencintai Jaehyun sampai menjadi tolol pun tidak masalah selama ia tetap berada di sisi laki-laki itu.
.
.
.
Taeyong tidak pernah menyangka ia akan kembali ke rumah itu dengan status yang sudah berbeda. Kini ia sudah resmi diperistri Jaehyun. Sebenarnya itu adalah cita-citanya sejak dulu. Tentu saja sebelum hubungannya dengan Jaehyun kandas. Ia pikir ia akan menjadi orang yang paling bahagia jika ia bisa menjadi pendamping hidup laki-laki itu. Tapi nyatanya semua tak seindah realita.
Taeyong telah siap menerima tatapan sinis dari Ten jikalau ia bertemu laki-laki cantik itu di rumah barunya. Dan ya benar saja, Ten memang menyambutnya dengan dingin, meskipun tak separah yang ia sangka.
"Kak..." Taeyong yang menyapa lebih dulu.
Ten diam. Taeyong memang cukup tebal muka pikirnya. Dibalik semua penerimaannya atas alasan Jaehyun dan keadaan Taeyong, ia masih belum ikhlas. Siapa juga yang bakal ikhlas dimadu? Tapi ia bukan remaja childish yang akan ngambek menghadapi saingannya. Ia mencoba profesional sebagai istri pertama. Maka ia menarik kedua ujung bibirnya tipis.
"Balik ke sini lagi, Yong? Kubilang juga apa kan? Jangan pergi dari sini."
Kalimat sederhana dari Ten itu membuat Taeyong bergidik. Sejak awal kesan Ten memang sedikit menakutkan di matanya. Tapi kali ini ia benar-benar menemukan di mata letak menakutkannya.
"I-iya kak... Maaf ya..."
"Kok minta maaf sih? Ayo masuk, aku udah masak sarapan. Jeno laper kan? Ayo sama bunda." Ten meraih tangan Jeno yang semula berada di genggaman Taeyong. Taeyong menghembuskan napas yang semula ditahannya. Setidaknya Ten masih baik pada Jeno.
Usai sarapan, Jaehyun mengajak Jeno dan Jaemin bermain di taman belakang. Kebetulan memang hari ini weekend jadi semua berkumpul di rumah. Ten mendekati Taeyong yang sedang membereskan peralatan bekas makan.
"Taeyong, ngobrol sebentar yuk?"
Taeyong menyetujui setelah ia selesai mencuci piring. Ten sudah menunggunya di ruang keluarga bersama dengan dua cangkir teh dan setoples biskuit buatan Ten sendiri.
Ten menyeruput isi cangkirnya sebelum mulai bicara.
"Kamu tau kan ga mudah buat aku menyetujui kemauan mas Jaehyun?"
Taeyong mengangguk, tak berani menatap mata Ten.
"Aku nyetujuin kalian nikah dengan beberapa syarat dan aku udah bilang sama mas Jaehyun biar aku sendiri yang sampein ke kamu."
"I-iya kak..."
Ten mulai menyebutkan satu per satu syarat yang diajukannya sebelum mengizinkan Jaehyun menikahi Taeyong. Termasuk bagaimana mereka berbagi "kasih sayang" Jaehyun setiap malamnya. Banyak informasi yang Ten berikan mengenai kebiasaan Jaehyun, apa saja yang disukainya dan apa saja yang tidak.
Taeyong mendengarkan dengan baik karena apa yang ia kenal dari Jaehyun selama 2 tahun tentu tidak sebanding dengan apa yang dikenal Ten dari Jaehyun selama 10 tahun.
"Aku ga keberatan kamu punya anak sama mas Jaehyun. Tapi tolong jangan sekarang, Yong. Aku belum siap." Ten mengakhiri wejangannya dengan sebuah permohonan. Taeyong tampak baik-baik saja dengan itu. Tapi pikirannya menerawang jauh.
Punya anak ya...?
Taeyong belum berpikir sejauh itu. Tapi dengan Jaehyun...ia sempat memiliki gambaran tentang itu dulu. Jauh sebelum kehidupannya menjadi serumit ini. Jauh saat ia masih seorang siswa SMA yang jatuh hati pada tutor belajarnya.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Bodo ah apdet tengah malem. Tonight is malem minggu anyway.
Semakin indosiar aja nih kisahnya.
Kira2 jaeyong bakal nepatin janji buat ga punya anak dulu ga ya? 🤔
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)