Sentuhan Akhir Cerita

Start from the beginning
                                    

Memiliki kekasih keturunan orang Cina, ternyata membawa dampak tersendiri bagi wawasanku tentang cara memasakan dan makanan yang suka mereka nikmati. Dari sang ahli, aku mendapatkan pembelajaran langsung secara detailnya. Dari pihak ayahnya--Afka memang memiliki keluarga yang di dominasi keturunan Cina. Bahkan tadi kerabatnya dari pihak sang ayah yang dipanggil Cici Wima berkenalan secara langsung denganku.

Ingat--suprise yang diberikan Afka siang tadi di caffe milik ibunya?

Aku juga shok pada awalnya. Bagaimana tidak, tiba-tiba seluruh keluargaku hadir disana. Bahkan Afka yang paginya masih dirawat di rumah sakit saja, ikut serta hadir disana. Bukan cuma keluargaku dan keluarganya yang hadir disana, Doyyeng dan Cika juga ikut serta.

Kebingungan melanda diriku saat itu. Bagaimana mungkin, orang tuaku-terutama ibuku--yang notabenenya sangat membenci Afka pasca gagalnya pernikahan kami, nyatanya bisa hadir atas bujukan Afka. Apa mungkin Afka main guna-guna begitu? Kenapa juga orang tuaku jadi semudah itu memberinya kesempatan kedua. Walaupun ya, kuakui jika akupun sama, memberinya kesempatan kedua.

Tetapi aku tetap penasaran saja. Apa Afka itu memiliki kekuatan sebesar itu, sehingga dia bisa dengan mudah membujuk kedua orang tuaku.

"Nanti gosong."

"Ish, ngagetin." Ketusku, karena ucapnya itu berhasil membuatku terkejut.

"Kalau sedang masak, jangan banyak melamun. Nanti gosong, aku dan anak kita kelak mau makan apa?"

Aku menyikut perut alotnya pelan. "Dih, apaan coba."

"Kenapa?"

"Apanya? Bawa anak anak segala. Nikah aja belum!" Ketusku.

"Kan besok kita bisa ke KUA. Nanti malam, kita bisa mulai proses buat anaknya."

"Dih, mesum." Ketusk sambil sebisa mungkin menahan rona merah muncul di mukaku.

"Biar cepat terealisasikan program kerjanya." Ujarnya sambil memelukku dari belakang.

"Ini, aku lagi masak loh. Susah geraknya atuh."

"Sebentar."

"Kalau sambil pelukan begini, nañti masak makan malamnya makin lama."

Detik berikutnya Afka melonggarkan pelukanya di pinggang rampingku. Manut juga dia.

"Masak apa?"

"Menu baru." Banggaku.

"Itu menu makan malam yang sering di buat mamah." Ujarnya yang langsung membuat moodku abruk.

"Ish, tapi kan kali ini beda. Yang masak kan aku?"

"Hm."

"Kok responya Hm doang sih? Gak suka, ya udah!" Kesalku, sambil membuang muka.

"Tidak. Justru saya senang, kamu mau repot repot masak didapur begini."

Aku tersenyum tipis, sambil fokus dengan masakanku. Selepas makan siang tadi, Afka memang menculiku. Maksudnya--membawaku pergi dari keluargaku dan keluarganya. Jadi, disinilah kami berada. Diapartemenya eh--maksudku di kamar kos miliknya. Tempat yang pertama kali membuatku bertemu dengan dirinya.

"Ayo makan dulu mas, mumpung masih hangat." Ujarku.

Aku menatap makanan yang sudah ditata diatas meja dengan bangga. Setidaknya, sampai tahap ini rasa masakanmu sudah bisa di acungi jempol. Soal masak memasak, aku memang mudah memahaminya. Apaĺagi jika soal makan-makan aku jagonya. Akan tetapi, terlepas dari semua itu belajar masak juga sebenarnya gampang gampang susah. Terkadang aku juga beberapa kali mengalami kegagalan, entah rasanya yang aneh atau tingkat kematanganya yang overcook.

My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now