"Buat apa? Biar gue gak dipaksa cuti sendiri semester depan? Udahal Not, udah biasa gue."

Tidak seperti Karin yang dulu, yang meledak-ledak, Karin kini menghadapinya penuh ketenangan bahkan bisa tersenyum meski banyak bisikan-bisikan tidak mengenakkan di belakangnya.

"Tapi elo jadi cuti satu semester,"

"Gak apa-apa, gue emang pengen cuti." Karina menarik nafas panjang.

"Orang tua cowok gue dateng ngelamar minggu lalu, gue masih mempertimbangkan sih tapi kayaknya gue harus nerima lamaran ini, mumpung semester depan cuti."

Pengakuan Karin membungkam Junot, sudah lama dadanya tidak merasa sakit kala membahas Karin dan Chandra namun mendengar itu, nyerinya kembali lagi.

"Kalau elo nerima lamaran Chan buat lari doang dari masalah ini jangan Rin, kalau elo gak siap buat jadi istri ya gak usah dulu." Junot sok bijak menasehatinya, padahal ia masih mengharap keajaiban yang pernah disebutkan Karin hingga detik ini.

"Bang Chan tuh beneran setulus itu sama gue Not asal lo tahu, dia udah kerja, berpenghasilan dan elo tahu hal yang pertama yang ia pengen setelah berpenghasilan? Menjadikan gue tanggung jawabnya. Gue cukup tersentuh, gue sayang sama bang Chan Not gak ada alasan buat gue nolak lamarannya."

Junot mengangguk paham, tangannya takut-takut membelai puncak kepala Karin, pemuda itu mengulas senyum.

"Ya udah kalau elo bahagia. Lakuin apa yang membuat elo bahagia, jangan lakuin kalau itu gak bikin elo bahagia. Gue sekarang megang prinsip itu, gue mau berbagi prinsip itu sama elo sebagai teman lama... dan cinta lama."

Karin mendongkak menatap Junot yang lebih tinggi darinya, mereka bertukar pandang lama. Tatapan Karin seolah ingin memberitahu kalau ia sudah tidak pura-pura bahagia dengan Chan, tapi benar-benar bahagia.

"Makasih Not."

"Buat?"

"Gue rasa hubungan kita ngasih banyak pelajaran."

Junot mengangguk.

"Gue juga ngerasa gitu, kalau gitu makasih juga Rin."

Setelah penutupan POROS Bertahun-tahu lalu, untuk pertama kalinya lagi Junot dan Karin berbicara dari hati ke hati.

Karin sadar hatinya sudah sepenuhnya dimiliki Chan, ia mengikuti saran Chan dengan membuka hati, membiarkan Junot pergi dan membiarkan Chan masuk memperbaiki semuanya.

Junot juga sadar meski di hati Karin sudah tidak ada ia lagi namun di Hati Junot, jauh di dalam sana Karin masih di sana.

Junot menyimpannya sebagai cinta, sebagai kenangan, dan sebagai pelajaran hidup sampai ada orang lain yang bisa membahagiakannya sebagaimana Karin dulu.

"Mau hujan nih," Karin menatap mendungnya langit kota Makassar.

Junot memberinya surat kabar pagi yang dibelinya di lampu merah karena kasian dengan anak-anak yang menjualnya.

"Payung kertas Rin."

Karin menerimanya dengan hati yang hangat.

"Gue muak sebenarnya sama payung kertas, karena setelah diterpa hujam mereka akan rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi,"

Gadis itu mengenang bersama dengan hadirnya Junot di sebelahnya, hujan, payung kertas, mau bagaimanapun sakitnya kenangan indah itu tetap ada.

"Lain kali gue bakal ngasih elo payung beneran. Jangan basah lagi karena hujan Not, cari tempat berteduh, akan ada selain aku."

Tanpa sadar mata keduanya berkaca-kaca, Junot mengigit bibirnya sendiri menahan air mata, sedangkan Karin berusaha mendongkak agar cairan itu tidak jatuh.

Meski sudah tak ada perasaan, tapi kenangan yang pernah ada juga harus berusaha dihapus, digantikan dengan kenangan yang lebih baik, dari orang yang tak sama lagi.

"Rin, gue boleh peluk lo buat yang terakhir?"

Karin melebarkan tangannya, merasakan hangatnya Junot, air mata yang mati-matian ditahan akhirnya tumpah di bahu Junot.

Sayup-sayup Karin mendengar...

"Maafin aku Rin, aku masih cinta kamu."

-To be continued-

Baca works POROS yang part ditatar Karin sama menyambung kembali jarak. Disana ada Karin yang ke kampus bawa undangannya buat Junot.
Happy reading.

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

PAPER UMBRELLAWhere stories live. Discover now