i. little pretty doll, just like you

Start from the beginning
                                    

Pengakuan Jimin barusan membuat kedua sahabatnya terdiam. Keduanya tahu kalau apa yang Jimin katakan benar, tapi keduanya juga tahu kalau sebenarnya Jimin tidak bertepuk sebelah tangan. Yoongi menyukai Jimin dan Jimin pun juga. Semua orang tahu kecuali dua orang yang bersangkutan. Andai saja keduanya berhenti bertengkar...

"Lagipula siapa yang berani menjamin kalau aku berhenti menggodanya lalu Yoongi hyung bisa dekat denganku?" Lanjut Jimin dengan suara pelan.

Jungkook tersentak.

Pemuda itu membulatkan mata dan menoleh ke arah Taehyung. Kemudian dia menegakkan punggung, sedikit bergeser untuk berbisik ke telinga si Kim. Tak lama Taehyung membulatkan mata. Jimin menatap bingung dua sahabatnya yang saling bertatapan dengan mulut menyeringai.

Belum sempat Jimin bertanya, Taehyung terlebih dahulu berdeham dan memajukan tubuh.

"Chim, kau percaya sihir?"

.

.

.

"Kalian yakin ini aman?"

Jimin bertanya untuk ke-enam kalinya yang tidak digubris oleh dua orang di sampingnya―Taehyung dan Jungkook.

Ketiganya saat ini duduk berdempetan di deretan paling belakang bus, dalam perjalanan menuju rumah kenalan Taehyung dan Jungkook yang katanya tukang sihir. Tukang sihir yang menurut Taehyung dan Jungkook bisa membantu kehidupan percintaan Jimin yang makin hari makin mengenaskan. Meskipun menurut Jimin si tukang sihir ini cukup mencurigakan. (Jimin tidak berani mengungkapkan hal ini terang-terangan di hadapan Taehyung dan Jungkook atau kedua orang itu akan meneriakinya marah)

Jungkook bersin, menggesek hidungnya dengan punggung tangan dan menenggelamkan dagu lebih dalam ke syal di lehernya. "Untuk ke-enam kalinya, Jimin-ssi. Aman."

Jimin menyikut perut Jungkook dengan sikunya, peringatan bagi yang lebih muda karena tidak memanggilnya dengan 'hyung'.

"Yeah, ini aman. Tenang saja, Chim. Seokjin hyung sangat baik, dia tidak berbahaya." Taehyung membuka mulut, bersender ke jendela bus.

"Tapi kan dia ini tukang sihir. Tukang sihir berbahaya, Tae." Jimin menghembuskan napas kuat-kuat. Masih merasa tidak aman meski sahabatnya mengatakan bahwa si tukang sihir ini―Seokjin adalah orang baik yang tidak berbahaya sama sekali.

"Penyihir. Seokjin hyung penyihir bukan tukang sihir." Taehyung melotot sambil masih bersender ke jendela.

Jimin mencebik, masih tidak puas dengan jawaban sahabatnya. Jimin tahu kalau dia khawatir berlebihan, karena sebenarnya penyihir bukan hal yang asing lagi. Penyihir sudah berbaur dengan manusia biasa sekarang, berbeda dengan zaman dulu dimana penyihir masih diburu. Hanya saja dia masih merasa khawatir karena biasanya penyihir berhubungan dengan individu yang jahat dan kejam.

"Seokjin hyung sangat ramah dan baik, dia yang suka memberiku kue-kue itu." kata Jungkook tiba-tiba.

Cebikan Jimin memudar. Pemuda itu ingat, sahabatnya yang satu ini memang kerap kali membawa kantung berisi kue manis beraneka warna dan rasa. Tiap Jimin tanya dimana dia mendapat kantung kue itu, Jungkook selalu menjawab itu dari teman dengan nada malu-malu.

Ah, jadi selama ini kue-kue itu dari si Seokjin ini.

"Dan juga, Seokjin hyung cakep." Lanjut Jungkook sambil cekikikan.

"Benar, benar, Seokjin hyung luar biasa tampan." Taehyung di samping Jimin mencondongkan tubuh, ikut cekikikan bersama Jungkook.

Jimin yang duduk di antara Taehyung dan Jungkook mendongakkan kepala pasrah, terjebak untuk mendengar cekikikan malu-malu dua sahabatnya tentang si tukang sihir ini.

The Doll [Yoonmin]Where stories live. Discover now