"Mah, Jenonya mau dibawa ke mana? Jaemin masih mau main sama Jeno."
"Jaemin sayang, main sama Jenonya di sekolah aja ya? Sekarang Jeno harus pulang ke rumahnya sendiri."
"Tapi ini juga rumah Jeno, papah bilang begitu."
"Bukan Jaemin, rumah Jeno bukan di sini. Tante sama Jeno udah punya rumah sendiri. Nanti Jaemin boleh main kapan-kapan, ya."
Taeyong kembali menarik tangan Jeno, tapi anak itu menggeleng. Taeyong mulai kesal karena tidak biasanya Jeno membantah.
"Jeno, dengerin mamah!"
"Tapi Jeno masih mau main sama Jaemin. Pulangnya besok aja mah..."
"Ga ada besok-besok! Kita pulang sekarang!"
Suara Taeyong yang meninggi tidak pernah Jeno dengar sebelumnya, maka ia mulai ketakutan dan menahan tangisnya.
Ten sudah menunggu di depan kamar saat Taeyong keluar. "Taeyong, kenapa tiba-tiba begini sih? Kasian Jeno masih mau di sini."
Taeyong ingin membantah, tapi ia rasa kalimat yang akan keluar dari mulutnya nanti mungkin akan menyinggung Ten, maka ia hanya mengatakan pamit untuk yang kedua kalinya.
"Makasih udah ngasih aku dan Jeno tinggal di sini, kak. Maaf kalo aku ada salah, maaf juga ga bisa balas apa-apa buat kebaikan kakak dan mas Jaehyun. Aku pamit."
Taeyong juga mengangguk sedikit pada ayah, ibu dan kakak Jaehyun yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan tergesa ia menuntun Jeno menuju pintu depan. Di sana kopernya sudah menunggu. Begitu pula dengan Jaehyun.
"Aku anter ya?"
"Gausah, mas. Aku udah pesen taksi online. Mungkin sebentar lagi nyampe."
Setelah memakaikan Jeno sepatunya, Taeyong menarik dua koper besar mereka keluar dari rumah itu, rumah nyaman yang telah ditinggalinya sejak seminggu yang lalu.
Ten sudah menyusul ke pintu depan, ia berdiri di samping Jaehyun dan meminta penjelasan dari suaminya. Mungkin Jaehyun tahu sesuatu yang menyebabkan Taeyong ingin pindah secara tiba-tiba.
"Mas juga gatau, Ten." lirihnya sambil menatap punggung Taeyong yang menjauh. "Lagian kita ga bisa maksa dia buat terus tinggal di sini." Nada suaranya terdengar putus asa.
Ya, mungkin inilah akhir dari permainan terlarang mereka yang baru saja dimulai.
.
.
.
Keesokan paginya Jaehyun mendapati Taeyong yang baru tiba di kantor dengan wajah kusut dan sembab. Taeyong pasti menangis semalaman.
"Semalem kamu tidur di mana? Tadi pagi mas ke kontrakan barumu, masih kosong."
"Hotel." Jawab Taeyong singkat. Ia benar-benar sedang tak ingin memulai pembicaraan panjang dengan Jaehyun, kecuali itu menyangkut pekerjaan.
"Terus nanti Jeno pulang ke mana?"
"Itu urusanku, mas ga perlu tau."
"Taeyong, maafin bapak ya?"
"Bapak ga salah mas, ga ada yang perlu kumaafin. Emang bener semua yang dibilang bapak."
"Yong-"
Belum sempat Jaehyun mengatakan apa-apa lagi, Taeyong sudah kembali meninggalkan mejanya. Jaehyun memukul mejanya sendiri dengan kesal. Bertambah kesal lagi karena ia bisa melihat Taeyong berjalan menghampiri meja Johnny.
.
.
.
"Hei, dari pagi saya perhatiin kamu suntuk terus. Kerjaan kamu kebanyakan? Perlu saya bantuin ga?"
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)