Taeyong ingin mengelak dari tuduhan itu, tapi lidahnya kelu. Nyatanya memang itulah yang mungkin sedang ia lakukan. "Maaf pak, saya ga bermaksud-"

"Taeyong numpang di sini karena rumahnya kebakaran, pak!" Sambar Jaehyun yang mengikuti ke teras depan. Ia masih berusaha menutupi apapun itu yang terjadi di antara mereka.

"Sejak kapan?"

"Minggu lalu."

"Terus dia masih numpang juga meskipun istrimu ga ada di rumah?"

"I-iya..."

"Gatau diri itu namanya!"

"Pak..." Jaehyun memandang Taeyong khawatir, laki-laki itu pasti tersinggung dengan ucapan ayahnya tadi. Taeyong masih menunduk tanpa membela diri.

"Ten yang minta tolong ke Taeyong, pak. Dia percaya sama Taeyong."

"Tapi bapak ga percaya! Kamu itu... Bapak hapal gelagat kamu. Kalian...pasti ada apa-apa kan? Kalau ngga, kamu ga bakal sekaget ini pas bapak dateng."

Jaehyun terdiam. Ayahnya mungkin memang keras, tapi beliau juga orang yang memperhatikan hal-hal kecil. Mungkin sikapnya memang terlalu kentara bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Dan kamu... Kalau kamu masih tau diri, harusnya kamu ga lama-lama ada di sini. Saya memang ga berhak ngusir kamu. Tapi dengan masa lalu kalian, harusnya kamu sadar bahwa Jaehyun itu udah punya istri dan anak. Jangan ganggu rumah tangga mereka! Apalagi sampai nyakitin hati menantu saya! Ingat itu baik-baik!"

Setelah puas mencerca Taeyong, ayah Jaehyun kembali ke dalam rumah. Meninggalkan sepasang manusia yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Taeyong mulai menitikkan air mata dan Jaehyun sangat benci melihat pemandangan itu.

"Taeyong, jangan dengerin kata bapak-"

"Bapak bener, mas. Aku emang gatau diri. Harusnya dari awal aku ga minta tolong sama mas."

Taeyong menyusul jejak ayah Jaehyun tak lama kemudian. Tapi ia tidak menuju ke dapur di mana semua orang sedang membuka oleh-oleh dengan suka cita. Ia menuju ke kamar yang ditempatinya selama ini. Memasukan semua pakaian dan barangnya beserta Jeno ke dalam dua koper besar.

Jaehyun menyusulnya hingga ke ambang pintu. "Kamu ngapain, Yong?"

"Aku pamit, mas. Emang udah waktunya aku berhenti numpang. Aku sama Jeno pergi malam ini."

"Ngga, Yong. Kamu tetep di sini!"

"Buat apa, mas? Buat disindir lagi sama bapakmu? Ngga mas, udah cukup. Aku ga mau ganggu rumah tangga kalian lagi." Jawab Taeyong sarkas.

Tanpa memedulikan Jaehyun yang masih memohon padanya untuk menunda kepergian setidaknya sampai esok pagi, Taeyong melanjutkan kegiatan berkemasnya. Tak memakan waktu lama, karena ia memang telah siap untuk pergi kapanpun.

Aksi Taeyong yang menggeret dua koper besar menuju pintu depan sukses menarik perhatian penghuni lain rumah itu. Terutama Ten yang terlihat bingung. "Taeyong, kamu mau ke mana?"

Ten tentu terkejut melihat Taeyong yang tampak akan pergi, ditambah lagi matanya yang sembab dengan ekspresi sakit hati di wajahnya.

"Aku mau pindah ke kontrakan baru, kak. Aku udah terlalu lama di sini. Maaf ga bisa bantu kakak lagi." Setelah mengatakan itu, Taeyong bergegas menuju ke kamar Jaemin, di sana Jeno dan Jaemin sedang bermain game bersama.

"Jeno, ayo." Taeyong menarik pelan lengan Jeno yang mengundang pertanyaan dari bocah itu. "Mau ke mana, mah?"

"Kita pindah malem ini. Ayo pake sepatu kamu."

In Between [JaeYong version]Where stories live. Discover now