"Jangan sentuh Nuna!" Kali ini Sugar yang berteriak.
"Arrghh! Cheonsa tolong aku!" Jinyoung merintih, berteriak, berontak. Namun, entah kenapa Jinyoung terlihat begitu lemah dan Sugar terlihat begitu kuat, atau lebih tepatnya berat?
Aku pun dengan gesit meraih tubuh Sugar agar menyingkir dari Jinyoung. Tapi, sialnya, si siluman kucing berengsek ini malah semakin menancapkan giginya di lengan Jinyoung.
"Sugar!" Aku menepuk pipinya kuat. "Lepas!"
"Tidak mau!" balasnya dengan pelafalan yang tidak jelas.
"Sugar!"
"Dia menyentuh Nuna. Nuna miliknya Sugar!"
Aku mendecak, meringis, mengurut pelipis. Astaga, pusing!
"Iya, iya. Nuna miliknya Sugar. Lepas, ya? Nuna mohon...."
"Tidak! Dia harus dihukum!"
"Sugar lepas! Kasihan sudah berdarah!"
"TIDAK!"
Aduh, apa yang harus kulakukan? Menarik napas, aku pun berusaha berpikir jernih, meski rintihan Jinyoung masih membuatku panik.
"Ah!" Aku memukul punggung Sugar beberapa kali dan menatapnya penuh permohonan. "Mau snack cumi-cumi?"
Sugar tampak melemahkan gigitannya dan menatapku lembut. Rintihan Jinyoung pun mereda perlahan.
"Mau?" tanyaku lagi. Mata Sugar semakin membesar.
"Mau." Jawabannya tidak melegakan karena giginya masih bertahan di lengan Jinyoung.
"Kalau mau dilepas, ya, gigitannya...." Kulirik Jinyoung yang sedang menahan sakit, tapi juga kebingungan.
Sugar mengangguk. "Tapi Nuna suapi, ya, seperti tadi?"
Aku menelan ludah. Tadi saat selesai disuapi dia malah memeluk dan mengendus tubuhku.
Tapi, mau bagaimana lagi?
"Terus nanti malam tidur sama Sugar."
Dari ekor mataku, Jinyoung tampak semakin heran--terkejut lebih tepatnya.
"E-ehm, ya. Nanti Sugar tidur di bawah, ya."
"Tidak! Sugar mau tidur dekat dengan Nuna. Mau peluk Nuna!"
Wah semakin aneh pembicaraan ini. Untungnya, karena pembicaraan aneh ini pula aku punya kesempatan untuk mendorong Sugar yang lengah, hingga gigitannya pada Jinyoung terlepas.
"Lari, Jinyoung!" teriakku dan dituruti oleh Jinyoung.
Setelah Jinyoung pergi Sugar menatapku dengan berkaca-kaca. "Nuna disentuh...."
"Me-memangnya kenapa? Kau juga... kenapa menyerangnya!? Kau ini--"
"Mana yang disentuh?" Sugar memegang kepalaku dan menatapku serius. "Mana?"
"Ih, apa, sih!?"
"Tadi dia pegang-pegang Nuna!"
"Ya, jadi mau diapakan?" Aku meringis, dia menggerakkan kepalaku dengan cara yang aneh sambil mengendus ke seluruh kepalaku sampai aku merinding. "SUGAR!"
"OH INI!" Dia berseru dan langsung mengecup pucuk kepalaku--posisi yang sama persis dengan Jinyoung tadi.
Kepalaku pusing seketika.
Kenapa manusia dan siluman hari ini membuatku lemas karena perlakuan mereka.
Mati aku.
Meski hanya siluman, tapi wujud Sugar adalah pria dan dia sedang mencium pucuk kepalaku.
Lama.
Seperti hendak menyedot rohku dari dalam tubuh.
Kedua tanganku terkepal dan mataku memejam, sekujur tubuhku meremang menyadari sentuhan bibirnya begitu hangat di pucuk kepalaku.
Ini mengerikan.
"Sugar, hentikan!"
Aku berontak, berusaha memukul dan menendang, tapi Sugar selalu berhasil menahanku. Kekuatannya benar-benar luar biasa. Mungkin ini adalah perwujudan manusia 'setengah kucing' super.
Sugar melepas kecupannya dan menatapku sambil mengerjap lambat. Wajahnya kini semakin dekat dengan wajahku, hingga aku bisa melihat pori-porinya dan lensa matanya yang berwarna kecokelatan, khas kucing. Dari sudut pandangku pun hidungnya tampak kembang kempis, menelusuri bau yang aku tidak mengerti.
"Nuna masih berbau seperti betina yang siap dikawini."
Oh, astaga. Tuhan, cabut saja rohku dari tubuh ini.
Apa salahku harus mendengar perkataan menggelikan itu.
Kawin apa? Kawin bagaimana? Apa itu kawin?
Kenapa dia selalu menyebut kata 'kawin'? Tidak tahukah dia otakku sudah berkelana entah ke mana hanya karena satu kata itu?
"Sugar, hentikan. Sana pergi!" Aku mendorongnya kuat, tapi dia enggan pergi.
"Ah, di sini rupanya."
Aku meneguk ludah susah payah saat ibu jarinya menekan sudut bibirku.
"Berani sekali menyentuh miliknya Sugar! Sugar akan menandainya! Biar dia tahu kalau Nuna milk Sugar! Hah!"
"S-Sugar sudah, ya...."
Napasnya yang hangat menyapu bibirku. Aku memejam, takut dan lemah. Karena ketika mataku menangkap wujudnya, Sugar jadi tidak terlihat seperti siluman.
Melainkan seperti seorang lelaki biasa.
"A-aku bukan milik--"
Mataku membelo saat sentuhan ibu jarinya di bibirku digantikan oleh sesuatu yang begitu hangat dan lembut.
Yaitu bibirnya.
Dia menciumku.
Detik itu aku memandang Sugar berbeda dari sebelumnya.
[]
Terimakasih.
Maaf kalo chapter selanjutnya lama. Tunggu aja. Yang sabar.
YOU ARE READING
CATNIP
FanfictionRate M [ ON GOING ] Tentang aku dan seorang laki-laki asing yang kutemukan tidur di atas ranjangku ketika aku baru saja pulang ke rumah. Siapakah lelaki itu? Apakah dia seorang maniak atau byuntae yang akan merugikanku di kemudian hari? AU! Fantasy...
10. Menandai
Start from the beginning
