*****
Taeyong turun kebawah setelah membersihkan tubuhnya untuk makan malam. Dirinya terhenti ketika melihat Jaehyun yang sudah duduk dimeja makan bersama Ayahnya, Taeyong kembali mendengus kesal lalu melanjutkan langkahnya.
Taeyong mendudukkan tubuhnya tepat dihadapan Jaehyun, ketika matanya bertubrukan dengan mata elang itu Taeyong merengut kesal.
"Untuk apa kau duduk disana? Pindah! Mengganggu pemandanganku saja!" ketusnya pada Jaehyun. Jaehyun hanya menatapnya datar, kenapa kucing kecil ini kemusuhan sekali dengannya? Dirinya salah apa?
Jaehyun menuruti perkataan Taeyong dengan pindah posisi duduk menjadi disamping Taeyong, melihat itu Taeyong kembali menatapnya tajam. "Hei pria tua! Siapa yang menyuruhmu duduk disampingku?! Aku tidak mau dekat-dekat denganmu! Sana kau duduk diujung sana saja!" tunjuknya kearah kursi meja makan kosong diujung.
Donghae sedang memijit pelipisnya sekarang, dirinya sudah tidak mampu untuk berkata-kata lagi kepada Taeyong.
Jaehyun menatap Taeyong tajam lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Taeyong, tanpa memperdulikan reaksi Donghae yang melihat mereka.
"Apa aku harus duduk satu kursi denganmu agar kau diam, biar aku yang memangkumu bagaimana hm?" ucap Jaehyun dengan suara beratnya tepat didepan wajah Taeyong yang sangat dekat dengan wajahnya.
Taeyong terdiam membisu, matanya membulat lucu ketika wajah Jaehyun terlalu dekat dengannya. Tangannya tanpa sadar meremat celananya.
"D-Duduk saja ketempatmu k-kembali." ucap Taeyong terbata, lalu mengalihkan pandangannya kearah lain, kemana saja asal tidak kewajah Jaehyun.
Donghae sedang mengulum senyum sekarang melihat Taeyong yang gelagapan karena Jaehyun, sedangkan para pelayan sedang menahan jejeritan karena suara dalam Jaehyun tadi.
Jaehyun menatap lekat wajah Taeyong yang sangat terlihat sekali bahwa dirinya gugup, lalu menjauhkan wajahnya. Berjalan kembali keposisi semulanya, dihadapan Taeyong.
Matanya tak berhenti menatap wajah cantik yang berusaha menghindari menatapnya itu. Sementara Taeyong sedang menyumpah nyerapahi Jaehyun didalam hati.
"Makanlah Jae. Kau harus memiliki tenaga ekstra jika ingin berhadapan dengan kucing liar ini." ucap Donghae dengan acuh, mengabaikan Taeyong yang menembakkan sinar laser dari matanya.
"Baik, Tuan Lee." ucap Jaehyun mengangguk sopan. Taeyong memutar bola matanya malas ketika kembali mendengar pekikan kecil para pelayannya. Kenapa para pelayannya genit sekali sih?! Ingatkan Taeyong untuk mengadukannya pada Ayahnya!
Tatapan Donghae beralih kepada Taeyong, "Apa Yongie ingin keluar malam ini?" Taeyong hanya menggeleng, dia sedang merajuk kepada semua orang yang ada dirumah ini.
"Setelah ini bagaimana dengan minum teh sambil menghirup udara malam?" tawar Donghae kepada Jaehyun. Jaehyun melirik kearah Taeyong yang juga meliriknya, walau sekilas karena dengan cepat pria cantik itu mengalihkan pandangannya.
"Itu bagus, Tuan Lee." ucap Jaehyun sembari tersenyum kecil. Taeyong hanya mengabaikan keduanya dan kembali melanjutkan makannya.
*****
"Jadi? Bagaimana? Kau sudah berbicara kepada Bu Kim?" tanya Donghae membuka suara. Mereka duduk ditempat Jaehyun dan Bu Kim berbincang tadi sore, menikmati angin malam yang terasa nyaman malam ini.
"Sudah, Tuan Lee." ucap Jaehyun, Donghae hanya mengangguk paham.
"Jadi kau sudah tau tentang kondisi Taeyong." Jaehyun hanya diam mendengarkan. Donghae menghela nafasnya, "Aku mempercayaimu, oleh sebab itu aku menyuruh Bu Kim untuk menceritakan semua tentang Taeyong yang dia tau. Sebelumnya aku tidak pernah ingin menceritakan kondisi Taeyong kepada para pengawalnya sebelumnya. Para pengawal itu hanya diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan apa yang tidak Taeyong sukai."
Jaehyun terdiam sejenak lalu menoleh mendengarnya, "Kenapa Tuan mempercayaiku?" meskipun orang tua Jaehyun berteman dengan Donghae tetap saja Jaehyun merasa dirinya orang asing, walau dirinya dan Taeyong sudah kenal dari kecil tapi tetap saja merekakan sudah kurang lebih 20 tahun tidak bertemu.
"Panggil aku Uncle saja." ucap Donghae sembari terkekeh, "Karena kau Jung Jaehyun. Aku mempercayaimu karena kau Jung Jaehyun. Jaehyunie Hyungnya Taeyongieku." Donghae menoleh kepada Jaehyun lalu tersenyum tipis. Jaehyun juga tersenyum mengingat panggilan manis itu.
Donghae mengalihkan tatapannya kedepan, menatap nanar. "Hanya Taeyong satu-satunya yang kumiliki semenjak Istriku meninggal dunia. Saat itu Taeyong masih berumur 5 tahun, cukup sulit merawatnya sendirian apalagi dengan keadaan Taeyong yang sudah mengalami Photophobia saat itu."
" Benar-benar sangat parah, dia akan berteriak histeris jika melihat cahaya sedikitpun. Itu membuatnya selalu berada didalam kamar tanpa lampu sepanjang waktu. Taeyong sempat Homeschooling ketika SD, setelah mendapatkan terapi Taeyong menjadi sedikit lebih bisa beradaptasi dengan tempat yang lebih bercahaya hingga SMP."
"Tapi, tak lama sejak dirinya masuk SMP. Taeyong ditemukan dibelakang sekolah dengan baju yang sobek sana-sini. Putraku hampir diperkosa dengan 15 orang pria. Untung saja ada orang yang melihatnya dan menolongnya, aku tidak pernah bisa membayangkan jika para bajingan itu berhasil menggilir Putraku. Saat itu saja sudah membuat keadaan Taeyong benar-benar kacau, Putraku seperti orang gila ketika ada yang mendekatinya, bahkan aku saja tak bisa mendekatinya apalagi menyentuhnya. Aku hanya bisa menangis dan berdoa, agar setidaknya akulah satu-satunya yang bisa merengkuhnya ketika dia butuh seseorang." Donghae menghapus air mata yang meleleh dipipinya, ketika mengingat hari-hari berat yang dijalaninya dan Taeyong dulu membuat hatinya sakit. Jaehyun menatap wajah Donghae dari samping, hatinya juga sakit mendengar penderitaan Taeyong selama ini.
"Kejadian itu membuat Photophobianya kembali parah, dan menghasilkan phobia baru, yaitu Haphephobia. Jika tidak ada Bu Kim, aku mungkin sudah gila karena melihat kondisi Taeyong yang seperti itu. Ayah mana yang tahan melihat anaknya histeris seperti orang gila karena melihat cahaya dan bila disentuh?" Jaehyun diam mendengarkan Donghae berbicara sampai habis.
"Tapi sekarang kondisinya cukup membaik berkat terapi selama beberapa tahun, Taeyong kembali bisa beradaptasi dengan tempat yang memiliki cahaya, dia bisa menonton tv, mempunyai ponsel. Meskipun masih tidak terlalu bisa terang dan sangat minim cahaya tapi itu cukup membuat diriku lega. Untuk Haphephobianya juga membaik, masih menjaga jarak tapi setidaknya aku yang bisa menyentuhnya. Walau tidak bisa lama, karena dia akan mengalami serangan panik." Donghae tersenyum sendu, Jaehyun sangat memahami apa yang dirasakan Donghae saat ini.
"Apa yang harus dilakukan ketika Taeyong mengalami serangan panik?" tanya Jaehyun pelan.
"Biasanya dia minum obat penenang. Kemana Taeyong pergi, obat penenang selalu ada dalam tasnya." ucap Donghae. Jaehyun menghela nafas pelan, lalu menatap ragu ke arah Donghae.
"Jika aku boleh bertanya, bagaimana Taeyong bisa mendapatkan Photophobianya?" tanya Jaehyun dengan nada ragu, takut dirinya salah berbicara. Apalagi ketika melihat Donghae terdiam sekarang.
Cukup lama Donghae terdiam, membuat Jaehyun merasa tidak nyaman. "Maafkan aku yang lancang bertan——."
"Setelah mengalami kecelakaan hebat bersama mendiang Istriku." potong Donghae tiba-tiba.
Jaehyun kembali terdiam. Donghae juga terdiam setelah mengatakannya. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Jaehyun tidak menyangka begitu banyak yang terjadi selama 20 tahun ini.
Terdengar helaan nafas dari Donghae, "Hanya Taeyong yang selamat pada kecelakaan itu, sedangkan Ibunya meninggal ditempat. Setelah bangun dari koma selama sebulan, Taeyong mendapatkan Phobianya."
TBC
Seru ngga sih ceritanya?
Happy Reading💖
Jangan lupa vote dan komen ya~
Love you all!!!❤️❤️❤️
YOU ARE READING
My Bodyguard (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} {SUDAH DIBUKUKAN} {PART LENGKAP} "Stay with me and protect me forever, My Bodyguard." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
PART 4
Start from the beginning
