3. YOU NEVER KNOW.....

Start from the beginning
                                    

"Hei! Yuta!! Hei! Kau mau ke mana!! YUTA!"

....

Malam itu terasa begitu dingin dan sedikit mencekam.

Sunyi yang begitu pekat telah menyelimuti, tak ada yang menemani, kenyataannya hanya ada angin serta suara guyuran hujan yang tak kunjung reda dari tadi siang belaka yang masih bertahan bernyanyi di gendang telinga.

Mark mengusap dagu, hujan ini hanya mengganggu, menghambat dan mengacaukan segalanya. Apa yang telah direncanakan terpaksa ditunda atau bahkan harus dirinya batalkan, ini terasa begitu menyialkan bagi dirinya yang merupakan seorang disiplin sempurna tanpa bantahan. Si perfeksionis yang selalu menjunjung tinggi keteraturan dan yang paling anti dengan yang namanya menunda pekerjaan.

Hari ini jadwalnya penuh, tiada dusta soal perkara tersebut. Dari baru bangun tidur ia sudah harus pergi ke Gold Arena, lapangan golf pribadi keluarga untuk menemani ayahnya yang sedang bermain golf bersama dengan beberapa relasi kerjanya itu.

Lalu sepulang dari tempat golf mentereng nan mewah itu selanjutnya dia masih harus melakukan kuliah sebagai alih-alih formalitas belaka sampai siang hari. Semua masih terasa lancar di sana, sampai sebelum akhirnya hujan deras bertemankan petir dan angin kencang itu mengguyur dan mengacaukan susunan jadwal selanjutannya.

Jadwal seharusnya adalah dia harus pergi menemui salah satu perwakilan komunitas mural nasional, untuk membahas perkara run time hasil karya mereka di beberapa titik yang telah mereka miliki, yang mana semua itu rencananya akan mereka ikut sertakan dalam perlombaan. Tapi itu terpaksa harus gagal karena pertemuan itu berada di tempat yang cukup jauh dari Seoul, dan dia tak bisa memaksakan diri pergi keluar kota dengan kondisi seperti ini, Ayahnya pasti tidak akan pernah mengizinkan Tae Oh untuk menyopirinya sampai ke sana.

Sore harinya ia ada jadwal pertemuan dengan salah satu teman satu almamaternya ketika SMA dulu, ini pertemuan rahasia, membahas soal barang baru yang diinginkan oleh anak itu. Ini adalah pertemuan di luar dari sepengetahuan sang ayah. Jelas saja di luar dari sepengetahuannya, ia masuk ke dalam dunia hitam begini pun secara diam-diam.

Ayahnya akan mengamukinya habis-habisan jika sampai dirinya ketahuan melakukan ini. Ini pekerjaan haram, tentu saja. Ayah sahaja mana yang akan rela anaknya menjelma menjadi sosok yang seperti ini?

Tidak ada problematika sama sekali. Awal mula yang sangat tidak teratur dan terkesan berantakan, kisah bagaimana dia bisa menjelma menjadi sosok yang seperti ini berawal hanya dari kata iseng belaka. Tapi lambat-laun, entah kenapa dirinya malah jadi mudah tergiur seperti ini.

Ambisinya bukan uang, jumlah uang di seluruh rekening; baik yang di dalam maupun di luar negeri, miliknya sangatlah fantastis. Sehingga jika menjadikan uang sebagai alasan, sebenarnya itu sangatlah tidak pantas sama sekali, terkesan mengejek jatuhnya.

Lalu, jika bukan uang maka apa lagi?

Iseng-iseng? Sebagai pengisi kegiatan di kala bosan? Tidak salah juga, tapi sulit juga untuk dibenarkan. Karena sebenarnya dia juga masih bisa mencari kegiatan lain yang lebih positif yang bisa dilakukan di kala bosan.

Mungkin ini ada kaitannya dengan balas budi juga sebenarnya. Ia mengenal dunia ini dari seseorang yang memiliki jasa besar terhadap kehidupannya. Awalnya hanya turun tangan sekali, tapi dirasa-rasa setelah merasakan sendiri adrenalin beserta seluruh tantangan yang dirasanya ternyata sangatlah memicu, dengan bodohnya dia jadi mudah tergiur untuk terus masuk semakin dalam ke dalam pusaran dunia hitam ini.

Baiklah, terlalu bertele-tele bagai tidak ada guna, lebih baik lupakan saja soal asal mula dia bisa terjun kemari. Dan lanjutkan saja cerita soal beberapa jadwal yang terpaksa harus ia batalkan karena hujan deras sialan yang terus mengguyur dari sejak tadi siang ini.

RED [MARKHYUCK] Where stories live. Discover now