3. YOU NEVER KNOW.....

Mulai dari awal
                                    

"Untuk pemula biasanya hanya tiga kilo, kupikir, mungkin. Hanya memiliki beberapa tikungan dan beberapa jalanan sunyi belaka. Dan jika kau ingin menang, setidaknya kau harus bisa sampai di garis finish dalam kurun waktu sekitar empat menit, usahakan di bawah lima menit."

Mendengar itu, tidak butuh waktu lama untuk Haechan segera membolakan matanya kepada Yuta. Ia pasang muka terperangah, kaget setengah mati bagai akan mati sungguhan.

"Ya?! Kau gila?! Secepat itu, ba-bagaimana bisa?" Cerca Haechan dengan nada terheran-heran.

Ini bahkan hanya balapan liar? Tapi, kenapa dibawa serius sekali? Tiga kilo, hanya sekitar empat menit, yang benar saja? Jika di sirkuit langsung masih sedikit agak masuk akal, masalahnya mereka akan bertanding di jalan raya, jalanan besar yang ramai kendaraan; entah besar ataupun kecil, saling berlalu-lalang. Wah, ini jika tidak pandai menyalip dan jeli dalam menentukan waktu yang tepat untuk menambah kecepatan, maka besar kemungkinan kendaraannya akan kena ciuman mesra dari kendaraan lain, alias dia bisa saja akan mengalami kecelakaan.

"Seram sekali!!" Seru Haechan membayangkan dirinya sendiri mengalami kecelakaan parah.

Haechan itu memiliki tingkat kemampuan berimaginasi yang tinggi, diberi A maka yang akan teruntai di kepalanya adalah penjabaran lengkap dari A sampai Z. Sama halnya dengan yang terjadi saat ini, hanya diberi tahu soal rute balapan, pikirannya sudah melancong ke mana-mana, seperti kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada saat balapan nanti.

"Apanya yang seram?" Tanya Yuta dengan heran, menginterupsi kegiatan Haechan yang tengah memeluk diri sendiri sambil bergidik itu.

Haechan menggeleng ringan.

"Ini hanya soal kemungkinan, ingat, hanya kemungkinan, dengar Yuta." Haechan merubah posisi duduknya menjadi menghadap Yuta, menatap kakaknya dengan lekat.

"Bayangkan jika aku tak bisa menyalip kendaraan lain, maju-mundur dengan ragu-ragu sampai akhirnya malah diterobos brutal oleh sebuah truk dari belakang. Bayangkan itu, Yuta. Bayangkan! Itu pasti sangat seram!! Apa tidak bisa pencapaian waktunya dipertambah, maksudnya adalah menjadi sekitar sepuluh menit, mungkin, begitu." Terang Haechan berujung tawar-menawar.

Yuta menggelengkan kepala sebelum akhirnya berdiri dari duduknya, merasa menyesal sudah meladeni racauan tidak jelas dari mulut berisik milik Haechan.

"Yang kau lawan itu Mark, bukan pemain pemula di arena. Jika dia mau, mungkin dia bisa mencapai garis finish di bawah waktu yang kusebutkan tadi. Ini salahmu sendiri yang terlalu gegabah dan bodoh, sok berani sekali menerima tantangan pria itu padahal kemampuanmu sangatlah payah." Yuta mengejek Haechan dengan puas. Ia melemparkan senyuman remehnya pada si tengil, membuat sosok itu langsung terlihat bersungut dalam kejengkelan.

"Aku tidak payah, maksudnya tidak sepayah itu! Lihat saja nanti, aku pasti bisa men- mungkin setidaknya waktuku tidak akan terlalu beda jauh darinya, akan kupertipis jarak waktu kami nanti." Ucap Haechan dengan nada penuh percaya diri meski sebenarnya dalam hati minder setengah mati. Makanya dia jadi sungkan untuk berucap akan menang tadi.

"Mulutmu itu, sangat besar sekali, tahu. Hanya mampu berucap tapi belum tentu mampu mewujudkannya, dasar banyak omong kau." Ejek Yuta terakhir kali sebelum benar-benar melangkah dari dapur. Ia melangkah sambil bersenandung ringan, ia abaikan saja Haechan yang sejak tadi masih betah terus membalas ucapan darinya dengan berapi-api itu.

Bagi Yuta, celotehan dari Haechan tersebut cukup untuk membuat telinga miliknya jadi iritasi, bahkan sampai banjir darah karena saking nyaringnya suara yang dikeluarkan oleh anak itu. Jadi, desisi terbaik yang bisa dipilihnya saat ini tentu saja hanyalah mengabaikan anak itu secara sepenuhnya.

RED [MARKHYUCK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang