"Mas tahan sebentar, masih bisa jalan kan?"

Taeyong berinisiatif mengambil satu tangan Jaehyun untuk dikalungkan ke bahunya. Tubuh Jaehyun yang lebih tinggi dan besar agak menyulitkannya, tapi akhirnya ia berhasil memapah tubuh itu sambil berjalan perlahan.

"Jaemin, Jeno, minggir dulu, biar papah tidur disitu." Usir Taeyong pada dua bocah yang masih menduduki sofa. Meskipun bingung, Jaemin dan Jeno langsung menuruti perintah Taeyong.

Setelah Taeyong berhasil membaringkan Jaehyun di sofa, Jaemin bertanya. "Papah kenapa?"

"Papah sakit, sayang." Taeyong yang menjawab sambil melepaskan sepatu dan kaus kaki Jaehyun. Ia juga melepaskan dasi dan ikat pinggang yang masih melekat di pakaian Jaehyun.

"Jeno, Jaemin, bantu mamah ya, ambilin air anget dari dispenser pake baskom, trus ambil handuk bersih di rak sana. Hati-hati ya ambil airnya."  Kedua anak itu langsung mengikuti perintah Taeyong.

Taeyong memandangi Jaehyun yang masih setengah sadar. Matanya masih terbuka, tapi Jaehyun tidak memberikan reaksi apapun selain hembusan napas berat. "Kenapa bisa demam sih, mas?" Tanya Taeyong lembut selagi menyeka peluh di dahi Jaehyun. Panas menyapa kulitnya saat ia melakukan itu.

"Jangan bilang Ten..." Jaehyun berkata lirih. Hampir saja Taeyong mengira Jaehyun mengigau.

"Apa mas?"

"Mah, ini airnya." Jeno menyerahkan baskom kecil berisi air hangat. Lalu disusul Jaemin yang menyodorkan handuk bersih. "Pinter." Taeyong mengusak rambut keduanya bergantian.

Setelahnya, dengan telaten Taeyong mengompres dahi Jaehyun. Ia juga menyelimuti laki-laki itu agar tak menggigil kedinginan. "Mas kalo mulai ga enak badan harusnya bilang, biar ga terlanjuran kayak gini."

Kini Taeyong beranjak ke dapur, mengambil makan malam lengkap untuk Jaehyun dan menaruhnya di meja tak jauh dari sofa. "Mas belum makan kan? Makan ya?"

Jaehyun menggeleng. "Tenggorokanku ga enak."

"Ya tapi tetep harus masuk makanan mas, baru bisa minum obat. Kita punya obat penurun demam ga ya?" Taeyong beranjak lagi, kali ini menuju kotak P3K yang disimpan di lemari dekat dapur. Ia hanya menemukan strip kosong.

"Haaah..." Taeyong bergegas ke kamarnya, mengambil jaket serta dompet.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Jaehyun mencoba bangun. Taeyong bergerak membantunya.

"Ke apotek mas. Obatnya abis." Taeyong lalu beralih pada Jaemin dan Jeno yang sekarang asik menonton dari gadget milik Jaemin. Film horornya sudah Jaemin matikan tadi. "Jaemin, liatin papah ya. Kalo gamau makan cubit aja. Jeno juga bantu awasin. Mamah keluar sebentar."

Jaehyun menahan tangan Taeyong yang hendak pergi. "Gausah, Yong. Di luar masih hujan."

"Deket kok mas apoteknya."

Jaehyun masih keukeuh memegang tangan Taeyong. Sepertinya laki-laki itu mendapatkan tenaganya kembali.

"Mas...jangan kayak anak kecil, ah."

"Mas cuma butuh tidur aja."

"Iya, tapi sebelum tidur makan nasi sama obat dulu. Udah ah, nanti makin malem. Lepasin tangan aku, mas."

Jaehyun akhirnya melepas tangan Taeyong. Melihat Taeyong seperti ini, mengingatkannya pada Ten. Taeyong persis dengan sosok istrinya itu saat mengomelinya tadi.

"Hati-hati..."

.
.
.

Taeyong kembali 20 menit kemudian. Jaehyun terlihat sudah menghabiskan setengah makan malamnya.

In Between [JaeYong version]Where stories live. Discover now