"Begitukah?" Ten mengerucut setelah mendengar deheman dari Johnny. Johnny menundukkan wajahnya menatap wajah cemberut kekasihnya.

"Kenapa kau ingin sekali jika mereka bersama?" tanya Johnny, mengelus kepala Ten yang merebahkan kepalanya pada dada bidang Johnny.

"Saat aku bertemu dengan Lee Taeyong itu, aku melihat bahwa dia orang yang kesepian. Begitupun dengan Jaehyun, meski mereka tidak mengutarakan hal itu. Tapi tatapan mata mereka tidak bisa berbohong." Johnny hanya diam mendengarkan kekasihnya berbicara.

"Lee Taeyong yang kesepian dan ingin dimengerti. Jung Jaehyun yang ingin dimanja serta dirawat dengan baik. Kupikir mereka akan melengkapi satu sama lain." ucap Ten membuat Johnny tersenyum.

"Kenapa kau tidak kuliah jurusan Psikolog saja, hm?" Johnny terkekeh ketika merasakan dadanya ditepuk Ten kesal.

"Mereka cukup mudah untuk dibaca." ucap Ten.

"Memangnya kau berapa kali bertemu dengannya? Kau berteman dengannya?" tanya Johnny. Ten menggeleng pelan.

"Sekali saja. Tidak, kami tidak berteman. Kami hanya berpapasan secara tidak sengaja." ucap Ten membuat Johnny kembali diam.

Johnny membelai rambut Ten, "Kau memang orang yang pengertian. Aku dan Yuta bahkan terkadang tidak bisa menebak bagaimana suasana hati Jaehyun, dia terlalu pintar menutupinya."

"Itulah kenapa ada pepatah 'Mata adalah Jendela Hati.' Karena hal itulah, Jaehyun mungkin pintar menutupi perasaannya. Tapi dia tak bisa menutupi tatapan matanya yang seolah memiliki beban berat."

Ten meraba mata Johnny yang sedang memandangnya lekat. Lalu mengecup bibir pria tinggi itu, "Cobalah untuk lebih memahami sahabatmu sendiri. Tak perlu bertanya kenapa, kalian sudah lama berteman pasti bisa merasakan apa yang dirasakannya."

Johnny mengecup kepala pria cantik yang berada dipelukannya ini lalu mengangguk. Ten benar, tidak perduli berapa lama dirinya dan Yuta berteman dengan Jaehyun kalau tidak bisa memahami perasaan sahabatmu sendiri itu bukanlah persahabatan yang sebenarnya.

*****

Jaehyun keluar dari mobil yang dipinjamnya dari Yuta untuk mendatangi rumah Lee Taeyong tadi. Berjalan dengan santai, menikmati taman bunga yang dilewatinya. Ditangannya membawa dua buket bunga.

Langkahnya terhenti, ketika sudah sampai ditempat yang ditujunya. Jaehyun membersihkan daun-daun kering yang sedikit berhambur disana, lalu mendudukkan tubuhnya dirumput. Diantara dua makam orang tuanya. Benar, kedua orang tua Jaehyun telah tiada.

Jaehyun meletakkan bunganya pada masing-masing makam, mengusap kedua makam yang bersebelahan itu dengan tatapan sendu. "Eomma, Appa. Aku pulang." ucap Jaehyun berbicara sendirian. Angin berhembus membuat Jaehyun sedikit merasa rileks.

"Maafkan aku yang baru saja berkunjung setelah hampir 20 tahun." Jaehyun tersenyum tipis sembari mengelus makam Ibunya. "Aku memberanikan diri untuk pulang karena aku terlalu merindukan kalian berdua. Ternyata rasanya tidak buruk, setelah kembali sekian lama."

"Eomma, Appa. Aku berhasil melewati semuanya sendiri, aku berhasil tumbuh dengan baik, aku juga memiliki banyak uang sekarang. Tapi kenapa aku merasa aku kesepian?" Jaehyun menatap nanar kedepan, lalu menghela nafas pelan.

"Mungkin karena tidak ada kalian ya." Jaehyun terkekeh pelan, "Tapi tak apa, rasa kesepiannya sedikit berkurang karena aku memiliki Johnny dan Yuta." Jaehyun tersenyum tipis.

"Mereka selalu bertengkar kapanpun dan dimanapun." Jaehyun tertawa pelan. "Oh iya, Eomma. Aku bertemu dengan dia. Wajahnya sangat mirip dengan Eomma, aku sampai tertegun tadi."

My Bodyguard (JAEYONG) ✔️Where stories live. Discover now