#25

191 34 0
                                    

"gimana kak? Udah diangkat?" kak dhimas geleng.

Dia sama taki gue suruh nginep disini dulu, karena gue khawatir mereka bakal kenapa-napa kalo harus balik ke rumahnya.

"bangsat, kalo sampe mama kenapa-napa gue langsung bikin dia mati ditempat." Demi anything nih, gue sama kak agam langsung liat-liatan. Serem banget anjim.

"lo pada tidur duluan aja, gue disini, ga gue apa-apain ini rumah, tenang aja." Gue sama kak agam langsung balik ke kamar masing-masing.

Kalian penasaran ga kak dhimas kenapa? Nih.

Flashback ON

"yang tadi lo pencet-pencet di rumah gue, itu alat sadap suara le. Dia yang naro."

"lo ga mau kasih tau si dia siapa kak?" kak dhimas geleng doang.

"gue ga tau dia naro kapan dan untungnya lo liat, kalo ga dia denger lebih banyak."

"terus..."

"gue datengin gudangnya, gue hajar di depan gudangnya langsung. Dan yang lebih tai, dia langsung manggil suruhannya buat hajar gue. Makanya gue bonyok gini." Gue bertiga ngangguk-ngangguk doang dengerin cerita kak dhimas.

"tadinya gue mau bikin dia mati, gara-gara berani masuk rumah gue tanpa izin. Tapi dengan gampangnya dia bilang, kalo taki sama mama bisa dalem bahaya." Gue liat tangannya genggem kenceng banget.

"ini nih alesan gue ga bisa ceritain secara rinci ke kalian, dia ngancem mama sama adek gue, mana bisa gue biarin."

"tempat aman lo dimana?"

"gue ga tau yon, tapi yang pasti rumah gue ga aman sekarang."

"nginep disini dulu aja bang, gapapa kan le?" gue ngangguk.

"gue takut ale kenapa-napa kalo gue disini."

"gapapa kak, disini aja, kasian taki." Kak dhimas manggut doang.

Flashback OFF

Sekarang jam 3 pagi, gue kebangun karena pengen pipis. Gue iseng aja ngetuk kamar yang di tempatin kak dhimas sama taki.

"kenapa? Kok belom tidur?" kata dia pas liat gue didepan pintu kamar.

"kebangun abis pipis, mama udah ngangkat?"

"syukurnya udah, tadi mama bilang kalo lagi rapat, makanya hp ga dinyalain." Gue ngangguk-ngangguk doang.

"mau cerita ga kak? Kali aja ada yang ganjel." Kak dhimas ngangguk, gue disuruh masuk ke kamarnya, katanya dia ga mau ninggalin taki sedikit pun.

"jujur, gue capek banget ikutin mainnya dia, tapi gue ga bisa keluar dari lingkaran setan itu. Gue ga mau mama adek gue celaka le."

"gapapa, lo ga harus kasih tau dia siapa, tapi gue, dan yang lain pasti bakal ngebongkar busuknya dia."

"dan pastinya selamat semua." Tangan gue di genggam sama kak dhimas.

"janji sama gue le, gue, lo, dan yang lain harus bareng terus sampe akhir." Gue senyum doang sambil ngusap tangannya yang dingin banget.

"janji kak, kita selesaiin ini secepatnya ya." Abis edisi sedih-sedihan gue cabut ke kamar, karena kudu sekolah pagi ini.


























"bang, lo harus ati-ati, dia tau kalo lo ikut campur sama masalah ini."

Gue baru balik sekolah dan kita langsung adain rapat, ga lupa ngajak kak chris.

"seberapa bahaya dia emang?"

"8.5/10, lo harus ati-ati banget. Dia banyak kaki tangan. He might be look nice didepan orang banyak, tapi gue tau busuknya dia."

"apaan aja emang bang?"

"salah satunya-"

"sshhhhhtttt, jangan ada yang ngomong." Kata kak chris sambil raba-raba kolong meja.

Kita semua melongo pas kak chris ngangkat barang yang dia temuin di kolong meja.

"jake, iyan, lo tau ngelacak ginian ga?" mereka bedua geleng.

"le gue minta maaf banget, ini pasti gara-gara gue makanya dia malah naro penyadap suara disini."

"sejauh apa dia tau omongan ini." Kak chris bermonolog ria.

Tiba-tiba hpnya kak dhimas bunyi.

"bangsat!" kata kak dhimas yang udah selesai nerima telpon.

"mama gue kecelakaan di tol, kata polisi yang kabarin tadi, tabrak lari." Kak dhimas panik.

"dhim, lo gausah kemana-mana, biar tim gue yang kesana, lo disini aja jagain si taki." Gue langsung duduk deket kak dhimas sambil usepin punggungnya.

"gimana kak?"

"temen-temen gue kebetulan ada yang deket situ, mama lo udah dibawa ke rumah sakit terdekat, lo gausah panik." Kata kak chris sambil nepuk pundaknya kak dhimas.

"akhir pekan, lo semua ikut gue ke tkp. Kita cek cctv jalanan situ."

"taki gimana?" aww gue tuh yang nanya, baik kan sama adeknya orang.

"dhim, lo anterin ke bokapnya aja." Kata kak chris sambil mainan hp.

"ga! Gila kali lo? Yang ada adek gue makin celaka!" kita semua kaget gara-gara kak dhimas ngegas.

"hah? Kenapa?" jake kepo banget sih.

"g-ga gitu, b-bokap gue orangnya keras banget,  iya keras banget, gue ga mau taki kenapa-napa."

"ck elah, yaudah titipin ke mama gue aja. Disana ada adek gue yang seumuran taki." Kita ngangguk setuju sama sarannya kak chris.























"barangnya udah pada dimasukin ke mobil papa gue?" tanya kak chris ke jay.

"udah bang, disana udah ada tim bokap lo juga, jadi aman."

Pada akhirnya, kita yang anak SMA ga bisa ngelakuin ini sendiri. Kak chris bilang, kita bakal dibantu sama tim papanya. Tapi ga banyak, palingan Cuma nitip barang bukti doang.

Gue dan yang lain lagi siap-siap mau berangkat ke tkp dimana mamanya kak dhimas kecelakaan.

"kak bentar, sebelum jalan, coba deh cek rem, ban, dan lain-lain." Gue ngusulin buat cek semua sebelum terjadi apa-apa.

"chris? Itu mobil papa kamu pake ga beberapa minggu ini?" kita semua nengok ke om david.

"engga pa, kenapa?"

"ban mobilnya agak bocor kayaknya." Shit, untung aja gue sok ngide cek dan ricek dulu.

Kak chris nengok ke gue. Gue ngangguk sebagai tanda setuju. Padahal ga tau setuju kenapa.

"om, pake mobil papa aja gimana? Ada di garasi, mau rehan ambilin?"

"yaudah gapa-"

"pak, bapak naro ini ga dimobil?" kata salah satu crewmate om david.

"bang, gue nemu pelacak, punya lo bukan?" barusan yang teriak iyan.

Gue nengok ke kak chris, dia Cuma mengumpat dalam diam, serem banget liat dia marah gitu.

"semua, cek segala sudut yang ada di mobil gue. Pa, jangan lupa cek mobilnya om dipo." Kita semua bergerak cek semua sudut mobil, sampe ke mesin, ke ban, ke mana pun yang ga terpikirkan.

Dan bener aja, dimobilnya kak chris kita nemu pelacak sama penyadap suara. Udah gila emang yang naro.

"kalian hati-hati dijalan, kalo ada apa-apa langsung telpon om. Semuanya jangan ada yang lengah, harus peka, paham?" kita semua ngangguk dengerin instruksinya om david.

Setelah doa, kita semua jalan ke tujuan masing-masing.

𝓦𝓲𝓼𝓱 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓽 | Park SunghoonWo Geschichten leben. Entdecke jetzt