Chapter Eleven

Mulai dari awal
                                    

"Ya kan buat penyegaran. Siapa tau ada yang ganteng pas lagi makan." Silla mengangkat alisnya jenaka.

"Inget Sammy woyy...." Timpal Dhania sambil geleng-geleng kepala.

"Siapa Sammy?"

Nada penasaran itu membuat tiga pasang mata menoleh ke arah suara.

Dimitri berdiri tak jauh dari kubikal sambil mengantongi kedua tangan di saku celana. Mengangkat satu alis tanda bertanya.

"Sammy itu...."

"Mas Dimi udah dateng? Macet nggak tadi jalanannya?" Belum juga selesai kalimat Dhania, Silla buru-buru memotongnya. Dhania dan Agil saling lirik. Sedangkan Dimitri diam seribu bahasa.

Jengah dengan awkward moment ini, Dhania dan Agil akhirnya memutuskan untuk kembali ke kubikal masing-masing. Sesampainya, ternyata Mbak Sarah sudah datang dan terlihat sibuk di depan komputer.

"Pagi, Mbak." Sapa Dhania lalu duduk di kursinya.

"Pagi. Tumben kamu, Dhan empat hari ini nggak mepet lagi sampe kantor." Ledek Sarah sambil tersenyum tanpa mengalihkan matanya dari PC.

"Ish kok di tumbenin sih, Mbak? Dipuji gitu lho anak didiknya sekarang rajin gini."

"Hahaha... abisnya kamu bisa sepagi ini pasti bukan karna bis kaleng udah berubah jadi awan kinton kan?"

"Ya ampun Mbak, dikata aku manusia setengah monyet kali naek awan kinton." Dhania mendengus, "lagi ngerjain apa sih, Mbak kok masih pagi udah serius banget?"

"Ini tuh kerjaan beberapa hari kedepan yang mesti dikebut. Si Mister kan hari ini berangkat ke Bali, biar pas beliau disana kerjaan disini ga numpuk."

Dhania benar-benar lupa kalau hari ini adalah keberangkatan Mr. Dante ke Bali!

Sejak insiden terakhir kali bersama bosnya itu, Dhania belum pernah berinteraksi dengannya lagi. Sebab belakangan ini, Mr. Dante selalu berada di dalam ruangannya sepanjang hari. Walau kadang beberapa klien atau tamu bertemu dengannya untuk diskusi masalah pekerjaan. Sepertinya ia sibuk akhir-akhir ini.

Bukan Dhania tidak menyadarinya. Justru beberapa hari ini, ia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Terlepas dari berbagai perdebatan yang sering terjadi diantara mereka, tapi entah kenapa hatinya berdesir setiap kali interkom berbunyi dan suara bariton bosnya yang errr... seksi itu membahana. Degup jantungnya akan lebih cepat dari kerja otaknya.

Bahkan semalam, ia merindukan suara lelaki itu menyebutkan namanya!

Nama tengah yang selalu menjadi kesukaannya sejak kecil. Angelyn.

Which he always calls as Angel.

Nama yang tidak pernah ia suruh orang-orang gunakan untuk memanggilnya oleh karena satu alasan picisan.

Baginya, nama itu spesial. Jadi, ia hanya ingin orang yang benar-benar menganggapnya spesial yang memanggilnya seperti itu.

So, does it mean she's special to him?

Atau hanya kebetulan semata?

Belum lagi kalau tanpa sengaja ia merasakan tiupan angin dari balkon kamar menyentuh pipinya, ia pasti teringat lembutnya jemari Dante yang selalu berhasil melumpuhkannya.

It sounds creepy, isn't it?

Ditambah dengan ingatan di waktu lalu saat matanya bertumbuk dengan sepasang mata maskulin itu, sontak akan mampu membuat wajahnya memanas dan merona tak jelas seperti seorang ABG bau kencur!

Suatu hari ketika atasannya itu keluar ruangan untuk menuju ruang meeting, ada keinginan gila yang muncul dalam benak Dhania yaitu agar Dante menoleh padanya barang sedetik! Tapi yang terjadi sebaliknya, sang CEO hanya melangkah mantap tanpa sedikit pun menjatuhkan pandang ke arahnya sama sekali. Lebih gila lagi, rasa kecewa tiba-tiba menyeruak memenuhi hatinya. Setelah itu Dhania langsung lari ke toilet, membasuh wajahnya di wastafel untuk mengembalikan kewarasannya.

Trapped by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang