Autumn Dream

103 10 2
                                    

Hari ini aku terbangun dengan perasaan hampa lagi. Ya, sudah beberapa hari ke belakang ini perasaan hampa selalu menemaniku. Dan hari ini jadwalku seperti biasa, pergi ke halte bus.

Sekarang aku sudah berdiri tepat di sebrang halte bus. Aku memperhatikan keadaan sekitar halte bus.

"Sama seperti biasa,"

Entah mengapa, di dalam diriku seperti ada yang mengatakan bahwa di halte bus ini aku bisa menemukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa hampaku.

"Argh, sakit sekali."

Ya, bukannya menemukan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa hampa tetapi malah mendapat rasa sakit yang sangat menyiksa.

Saat aku akan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba kilauan kaca berhasil membuat mataku menyipit. Aku mencari sumber dari kilauan tadi.

Tepat di sebrangku ada seorang pria yang sedang duduk di halte bus. Tanpa sadar aku berjalan menghampirinya.

Aku memutuskan untuk duduk di sampingnya. Dan tapa sadar lagi aku memperhatikannya.

"Seperti tidak asing," ucapku.

"Ah, halo!" sapanya padaku.

DEG.
Kenapa. Kenapa aku merasakan aliran darah pada diriku?

"Halo." balasku.

"Sedang menunggu bus datang?" tanyanya.

"Tidak."

"Ah, sedang menunggu seseorang?" tanyanya lagi.

"Entahlah."

"Apa hari ini kau ada janji?" tanyanya tiba-tiba.

"Tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak, hanya ingin bertanya saja haha." tawanya seakan memiliki arti tersembunyi.

Hening.
Tidak ada percakapan setelahnya. Aku pun tidak tahu harus melakukan apa. Tapi sepertinya aku akan bertanya sesuatu,

"Apa kau selalu menunggu seseorang di halte ini?" tanyanya mendahuluiku.

"Kenapa kau tahu?"

"Karena aku pun sedang menunggu seseorang di sini untuk melunasi janjiku padanya." jelasnya dengan raut wajah yang sedih.

"Apa seseorang itu tidak kunjung datang?" tanyaku penasaran.

"Bagaimana jika kau menemaniku hari ini. Hanya untuk hari ini. Tolong." pria ini malah mengabaikan pertanyaanku.

Bagaimana bisa aku pergi dengan orang yang baru saja aku temui. Jelas aku tidak akan menerima tawarannya.

"Akhirnya kita sampai di Lotte World." ucap pria itu senang.

Ya benar, aku menerima tawarannya. Karena sebenarnya aku pun sangat ingin pergi ke sini.

Saat di perjalanan pun pria itu menjelaskan hal apa saja yang akan kami lakukan.

Yang pertama, menaiki beberapa wahana.
Yang kedua, makan eskrim.
Yang ketiga, mengambil beberapa foto.

Semuanya rencananya sama persis dengan apa yang ada di kepalaku sekarang.

"Aku ingin naik rollercoaster." ucapku padanya.

"Benarkah? Kau berani? Kau tidak akan menangis kan?" tanyanya dengan nada mengejekku.

"Hey, aku ini pemberani. Tidak pernah sekalipun aku menangis jika kau tahu." ucapku sombong.

Autumn Dream | N.FLYINGWhere stories live. Discover now