"Papa gak mau kamu ngecewain papa kaya tempo dulu, papa harap kamu bisa lebih baik lagi, seperti.."

"Pah," Nada mengingatkan Mama membuat Papa berhenti bicara, sedangkan Papa Zea hanya bisa menghela napas beratnya.

"Papa percaya Zea bisa," Papa menepuk pelan bahu Zea sebelum pergi.

"kami berangkat dulu ya sayang," ucap mama sambil mengecup singkat dahi anaknya.

Dan Zea hanya menghela nafas pasrah, seperti inilah beratnya menjadi anak tunggal dikeluarga kaya. Membosankan dan penuh tekanan!!!

***

Sebuah mobil mewah berjenis Bugatti Veyron Mansory Vivere terparkir rapi diparkiran, kini Zea dengan angkuhnya berjalan kearah gedung tempat dia menuntut ilmu, Zea banyak berpapasan dengan mahasiswi setingkat dengannya, banyak komentar negatif atau isu buruk mengenai dirinya, membuat telinganya sedikit berdengung, sangat memuakkan pikirnya karena harus berhadapan dengan manusia sosial yang sangat membosankan apa lagi pola pikir mereka yang terkesan klise dan pendek. Sesampainya dikelas dia langsung duduk dikursi miliknya, menyandarkan kepala ke meja dan menutup sebentar matanya, baru saja ia ingin beristirahat ada seseorang yang mengusik istirahat singkatnya itu.

"Hey cewek arogan, masih punya muka aja lo disini," ucap seseorang itu sinis, dia memerhatikan Zea secara mendetail seakan-akan Zea merupakan sampah dan bukan tandingannya.

"Serah Lo dah sel, gue capek ngeladenin lo," ucap Zea jenuh sambil memalingkan wajah dan menelusupkan lagi wajahnya ke meja

"Dasar Cewek aneh!" Orang yang bernama Marcelia itupun pergi sambil menghentakkan kakinya.

Sedikit kisah tentang Marcelia dia merupakan seorang anak konglomerat terkaya nomor 2 setelah perusahaan milik Papa Zea, dia anak terakhir dikeluarganya, maka dari itu sikap angkuh dan manjanya itu berasal dari asuhan yang salah dari kedua orang tuanya terutama sikap arogan keluarga Wibowo membuat keluarga itu terkenal dengan keangkuhan dan kesombongan mereka. Singkat cerita Marcelia ini selalu mengganggu dan sebisa mungkin untuk menyingkirkan Zea dari peringkat kecerdasannya di sekolah hingga sekarang, ya dia cantik, pintar dan juga kaya, tetapi dia tidak memiliki etitud yang bagus. Selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh Zea terutama kedekatan Zea dengan seorang laki-laki tampan dikampusnya, ya dia bernama Fahran Anggara Putra sejak lama Marcelia sudah mengincar laki-laki tersebut tapi ia tak pernah direspon olehnya, sayangnya Fahran hanya ingin dekat dengan Zea saja bahkan pernah dulu sewaktu semester awal kuliah Fahran dengan tegasnya menolak ajakan kencan dari Marcelia, sejak saat itu pula Marcelia mengibarkan bendera perang terhadap Zea karena baginya Zea hanya sebagai duri dijalannya menuju Fahran.

Kembali lagi kecerita.

Zea sudah merasa ingin terjun kemimpinya saat saja suara berat seseorang mendominasi pendengarannya.

"Ze.. Lo kebo banget dah ini sebentar lagi dosen masuk loh," Ucap Fahran sambil menggoyangkan bahu Zea pelan.

"Ya.. bentar lagi kok, suer mata gue ngantuk banget," jawab Zea malas.

"Lo bangun apa Burger ditangan gue bakal gue habisin?"  Seringaian nakal milik Farhan lenyap menjadi senyuman saat saja tangan Zea terulur untuk mengambil makanan tersebut. Gadis itu bangun dengan wajah lesunya sambil menyantap burger ditangannya.

"Lo sahabat terbaik gue!" Ucap Zea sambil tersenyum sambil mengacungkan jempolnya pada Fahran, tiba-tiba Fahran mendekati wajah Zea dan membisikkan sesuatu.

"Tumben lo gak tau malu? Biasanya image lo kan sombong, cuek, bodo amat ini Zea yang begitu mana ya?" Setelah mengucapkan hal itu Fahran menjauhkan wajahnya hingga bisa melihat muka masam Zea terhadapnya.

"Lo tau bodo amat? Gue lagi menerapkan sistem itu untuk saat ini, catet saat ini!!" Ucap Zea yang setelah itu langsung melahap lagi makanan ditangannya saat ini, Fahran yang melihatnya pun tertawa renyah karenanya.

***

Zea sudah selesai dengan segala tugas-tugasnya, tak lupa tugas barupun telah tiba, waktu begitu lambat berlalu pikirnya karena dia tidak konsen dengan pembelajarannya kali ini, sebab ada sebersit gambaran mengenai sosok pria tadi malam yang bertamu kerumahnya, ah sial untuk saja saat ini kelas sudah selesai jika tidak ia bisa terkena teguran akibat tidak konsen untuk belajar. Lagi-lagi Zea dikejutkan oleh tepukan seseorang dibahunya, siapa lagi kalau bukan Fahran.

"Ngapain sih lo bengong terus? Ada yang dipikirin?" Tanya Fahran sembari memberikan beberapa permen untuk Zea.

"Gak mikir apa-apa sih, lagian tugas begini mah gak ada apa-apanya untuk gue," Kini Zea berucap sombong sambil menaikkan kedua alisnya. Setelah itu mereka dua tertawa bersamaan. Suasana menjadi hening tatkala mata Zea berfokus pada satu titik. Fahran yang penasaranpun ikut melihat arah pandang yang Zea tatap.

"Sisil udah bukan temen lo lagi Ze, dia udah berubah gak kaya dulu lagi," Ucap Fahran sambil merangkul bahu Zea.

"Dan gue rasa, lo sekarang lebih banyak berubah dari yang dulu," ucapan Fahran itu membuat Zea menatapnya heran.

"Emang gue yang dulu kenapa?"

"Lo dulu, kaya tuan putri yang baru keluar kandang, sombong banget, mana juga bahasanya formal banget, bahkan pas awal kita kenalan, gue selalu berusaha buat beradaptasi dengan cara bicara lo,"

"Kenapa lo mau temenan sama gue Han?" Kini fokus Zea beralih pada Fahran

"Ya.. gimana ya gue suka aja gitu bergaul sama lo, karena lo aslinya  baik dan lo orangnya gak munafik," ucap Fahran dengan senyuman, yang tidak bisa Zea baca apa arti dari senyuman tersebut.

"Btw yuk kita pulang, gue mau ada meeting nih diperusahaan Bokap, lo juga kan? Jangan bilang lo lupa Han?!"

"Telat dikit gak apalah," Zea menggelangkan kepala sambil tertawa kecil olehnya.

Sesampainya diparkiran Zea berpisah dengan Fahran karena arah tujuan mereka berbeda. Namun ada hal lain yang membuat fokus Zea buyar.

"Ngapain dia disini?"

Bersambung...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M FINEWhere stories live. Discover now