Part 2

10 2 0
                                        

Pukul 06.30 WIB

Cahaya mentari kini menelusup dengan indahnya melalui sisi tirai jendela, tak berangsur lama dering alarm dari ponsel Zea terdengar menggema mengisi kesunyian yang tadi ia rasakan. Bunyi nyaring yang memekakan telinga itu membuat ia terbangun dari tidur lelapnya, lantas saja ia bangkit dengan sempoyongan dan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

1 jam kemudian ia baru selesai membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk kuliah, kemudian dengan malasnya ia menyusun beberapa buku tebal dan map kedalam tasnya, tidak lupa laptop dan flashdicks yang ia masukan kedalam tas lainnya, sambil menyusun semua itu ia sesekali menggerutu, bisa-bisa bahunya patah jika membawa beban berat seperti ini terus-menerus, sungguh sangat merepotkan membawa banyak barang seperti ini, serasa ingin bepergian jauh saja pikir Zea sembari membuang nafas berat.

Setelah turun ditangga terakhir Zea bisa melihat ayah dan ibunya yang tengah menikmati sarapan mereka, Bubur ayam yang begitu memikat membuat perut Zea keroncongan dan ingin lekas melahapnya, tentunya nafsu makan Zea akan meningkat drastis, mengingat bubur ayam merupakan makanan favoritnya sejak kecil, tapi jangan tanya apakah kedua orangnya tau, tidak mungkin mereka tau karena mereka sangat jarang berkumpul, ya seperti saat ini pun waktunya sangat langka untuk Zea rasakan. Mengingat orang tuanya sangat sibuk.

Ruang makan begitu sepi karena mereka semua menikmati sarapan mereka pagi ini, sedangkan Papa diam-diam melirik anak semata wayangnya sambil menyenggol pelan lengan sang istri. Mengerti dengan kode suaminya Dira ibu dari Zea membuka suara.

"Ze.." Dira memanggil Zea disela makannya. Zea yang merasa terpanggilpun langsung menatap sang mama.

"Ada apa ma?" Tanya Zea santai sambil menikmati sarapannya.

"Hmm.. gini loh, hari ini Mama sama Papa mau kejogja, biasa lah ada tugas kerja sma client, mama rasa kali ini kami akan lebih lama disana," ucap Dira sendu.

"Ya.. gak apa-apa ma, itu kan terserah Mama dan Papa lagian mana bisa Papa nolak ajakan client kan," Zea menjawab dengan nada biasa saja tidak ada unsur emosi didalamnya, walaupun orang tuanya selalu seperti itu Zea selalu berusaha untuk memaklumi meskipun ia merasakan sedih dan kecewa, sehari saja saat ia ingin merasakan berkumpul dengan keluarganya, malah ada-ada saja hal yang membuat ia marah, entah teman kerja yang berkunjung atau Mama atau Papa yang sibuk untuk menyiapkan berkas meeting selanjutnya. Membosankan bukan?

"Zea.. Papa mau bilang sesuatu," kini suara bariton tegas milik ayahnya seakan mengintrupsinya untuk sadar dari lamunannya.

"apa pa? Biasanya aja langsung ngomong," Zea tetap santai meski suasana ruangan diruangan ini mulai berubah.

"Papa minta nak Denis buat menjaga kamu selama kami tidak ada dirumah," Zea yang awalnya sibuk memakan sarapannya tiba-tiba tersedak saat mendengarkan ujaran sang Papa apa lagi dia membawa nama seorang Denis dipercakapan kali ini .

"Maksud Papa apa ya? Pa, dari dulukan Zea udah pernah bilang kan? Kalo Zea gak mau dikasih pengawal dan semacamnya!" Bentak Zea.

"Dan lagi, apa rencana papa dan mama? Kenapa si Denis itu tiba-tiba bisa terlihat lebih akrab dari rekan kerja papa lainnya? Zea curiga Papa dan Mama lagi merencanakan sesuatu dibelakang Zea," Zea memicingkan matanya, menatap Mama dan Papanya bergantian.

"Gak akan sayang, mana mungkin kami mau menyakiti anak semata wayang kami," ucap Mama sambil merangkul bahu Zea.

"Papa cuma minta nak Denis buat mantau kamu aja, gak lebih ya seperti mengevaluasi kamu, seberapa besar sudah keahlian kamu dalam bidang yang sudah papa tentuin, ingat sebentar lagi kamu bakal menggantikan papa diperusahaan," ucap Papa tegas dan penuh penekanan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'M FINEWhere stories live. Discover now