01

86 2 0
                                    


Sekarang laura, lebih tepatnya Gefe sedang mengobati luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya. Sebenarnya dia heran pemilik tubuh asli ini mati bunuh diri atau di bunuh orang. Karna banyaknya luka-luka yang kalau di pikir secara logika tidak mungkin laura yang membuatnya. Contohnya seperti luka goresan memanjang di pundaknya saat ini.

"Ini gimana cara ngobatinnya yang ada di pundak gue, gak nyampe" gefe berusaha mengobati luka di pundaknya dengan hati-hati.
Hampir sekujur tubuh laura penuh luka dan lebam. Gefe harus bersabar menahan rasa sakit nya saat ia mengobati nya

"Huhh selesai!! Tubuh gue remuk semua rasanya. BTW ini rumah apaan ya. Kotor banget tapi isi dalem nya lengkap, sampe ada kotak P3K nya lagi" ucap Gefe sambil menimang-nimang kotak p3k di tangannya

Ya...setelah sadar dirinya masuk ke raga orang lain, Gefe berusaha untuk melawan rasa sakit di badannya dan menyusuri rumah yang sekarang ia tempati. Rumah ini sebenarnya lumayan besar, dan berlantai dua. Perabotan di dalamnya juga cukup lengkap, meski sebagian penuh debu.

"Sekarang gue ngapain? Pulang? Tapi ini masih jam sekolah, niat mau istirahat yang ada malah di hajar gue pulang kerumah" monolog gefe merasa prihatin dengan laura, pemilik tubuh ini

"Tapi lo tenang aja di sana. Gue Gefe, gak bakalan biarin satu orang pun nyentuh kulit lo apalagi sampe nyakitin ni badan"ucap Gefe penuh tekad di hatinya

"Oke sekarang mending gue tidur, yang lain urusannya belakangan" ucapnya lagi dengan santai untuk membaringkan badannya di atas kasur queen size yang sekarang ia duduki.
Gefe lupa jika dirinya belum makan pagi ini, tapi karna perutnya tidak lapar jadi sepertinya itu bukan lah masalah.

*****

Kely berjalan menyusuri koridor menuju kantin sendirian, yah kali ini sendirian karna Laura, sahabatnya yang biasa selalu bersamanya tidak ada sekarang. Entah bagaimana kabar anak itu, Kely di buat khawatir olehnya karna sambungan telpon pagi tadi yang tiba-tiba terputus secara sepihak.

Laura selalu menerima kekerasan fisik maupun mental dari para keluarganya, itu yang membuat Kely sekarang sangat khawatir dengan keadaannya. Di tambah lagi beberapa hari ini laura sering berbicara ngelantur dan pernah membahas tentang bunuh diri. Tapi untuk yang itu seperti nya tidak mungkin, karna pagi tadi laura mengangkat panggilan telpon nya, yaaa walau dia belum sempat mendengar suara Laura. Pikirnya. Jadi ia rasa Laura pasti baik-baik saja, mungkin hari ini ia hanya ingin beristirahat untuk sementara.

Tanpa dia tahu saja, jika hal yang dia khawatirkan itu memang sudah terjadi.

"Bu, nasi goreng sama es teh nya satu ya!" ucap Kely kepada ibu-ibu penjual di kantin nya

"Iya neng,tunggu ya" sahut wanita paruh baya itu ramah

Kely hanya mengangguk lalu menyusuri kantin mencari bangku yang kosong, setelah mata cantiknya menemukan bangku yang masih kosong, Kely langsung melangkahkan kakinya menuju ke sana.

Sambil menunggu pesanan nya datang, Kely memainkan handphone nya dengan serius, tapi ketenangannya itu tidak bertahan lama setelah sebuah gebrakan keras mendarat di atas mejanya, membuat seisi kantin terlonjak kaget dan mulai memperhatikan kearah bangku Kely saat ini.

Kely tak terima dengan orang yang seenak jidatnya mengganggu ketenangannya

"Lo apa apaan!!???" tanya Kely sedikit berteriak sambil mengebrak meja dengan keras.

"Seharusnya gue yang nanya sama lo. Lo sembunyiin di mana tu sampah hah!!!?" muka Defan memerah seperti menahan amarah.

"Siapa yang lo maksud sampah?" tanya Kely bingung, wajahnya yang sebelumnya berekspresi marah kini menjadi penuh tanya

"Ck..pakek nanya, si sampah yang selalu nempel sama lo itu, siapa lagi hah!!" jawab Defan tak santai

Setelah sadar siapa yang di maksud 'sampah' oleh Defan rahang Kely seketika mengeras, ia sungguh tak suka jika mendengar kata itu di lebel kan kepada sahabatnya.

"Mulut lo yang sampah. Abang macam apa lo yang tega bilangin adek nya sendiri sampah?" Kely sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran keluarga laura yang satu ini.

"Adek? Lo pikir gue sudi ngakuin dia adek? Dia itu cuma sampah. Gak seharusnya dia lahir di keluarga gue. Dia itu cuma pembawa sial!!" lagi, kalimat yang membuat ulu hati Kely mencelus sakit mendengarnya, walaupun dia bukan Laura tapi entah kenapa hatinya sakit setiap kali keluarga Laura menghina Laura.

"Lo udah gak waras. Ingat Def penyesalan selalu dateng di akhir. Gue doain lo sama keluarga lo dapet ganjarannya. Tunggu aja, Tuhan gak pernah tidur" tanpa sadar air mata Kely menetes, dengan kasar ia menyeka air matanya dan segera pergi meninggalkan kantin. Ia sudah tak ada nafsu untuk makan, setelah mendengar semua kalimat Defan yang membuat hati nya sakit.

Sedangkan Defan, ia hanya biasa-biasa saja mendengar kalimat Kely, ia merasa sudah paling benar sehingga tak mengindahkan semua nasehat yang kely berikan selama ini.

Kaki Kely membawanya ke toilet. Kalimat Defan memang membuatnya sangat sakit hati, tapi ada satu hal yang mengganjal dari kalimat Defan tadi. Dia menanyakan keberadaan Laura? Jadi Laura tidak ada di rumahnya. Lalu dimana?
Hati Kely semakin gusar memikirkan hal itu, bagaimana jika sahabatnya itu dalam bahaya, bagaiman jika ia sedang membutuhkan pertolongan saat ini. Bagaimana jika ia sekarang sedang sakit?. Kely tidak akan memaafkan dirinya jika sampai terjadi sesuatu pada sahabat satu-satunya itu.

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang