Tuk! Tuk! Tuk!

Seketika Renjun bernafas lega saat mendapati beberapa ruas ranting tertiup angin mengetuk-ketuk kaca jendelanya. Jadi tadi itu hanya ranting huh?

"Tidak ada hantu, Renjun-ah, ini hanya baby Groot yang sudah dewasa," ucap Jaemin setelah ia puas tertawa.

"Ah, benar. Haha," Renjun tertawa garing untuk menutupi rasa malunya.

"Kau bisa tidur sekarang, tidak akan ada hantu di sini," ucap Jeno yang kemudian emnenteng kembali tongkat baseballnya bersiap untuk pergi.

"Benar, benar, tidak ada hantu," imbuh Jaemin.

Renjun masih tidak yakin bisa tidur setelah ini. Ia tidak akan nyaman tidur sendiri dengan suara ketukan-ketukan menyeramkan di jendelanya. Ya walaupun ia tahu itu hanya ranting tapi tetap saja.

"Uh, apa aku boleh tidur bersama kalian? Aku tidak berani tidur sendiri," ucap Renjun lirih. Jemari mungilnya bermain-main dengan ujung T-shirtnya. Sebenarnya ia malu mengatakan ini tapi ia benar-benar takut tidur sendiri.

"Boleh. Kau bisa tidur bersama Jeno di ranjangnya karena aku tidak bisa diam saat tidur," jawab Jaemin spontan yang mendapat sikuan dari Jeno. Tidur bersama Renjun di ranjang sempitnya tentu saja itu tawaran yang menggiurkan tapi Jeno tidak akan berani mengambilnya karena itu sangat berbahaya untuk Renjun. Ahem.

Renjun terdengar tidak keberatan dengan tawaran Jaemin jadi ia segera menatap Jeno untuk meminta izin,"Uh, Jeno-ya..."

"Jangan!"

"Huh?" Renjun tidak bisa menutupi kekecewaannya. Mau tidak mau sepertinya ia harus meminta tolong pada Chenle dan Jisung.

"Maksudku, biar aku saja yang menginap di sini. Aku akan tidur di ranjang Haechan, kau tidurlah di ranjangmu," terang Jeno yang membuat Renjun lega seketika. Yang jelas ia tidak akan tidur sendiri.

"Boohoo! Kau benar-benar membosankan Jeno-ya," ucap Jaemin kecewa sambil berjalan keluar dari kamar Renjun menuju kamarnya. Sekarang hanya tinggal Renjun dan Jeno.

"Kau yakin ingin tidur di ranjang Haechan. Kau bisa mengambil ranjang atas kalau kau mau Jeno-ya."

"Tidak, tidak, aku tidak masalah," ucap Jeno yang kemudian duduk di ranjang Haechan,"Rambutmu masih setengah basah, apa kau sedang mengeringkan rambutmu tadi?"

"Mhm. Aku mendengar suara itu saat mematikan hair dryer untuk mencari sisir," terang Renjun yang membuat Jeno terkekeh. Laki-laki mungil itu kembali berdiri di depan kaca yang tergantung di dinding dan mulai menyalakan kembali hair dryer-nya.

Jeno hanya mengamati Renjun dalam diam. Outfit tidur Renjun hari ini adalah oversized white tee yang panjangnya hampir mencapai setengah pahanya dan juga celana pendek yang tertelan T-shirtnya, membuat Renjun terlihat seperti hanya mengenakan T-shirt longgar tanpa apapun di bawahnya. Jeno menelan ludahnya. Ia berusaha memalingkan wajahnya, namun tidak lama matanya kembali mengamati Renjun. Kali ini tatapannya turun pada paha dan betisnya. Kaki Renjun sangat ramping dan bahkan kau tidak akan mendapati otot-otot menonjol seperti halnya kaki laki-laki pada umumnya. Jeno juga mempertanyakan keberadaan bulu kaki Renjun. Kaki Renjun pasti terasa lembut, seandainya ia bisa menyentuh sebentar saja.

Fuck.

Jeno merasa sedikit bersalah karena pikiran kotor kembali memenuhi kepalanya. This is completely uncalled for. Ya, ia menyukai Renjun dan ia masih sangat muda jadi wajar saja muncul pemikiran kotor seperti itu, tapi ia tidak ingin terlalu terpengaruh oleh nafsu saja. Ia harus belajar untuk mengendalikan diri dan pikirannya.

"Apa tema kita malam ini couple tee?" tanya Renjun sambil terkekeh, ia masih tetap dalam posisinya memunggungi Jeno dan hanya menatapnya dari pantulan cermin. Jeno mengenakan T-shirt putih tanpa lengan dari brand yang sama dengan T-shirt longgar yang dikenakan Renjun, untuk bawahannya ia juga mengenakan celana pendek tapi tidak sependek celana Renjun, celana yang dikenakan Jeno masih mencapai bagian atas lututnya.

A Little Like Fate || NoRenWhere stories live. Discover now