Orang seperti Jaehyun sejak awal memang tidak pantas menyia-nyiakan waktu untuk orang sepertinya.
.
.
.
Berminggu-minggu, Taeyong dan Jaehyun tidak berkabar. Jaehyun sudah berkali-kali menghubungi Taeyong di antara kesibukan kerjanya. Tapi usaha apapun yang dilakukannya diabaikan oleh Taeyong. Akhirnya Jaehyun nekat mendatangi rumah bibi Taeyong. Padahal sejak zaman pacaran dulu Jaehyun sudah diwanti-wanti oleh Taeyong agar tak datang ke rumah bibinya. Bibinya tak akan suka jika tahu ia punya pacar.
Berbekal ingatannya akan daerah rumah Taeyong dan bertanya sana-sini. Akhirnya Jaehyun menemukan rumah kumuh itu. Masih pantas disebut rumah. Tapi kondisinya jauh dari kata bagus.
Saat Jaehyun mengetuk pintu, Taeyong sendirilah yang membukakan pintu. Taeyong tampak pucat dan lemas, tidak seceria biasanya.
"Ada apa, mas?" tanya Taeyong dengan suntuk.
"Kamu sakit?"
"Nggak."
"Jangan bohong." Jaehyun segera menempelkan punggung tangannya ke dahi Taeyong. Panas. Taeyong segera menepis tangan Jaehyun.
"Aku ga sakit sampai harus ngemis-ngemis minta dijodohin, mas." Balas Taeyong sarkas. Jaehyun menghela napas, lalu meraih kedua tangan Taeyong.
"Taeyong, maafin mas. Mas emang salah ga ngomong dari awal, tapi biarin mas memperbaiki kesalahan mas. Kamu ikut mas sekarang ya? Mas mau ke pertemuan dengan keluarga Pak Lee. Kalau mas mau menolak perjodohan ini, sekarang waktunya. Ayo kamu ikut mas buat meyakinkan mereka." Jaehyun berbicara selembut mungkin. Berharap Taeyong mau mengerti dan menurutinya. Ini kesempatan terakhir mereka.
"Ga bisa, mas. Maaf. Aku udah punya pacar baru. Namanya Mingyu, dia kakak tingkat aku. Kalau mas ga percaya, dateng aja ke kampus dan tanya orangnya langsung."
Pernyataan Taeyong bagai petir di siang bolong bagi Jaehyun. Semudah itukah...?
Semudah itu Taeyong melupakannya dan menemukan kekasih baru. Apa sejak awal cinta Taeyong padanya memang tidak sedalam itu? Atau karena Taeyong memang masih muda dan ingin bersenang-senang dengan banyak laki-laki?
"Yong..."
"Daripada mas buang-buang waktu di sini mending mas segera datengin pertemuan keluarga itu. Ga enak mas, telat di depan calon mertua."
Taeyong masuk dan membanting pintu di depan wajah Jaehyun. Jaehyun masih terdiam selama beberapa saat. Ia menatap pintu lusuh yang tertutup di depannya. Ingin rasanya ia mendobrak pintu itu dan menarik paksa Taeyong dari dalamnya. Tapi kalau begitu, ia hanya akan semakin menyakiti Taeyong. Segala sesuatu yang dipaksakan, hasilnya tak pernah bagus.
"Taeyong... Mas emang ga bisa menjanjikan masa depan buat kamu. Tapi mas bisa menjanjikan perasaan mas buat kamu. Sampai kapan pun, kamu tetep punya tempat spesial di hati mas. Kalau kita memang berjodoh, di masa depan kita akan dipertemukan lagi. Sampai saat itu, mas akan jaga perasaan mas buat kamu. Kamu cinta pertama mas. Dan mas harap jadi cinta terakhir mas juga. Semoga kamu bahagia sama pacar baru kamu. Kalau kenapa-kenapa, jangan ragu buat hubungin mas. Makan yang banyak dan jangan sakit. Mas pergi ya?"
Tak ada jawaban. Jaehyun menghembuskan napas berat sebelum melangkah menjauhi rumah itu.
Bersamaan dengan kepergian Jaehyun, pergi juga kesempatan Taeyong untuk hidup bersama laki-laki pujaan hatinya. Taeyong masih di sana, di balik pintu, terduduk lemas bersandar pada benda persegi itu. Ia mendengar semua yang dikatakan Jaehyun. Ia mungkin akan menyesali keputusannya hari ini. Tapi kalau Jaehyun tak hidup bahagia saat bersamanya, ia akan lebih menyesal lagi.
.
.
.
Bulan demi bulan berlalu. Status Jaehyun kini telah berubah menjadi suami orang. Jaehyun masih belum bisa mencintai istrinya sepenuhnya. Ia malah kadang bersikap dingin. Karena menurutnya, orang itulah penyebab ia berpisah dengan Taeyong.
Tapi seiring berjalannya waktu Jaehyun tak tega jika terus bersikap ketus pada istri baik hati yang mencintainya dengan tulus. Perlahan-lahan ia mencoba membuka hati. Mencoba balas mencintai istrinya. Usahanya berjalan mulus karena rumah tangga mereka tak pernah ditimpa masalah. Sampai ia melihat Taeyong lagi.
Kini Taeyong lebih pucat dan kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Ia melihat laki-laki itu bekerja di sebuah kedai makanan dekat kampus. Mungkin part-time, karena setahunya Taeyong masih harus kuliah. Jaehyun ingin menghampiri, tapi Taeyong terlihat buru-buru ke belakang segera setelah selesai mengantarkan pesanan. Satu tangannya membekap mulutnya, sementara satu tangannya lagi memegang perutnya. Apa anak itu sakit lagi?
Bermenit-menit Jaehyun menunggu Taeyong di luar kedai, tapi tak terlihat tanda-tanda laki-laki itu akan muncul. Teleponnya berbunyi. Ada kabar bahwa istrinya kolaps. Dengan terpaksa Jaehyun pergi. Berharap ada kesempatan lain ia bisa bertemu Taeyong lagi.
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Hai, masih adakah yang menunggu kelanjutan cerita ini?
Jujur aja ini termasuk sepi dibanding cerita-ceritaku yang lain. Apakah masih layak lanjut? Atau aku udahin aja di part ini? Aku ga bakal unpublish cerita yg kupublish, tapi mungkin bakal discontinue kalo emang ga banyak lagi peminatnya.
Tolong komen ya untuk lanjut atau tidaknya.
BINABASA MO ANG
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)