프롤로그

26 2 0
                                        

"Seseorang telah datang, tetap tegar walau tak se-tegar dulu."

"Diamlah. Aku sedang mengobatimu."

Tangan kekar nan putih itu mencoba mengurangi tenaga agar kapas yang ia pegang tak menyakiti lutut gadis di depannya. Bibirnya mengerucut tatkala kesal pada teman di depannya yang seringkali ceroboh. Sebagai sentuhan akhir, ia sedikit menekan kapas yang penuh dengan obat merah.

"Yak, Jaemin-ah! Kau kira ini tidak sakit, huh?!"

"Ceroboh."

"Setidaknya aku tak sejahat dirimu."

"Berhentilah berbicara, Yura Lee. Kau membuang-buang tenaga."

"Terserah. Aku akan kembali ke kel--" Tepat sebelum kalimat itu selesai, tangan Jaemin menarik rambut kuncir kuda milik Yura, mengisyaratkan sang empunya untuk tidak pergi terlebih dahulu.

"Kau ingin lukamu infeksi? Aku akan mengambil plester. Duduklah."

Tarikan pada rambutnya membuat Yura kesal dan untuk kesekiam kalinya terpana. Entah mengapa, tubuhnya seperti tersengat listrik. Jantungnya berdetak lebih cepat, tak seperti biasanya. Sudah bisa ditebak kalau pipinya merah padam. Ia masih sangat bingung dengan dirinya sendiri. Sudah hampir 3 tahun berteman dengan sosok laki-laki di depannya ini, tapi Yura masih sering mengalami desiran hangat ketika mendapat perlakuan manis. Entahlah. Jangan bilang ia terjebak friendzone.

Lamunannya buyar saat Jaemin menepuk pelan luka pada lututnya, membuat gadis dengan kunciran kuda itu membelalakkan mata sembari memukul balik lengan laki-laki yang sangat mengganggunya.

"Jaemin-ssi!" Yang merasa terpanggil justru sibuk membereskan kotak P3K, tak menggubris perempuan yang kini siap meledak kapan saja.

"AYO KITA BERKELAHI DI ROOFTOP, AKU AKAN MENGHAJARMU!" Teriakan Lee Yura sukses membuat Jaemin menutup kedua telinganya. Ia masih bersyukur Yura tidak menghancurkan replika tubuh manusia di dekatnya. Jaemin juga segera mengecek apakah telinganya baik-baik saja.

"Tidak bisakah kau anggun seperti gadis pada umumnya. Kau terlalu bar-bar, Yura-ya," ujar Jaemin berusaha sabar.

"Huh. Menyebalkan. Diam. Aku akan pergi."

"Pergilah."

"Dia tidak pernah peka, ralat. Dia memang tidak pernah peka."

○○○

"Sepertinya kau mendapat nilai sempurna?"

"Bosan."

Dua manusia berjenis kelamin laki-laki itu tengah menuju rooftop sekolah, sejenak menyegarkan pikiran dari pelajaran membosankan siang ini. Laki-laki berpostur tegap, dengan rambut blonde itu terus memainkan bola basket. Kancing seragam yang telah terlepas, memperlihatkan kaos polos berwarna hitam.

"Jeno Lee. Kenapa tidak membolos saja? Aku rasa ini waktu yang tepat." Laki-laki yang dipanggil dengan panggilan "Jeno Lee" itu menoleh dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tidak, dulu Hwang. Dua jam lagi pelajaran kimia, aku harus mengikutinya." Jawaban Jeno membuat pemuda yang dipanggil "Hwang" itu berdecak.

"Ck, kau selalu memanggilku hanya setengah. Hwang Hyunjin. Hyunjin. Kau pikir hanya ada satu marga hwang di dunia?"

"Ya, tapi kurasa hanya ada satu hwang di sini ... ralat ada dua." Mata Lee Jeno memandang tepat ke belakang Hyunjin, ia tersenyum kecil.

"Minhyun-ah! Wah, lama tidak bertemu!" Teriakan Jeno sukses membuat Hyunjin kaget. Ia mendapati sosok laki-laki berbadan tegap, sedang menyunggingkan senyum dan bertos-ria dengan Jeno.

"Kau kembali?"

"Ck, Hwang Hyunjin. Apa kau tak ingin menyapa temanmu yang kembali dari pulau kapuk selama seminggu?"

"Kau sedang di-skors, bukan liburan Minhyun," balas Hyunjin malas.

"Ya, hidupku terlalu mulus. Aku ingin membuatnya berantakan sesekali. Uhm, kalian tidak masuk kelas?" tanya Minhyun heran.

Keduanya tak menggubris pertanyaan Minhyun. Jeno lebih memilih untuk sekadar men-dribble bola dengan rute zig zag, sedangkan Hyunjin fokus pada ponselnya. Kini Minhyun paham kenapa ia harus bersabar.

Tiga laki-laki di rooftop tadi adalah angkatan A48 GoldGen. Angkatan ini dikenal dengan visual setiap perwakilan jurusannya. Ya, walau bisa dibilang GoldGen adalah gudangnya visual, tetapi pemilik nama Jeno Lee kini menjadi calon pemilihan Duta Jurusan Bahasa. Visual no joke, begitupun dengan Hyunjin. Sayang, Hyunjin terkadang sangat menyebalkan hingga rasanya Minhyun ingin menceburkan dia ke Samudera Arktik.

"Di mana Jaemin? Dia tidak datang?" Pertanyaan Minhyun sukses membuat Jeno memberhentikan aktivitasnya, begitu juga dengan Hyunjin. Keduanya bertatapan cukup lama, hingga Jeno mulai bersuara.

"Mungkin masih menjaga malaikatnya."

"Yura Lee?"

"Tidak ada perempuan yang dekat pada Jaemin selain dia," timpal Hyunjin. Tersirat nada tidak suka pada kalimatnya. Minhyun hanya menanggapi dengan ber-oh-ria.

Mereka bertiga memilih diam dan tenggelam pada pikiran masing-masing. Ekspresi datar itu mencoba untuk dinetralkan. Mereka tak pernah sedingin ini sebelumnya.

"Bahkan aku masih belum tahu, balas budi seperti apa yang dilakukan Na Jamein pada gadis itu."


Diamku berarti memberikanmu waktu untuk sedikit bergerak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JaemiN-AWhere stories live. Discover now