Chapter 22

322 25 0
                                    

                                                         
Roderick melihatku latihan sendiri di studio, semula aku tak menyadari kedatangannya. Tadinya di ruangan ini penuh dengan para penari kemudian mereka satu persatu meninggalkan ruangan tersebut, entah karena masih ada pelajaran yang harus diikuti atau ada acara lain. Aku bersyukur saat ini Adrian tidak ada di tempat latihan. Kudengar kesibukannya sebagai penari solo sedang dikembangkan bersama sebuah grup di luar sekolah. Dan dia telah mengambil keputusan yang tepat, tanpa harus memikirkan kondisiku.

Beberapa gerakan peregangan dan gerakan keseimbangan memutar badan sering aku lakukan untuk meredakan kekakuan otot dan syaraf tertentu di bawah kulit punggung. Sebagian dasar gerakan ballet pun aku jalani sebagai bentuk kesiapan diri membuka lembaran baru. Aku kembali ke tahap awal.

Aku tersenyum senang melihat kedatangannya, entah berapa lama dia berdiri mematung dekat pintu. Jelasnya, aku sungguh mensyukuri kehadirannya.

Penuh misteri. Melampaui ruang dan waktu yang berputar.

Roderick telah berdiri di hadapanku saat tubuhku membungkuk menyentuh lantai. Pikiranku langsung melayang tak percaya penuh curiga, namun kupendam sendiri. Aku tak melihat atau mendengar langkah kakinya ketika dia berjalan ke arahku. Dan dilakukan dalam tempo yang cepat.

Aku terbelalak kaget malah hampir saja terjatuh jika Roderick tidak memegangi tanganku. “ Auw.. “ Kataku setengah berseru. “ bagaimana kau melakukannya ? “ tanyaku heran. Akhirnya aku bertanya juga.

“ Melakukan apa ? “ dia berbalik bertanya.

“ Kenapa kau selalu tiba-tiba muncul di depan mataku ? “

“ Aku berjalan. “

“ Ya…tapi, “ aku mengerti maksudnya, tentu saja dia berjalan bukan terbang tetapi tetap saja jika cara dia berjalan hanya membutuhkan beberapa detik saja langsung berdiri di depan mata, bukankah itu sangat mencurigakan.

“ Kau hanya tak tahu saja, kalau aku termasuk pelari cepat. “ Jawabnya lagi, entah sebuah penyangkalan atau benar apa adanya.

Aku menghela napas, tak ingin bertanya lagi. “ Ooh, begitu ya. “ Bola mataku berputar ke arah lain.

“ Sejujurnya aku suka melihatmu menari,” tuturnya jujur.

“ Benarkah ? “ tanyaku tak percaya.

“ Maksudku jika kau menari solo, “ ralatnya, nyengir.

Tentang yang satu itu aku mengerti perasaan Roderick. Jika aku berada di posisi sebaliknya pun aku akan sangat tidak menyukai pasangan dari kekasihku sendiri, memikirkan bagaimana dia menyentuh tubuhmu. Walaupun aku tahu tak semua pasangan penari akan berakhir di ranjang atau di pelaminan.

“ Aku tak keberatan jika kau menari lagi asalkan solo, “ tambah Roderick terus terang, “ tak tahan jika membayangkan bagaimana tubuhmu disentuh olehnya. “Senyumannya muram, kentara jelas kekesalan di wajahnya.

“ Tidakkah kau sedikit egois ? “

“ Ya, aku memang egois, posesif dan protektif… aku akan pertahankan sikapku yang menyebalkan ini supaya kau selalu dekat denganku. “ Ungkapnya terang-terangan.

Aku hampir tertawa lebar mendengar kejujurannya. “ Bagaimana jika kau menari saja denganku ?! “ jari jemariku meraih jemarinya, mengikat kuat dalam genggamanku. Mendorong lebih dekat tubuh ini padanya, melangkahkan kedua kaki ini menuju ke tengah ruang studio sehingga lebih leluasa bergerak, membentuk gerak tubuh berirama sederhana agar mudah diikuti oleh Roderick. Tampaknya Roderick sendiri tak keberatan menari denganku. Ballroom dance mungkin terdengar akrab ditelinganya, mengingat latar belakang keluarga yang dia miliki.

Hello My Dear Dark Lover #Book 1On viuen les histories. Descobreix ara