"A—apa aku juga bisa diperbaiki?" tanya Kaoru, suaranya bergetar. Matanya berkaca-kaca.

Riki tertegun sejenak, kemudian ia meraih obeng yang sekarang dengan mudahnya terlepas dari tangan Kaoru.

"Kau bukan barang."

Mereka berdua saling menatap. Dari kejauhan lirih terdengar suara denting piano mengalun. Wajah Kaoru yang tadinya tampak sedih dan tertekan, seketika berubah menjadi riang. Ia tersenyum. Ia berbalik, lalu dengan langkah yang sangat ringan ia berlari keluar kamar Riki. Riki tersenyum hangat menatap punggung gadis itu, kemudian ia menatap ke obeng yang sedang digenggam tangannya.

#

Riki mengetuk pintu ruang musik. Semenit kemudian, ia membuka pintu dan menjulurkan kepalanya dari balik pintu. Di dalam ruang musik, Abe sedang memainkan piano, jemarinya dengan lembut menekan tuts demi tuts piano, menghasilkan alunan melodi yang harmonis. Di dekat Abe ada sebuah sofa panjang berwarna merah. Biasanya Kaoru akan duduk di sana, dengan punggung yang tegak dan sikap duduk yang rapi, ia akan mendengarkan dengan saksama setiap lantunan melodi yang dimainkan Abe. Setiap kali pun, Kaoru akhirnya akan tertidur di sofa tersebut.

"Makan malam sudah siap," ujar Riki. Abe tidak menjawab. Ia menghentikan permainan pianonya, lalu menarik penutup tuts, berdiri, dan berjalan menuju pintu.

"Dia tidak akan datang lagi," ujar Abe ketika melewati Riki. Riki hanya terdiam sambil melihat ke sofa merah yang kosong.

#

Suara lonceng berdentang terdengar dari kejauhan. Suaranya menggaung kencang. Langit tampak dipenuhi awan gelap, menandakan tak lama lagi hujan deras akan turun menyirami bumi.

Riki menatap jam saku di tangannya. Pada akhirnya ia berhasil memperbaikinya. Ia tersenyum kecil.

["Ternyata memang bisa diperbaiki, ya?"]

Riki tertawa kecil. "Sudah aku katakan, kan? Kau tidak akan tahu sampai kau mencoba memperbaikinya."

["Hmph ... aku tahu itu, kok."]

Riki mendengus pelan.

["Boleh aku minta tolong menyampaikan sesuatu?"]

"Apa?"

["Tolong katakan padanya kalau aku sangat mencintainya, dan aku ingin dia bisa terus hidup meski tanpaku."]

Riki terdiam. Ia memegang jam di tangannya dengan erat. "Jam ini adalah tanda keinginanmu itu, kan?"

Bersamaan dengan berakhirnya denting lonceng, terdengar alunan musik yang dimainkan Abe dari ruang musik. Alunan yang selalu didengarkan oleh Kaoru setiap kali ia datang ke rumah itu.

#

When I open the window, everything stops and is the same as ever. 

The ashen sky, the dried trees, and you, are still in the continually-falling rain.

Now, my tears silently fall, following you. 

The memories, so beautiful, are shut away in my chest.

The interrupted love and the memories only overlap in the dreams I embrace. 

Like this, I love you, and you love me, but my wish won't come true until this rain stops.

Because it's all far too brilliant, I can't see anymore. 

I embrace you, and now, I just want to sleep. 

I want the time I lost. 

To return to my hands once more.

The light peeking between the rifts in the clouds illuminate your wet eyes. 

Your overflowing love penetrates my heart.

I want to lock away this eternity, 

where the tears we cry and even time itself is decorated in lovely flowers. Here in these memories my voice can't reach.

Gazing at you, I'm unable to move. 

Because I love you, it hurts that I can't touch you. 

If this is a dream, please don't let me wake. 

Give me the key to my memories.

Because it's all far too brilliant, I can't see anymore. 

I embrace you, and now, I just want to sleep. 

If this is a dream, then you'll never die. 

So that I can paint out an unchanging future,

I'll send to you this bouquet 

with all my gratitude and love. 

Thank you. I believe that, someday, 

we'll meet again, and I sing ...

I sing your love. 

I believe in you. 

I'll ... someday, 

I want your love.

#

["Aku paling suka masakannya Hirokazu! Masakan Hirokazu lezatnya paling nomor satu!"]

["Hei, ada buku yang menarik untuk kubaca?"]

["Kali ini aku pasti akan menang! Ayo, kita bertanding sekali lagi!"]

["Tolong mainkan musik itu sekali lagi."]

Dari belakang Riki, terulur lengan kurus, berwarna putih, dan hampir transparan, memeluk Riki dengan lembut. Kaoru menumpukan tubuhnya yang kecil ke punggung Riki, mendekapnya erat.

"Terima kasih ... dan, selamat tinggal ...." Bisik Kaoru. Dengan lembut, Riki menyentuh lengan Kaoru yang sedang memeluknya itu. Perlahan, lengan itu menghilang, bersama dengan sosok Kaoru.

Rikimenarik napas dalam seraya memperhatikan lagi jam saku di tangannya. Besok iaakan mengembalikan jam yang sudah diperbaikinya itu kepada pemiliknya. Ia jugaakan menyertakan kata-kata yang diharapkannya bisa mendorong semangat hidupsang pemilik jam setelah kepergian kekasihnya.

kaoru.Where stories live. Discover now