Chapter 7 - Over Power

Start from the beginning
                                    

"Ba- Bagaimana kalian melakukannya?" tanya Fisika tatkala Izar baru saja menyampirkan tas ransel hitam ke balik punggungnya.

"Anggap saja, gue dan Sagi adalah karakter over power dalam karya fiksi yang lo tulis." Izar memainkan kedua alis matanya pada Fisika dengan penuh percaya diri.

"Gila lo," desis Fisika. "Tapi keren juga sih. Jika lo berdua adalah tokoh utama yang OP. Berarti gue hanya jadi tokoh figuran biasa dong? Dih, gak adil mah ini. Dasar curang!"

Izar hanya senyam-senyum dengan wajah penuh kemenangan. Jenis senyum yang mengingatkan Fisika dengan kenangan nostalgia mereka waktu SMA.

"Sekarang sudah aman." Sagi mendadak menyela. Fisika, walau dari samping. Ia bisa memandang wajah Sagi dari dekat. Pria ini benar-benar sangat tinggi, tampan dan aura kesempurnaannya semakin meningkat saat ia menggunakan topi hitam saat melirik Fisika dari ekor matanya.

"Kenapa lo liat-liat gue?" sindir Sagi yang merasa kurang nyaman dengan tatapan Fisika seperti orang yang kehilangan arah.

"Lo ganteng," jawab Fisika. "Tipikal cowok fiksi paling sempurna yang gue lihat secara nyata. Lo ganteng, keren, punya sihir dan teknologi canggih. Ah, ya. Lo juga pintar fisika. Tapi sayang ....," Fisika menggantung kalimatnya dengan sengaja.

"Tapi apa?"

"Belum bisa ke gapai."

Izar terkikik mendengar kalimat Fisika. Karena tidak ingin didengar oleh Sagi. Izar sengaja menyembunyikan tawanya dengan suara batuk.

"Beneran, 'kan? Lo pasti udah punya cewek."

Sagi menarik tangannya dari genggaman Fisika. Hal tersebut mendadak membuat Fisika tersadar bahwa rupanya, sejak tadi ia dan Sagi masih saling berpegangan tangan.

"Ouh, maaf." Fisika mengaku salah. Ia buru-buru menundukkan pandangan. Izar mengamati perubahan sikap Fisika dan Sagi saling bergantian.

Ia sendiri juga baru menyadari hal tersebut. Jika seandainya Sagi tidak menarik tangannya, Izar pun bahkan tidak akan menyadari hal tersebut.

"Bagaimana dengan permata biru?" Fisika mendadak memecahkan keheningan dan kecanggungan di antara mereka. "Seberapa jauh kita sampai ke permata biru?"

"20 kilometer dari tempat ini. Lokasinya berada di sebuah bangunan sekolah." Sagi menjelaskan dengan seksama.

Entah mengapa, Fisika merasa ada yang ganjil dari penampilan Sagi. Jika Izar melakukan pemetaan dan scanning melalui kacamata canggihnya, bagaimana dengan Sagi?

Dia tidak menggunakan kacamata seperti Izar. Hanya topi hitam biasa yang menutupi seluruh rambutnya. Lalu mendadak, mata cokelat Fisika terbelalak.

"Di mata lo." Fisika menunjuk. "Apa lo menggunakan lensa mata yang memiliki fitur canggih seperti milik Izar?"

Karena dituduh demikian, Sagi hanya mengganguk kecil.

"Aneh?" tanyanya pada Fisika dan wanita itu hanya menggeleng.

"Gak kok, malah hebat. Benar seperti yang dibilang Izar. Lo berdua tipe karakter fiksi yang OP. Mendadak, gue jadi teringat soal anime dari negeri sakura yang dua karakternya lumayan OP. Gue gak terlalu mengikuti jalan ceritanya seperti anime Attack On Titan. Tapi kalau gak salah, karakternya tuh kuat banget. Cuma sayang, dia tuh botak."

Izar tahu apa yang dimaksud oleh Fisika. Tetapi, dia tidak berniat menjelaskan hal tersebut pada Sagi. Yang entah mengapa, dari raut wajahnya. Sagi terlihat sangat tersinggung.

"Bigbos," panggil Izar. "Apa kita akan bergerak sekarang? Atau tunggu gelap saja? Sebab, beberapa menit lagi, berita tentang kasus penyusup akan terdengar di seluruh dinding."

Dengan mata ink-nya, Sagi melirik ke arah Izar.

"Kita tunggu sampai malam saja, bergerak sekarang dengan penampilan kita bertiga akan terlihat mencurigakan."

Fisika tidak paham, mengapa Sagi mengatakan demikian. Namun, saat ia melirik ke arah ujung celah. Dia melihat orang-orang berlalu lalang dengan warna pakaian serba putih. Tentu saja, ini kontras dengan penampilan mereka yang memakai outif warna-warni.

___/_/_/_/_____
Tbc


Kuanta (End)Where stories live. Discover now