Lullaby

405 44 12
                                    

A/N : Iya aku tahu, akun ini harusnya khusus buat post cerita straight aja, tapi karena aku greget banget ffn ga bisa post audio, makanya aku re-post disini deh. Oh ya, slide yang aku publish buat versi mandolin, versi Harry bakal aku selipin di bawah.

***

Lullaby

Harry Potter by J.K. Rowling

This Story is Mine

Rating : T

Genre : Angst, Romance

Pairing : DraRry

WARNING : BXB, OOC, Drabble


***

Sesosok remaja laki-laki berambut pirang platina tengah duduk di tepi Danau Hitam. Sesekali, ia melirik ke kanan dan ke kiri, menunggu kehadiran seseorang. Tak lama kemudian, sesosok remaja laki-laki berambut hitam berantakan datang dengan senyuman di bibirnya. Ia mendudukkan diri di samping remaja berambut pirang itu.

"Hei, belum lama kan, Dray?" tanyanya.

Draco menggeleng pelan, ia kemudian tersenyum pada pemilik mata emerald yang menyilaukan itu.

"Tentu saja belum, Rry. Jadi bagaimana pemilihan Beater dan Chaser-nya? Lancar?"tanyanya sembari melingkarkan tangannya di pinggang Harry, menariknya mendekat.

Harry mengangguk pelan dengan wajah memerah malu. Draco terkekeh melihat aksi manis kekasihnya itu. Ia kemudian mengecup puncak kepala Harry, membuat wajahnya semakin memerah.

"K-kau sengaja ya?"tanyanya perlahan.

"Menurutmu?"tanya Draco balik.

Harry mempoutkan bibirnya, membuat Draco semakin gemas. Draco kemudian mengingat tujuan utamanya datang kemari. Ia mengambil tongkatnya, lalu memunculkan sebuah mandolin.

"Apa itu?"tanya Harry dengan wajah penasaran.

Draco menaikkan sebelah alisnya. "Kau tidak tahu? Ini alat musik muggle, Mandolin,"ucap Draco.

Harry menggeleng perlahan. Matanya menatap mandolin itu penasaran. Draco melepaskan rangkulannya, kemudian meraih mandolin itu. Sebuah senyuman tipis terulas di bibirnya.

"Aku berlatih diam-diam. Ini untuk hadiah ulang tahunmu,"ucapnya.

Harry mengerutkan keningnya, jelas bahwa ulang tahunnya sudah lewat, dan Draco juga sudah memberinya hadiah. Kenapa ia memberikan hadiah lagi? Dan yang membuat Harry sedikit terkejut adalah Draco berlatih bermain alat musik muggle. Untuk apa?

"Ulang tahunku kan sudah lewat. Dan lagi kau tidak perlu repot-repot berlatih hanya untuk hadiah ulang tahunku, kau selalu ada bersamaku saja sudah cukup,"ucap Harry.

Pandangan Draco sedikit sayu, ia sudah siap memainkan mandolin itu. Sebuah senyuman samar melengkung di bibir pucatnya.

"Siapa yang akan tahu apa yang nanti akan terjadi?"ucapnya perlahan.

Sebelum Harry sempat membalas, suara petikan mandolin telah terdengar. Alunan melodi merdu terdengar di kedua telinganya, mengalun lembut, tapi suara petikan itu seolah memancarkan kesedihan. Ia memejamkan kedua matanya untuk mendengar melodi tak berlirik itu.

Suara petikan berakhir. Draco tersenyum ketika melihat Harry jatuh tertidur di pundaknya. Ia menghilangkan mandolin itu, sebelum akhirnya mengecup pelan kening Harry.

"Selalu ingat padaku ya, Harry."

***

Seorang pria berambut hitam berantakan tersenyum lembut ketika melihat sepasang anak berambut merah bermain bersama. Anak perempuan yang terlihat lebih muda dengan jahilnya mengikat rambut anak lelaki yang lebih tua dengan pita-pita berbagai warna. Anak lelaki itu berusaha lari dari kejaran adiknya yang membawa pita-pita lain di tangannya.

Tiba-tiba, di tengah sesi kejar-kejaran, anak perempuan berambut merah itu terjatuh dan menangis keras. Sang kakak terlihat bingung ketika adiknya menangis, dan matanya pun mulai berkaca-kaca. Harry, pria berambut hitam itu, kemudian berusaha menenangkan keduanya.

"Shh.. jangan menangis lagi, Rose,"ucap Harry sambil meniup-niup lutut Rose yang terluka.

Tangannya meraih tongkat yang ia letakkan di balik lengan bajunya dan membaca mantera penyembuhan untuk menghilangkan luka di lutut Rose.

"Sudah tidak sakit lagi kan?"tanya Harry.

Tapi Rose belum berhenti menangis meski kepalanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Harry. Hugo, kakak Rose, kemudian seolah menjawab pertanyaan Harry.

"Bi-biasanya Mum menyanyikan lagu untuk Rose,"ucap Hugo dengan suara yang bergetar menahan tangis, ia ikut sedih saat adiknya menangis.

Harry sedikit kebingungan, ia tidak pandai menyanyi dan tidak tahu banyak lagu anak-anak yang bagus. Tak lama, ia mengingat sebuah lagu, lagu yang selalu tersimpan di hatinya.

"Uncle Harry tidak pandai bernyanyi, Rose, Hugo. Tapi semoga kalian menyukainya,"ucap Harry sembari mengelus puncak kepala kedua anak sahabatnya itu.

Ia menyenandungkan sebuah lagu tanpa lirik, sebuah lagu yang selalu mengingatkannya pada cintanya, sebelum ia pergi untuk selama-lamanya. Angin lembut tiba-tiba memasuki ruangan tempat mereka berada, berputar-putar mengelilingi mereka.

Matanya terpejam, mengingat kembali masa lalunya, masa-masa terindah di sela hidup kelamnya. Saat ia menemukan cahaya yang menariknya dari kesedihannya, yang pada akhirnya harus pergi meninggalkannya.

Ketika ia membuka kedua matanya, Rose dan Hugo sudah jatuh tertidur. Ia tersenyum melihat kedua anak itu, lalu membuka kacamatanya untuk mengelap butiran-butiran air mata yang tumpah begitu saja.

"Lagu yang bagus, Harry. Darimana kau mendengarnya?"tanya Hermione yang ternyata baru saja kembali dari dapur.

Harry tersenyum, sosok berambut pirang platina muncul di pikirannya.

"Dari dia,"ucap Harry dengan senyuman lembut yang masih setia menempel di bibirnya.

Hermione hanya diam. Ia tentu tahu siapa dia. Sosok yang tak ia sangka-sangka mengisi hati sahabatnya itu.

"Dia pasti senang melihatmu menyenandungkan lagu itu,"ucap Hermione pada akhirnya.

"Mungkin saja, 'Mione. Mungkin saja,"balas Harry.

Keduanya kembali terdiam sampai akhirnya Harry kemudian berbalik menghadap Hermione.

"Ayo bawa Hugo dan Rose masuk ke kamar. Kau tentu tidak mau kan, Ron menemukan kedua pahlawan kecilnya jatuh sakit?"

Hermione terkekeh pelan mendengar ucapan Harry.

End~

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Jul 30, 2021 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

LullabyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin