"Boleh kan, ma?"
"Iya, boleh sayang." Sekarang Taeyong membolehkan dulu, asal Jaemin tak lagi merajuk ingin ikut.
"Kalian kalo laper mau makan, minta tolong sama kakak cantik yang di luar ya, jangan ganggu papa kerja." Lirik Taeyong pada Jaehyun yang sedang kewalahan mempelajari dokumen kerja dengan klien baru.
"Oke ma." Jawab Jeno dan Jaemin kompak.
"Eeeh? Jaemin panggil tante apa tadi?"
"Ma. Boleh kan? Jaemin kan ga punya mama, punyanya bunda."
Taeyong tertawa menanggapi kepolosan Jaemin. "Iya boleh. Udah mama pergi dulu ya. Jangan nakal." Taeyong memberikan kecupan pada pipi Jeno dan Jaemin bergantian.
Diam-diam Jaehyun memperhatikan interaksi Taeyong dengan kedua anak kecil itu. Hatinya menghangat mengetahui Taeyong tetap bersikap lembut pada Jaemin meskipun anaknya itu suka merajuk.
"Benar-benar istri idaman. Bodoh banget laki-laki yang ngebuang kamu, Yong."
"...."
"Iya, aku yang bodoh."
.
.
.
Taeyong sedang mengupaskan buah yang dibawanya untuk Ten, saat tangan kurus pria itu menyentuh pahanya.
"Yong, kakak mau ngomong sebentar."
"Apa kak?" Taeyong meletakkan pisau dan buahnya demi fokus mendengar Ten.
"Kalau misal... Suatu hari kakak ga ada, kamu mau ya jagain Jaemin?"
"Kaaak... Maksudnya apa sih ngomong begitu?"
"Dari dulu jantung kakak lemah, Yong. Bahkan dari sebelum nikah sama Mas Jaehyun. Kakak gatau kapan jantung ini bakal berenti berdetak. Sebelum terlambat, kakak mau ngomong ini dulu sama kamu. Kakak percaya kamu bisa gantiin kakak di sisi Jaehyun dan Jaemin."
Taeyong menggeleng, lalu memalingkan wajah dari tatapan memohon Ten.
"Kamu ga mau ya? Maaf kalau kesannya kakak maksa-"
"Bukan gitu kak!"
Taeyong terbelalak, sadar kalau ia baru saja membentak Ten. Ia tak boleh begini, harus tahan emosi.
Taeyong turunkan intonasi suaranya.
"Aku yakin kakak bakal sembuh. Mas Jaehyun lagi berusaha nyari donor jantung yang cocok buat kakak. Tadi juga dokter bilang kondisi kakak membaik dengan cepat. Ajal ga ada yang tau kak. Aku yang sehat belum tentu berumur lebih panjang dari kakak yang sakit. Jadi... jangan ngomong begini lagi ya, kak?"
Ten tersenyum merasakan ketulusan Taeyong. Tak banyak orang tulus di zaman sekarang. Tapi Taeyong adalah salah satunya. Orang asing yang dikenalnya hanya dalam hitungan bulan, ternyata bisa begitu baik padanya melebihi saudara sendiri.
"Makasih ya, Yong..." Ten merentangkan tangannya demi memeluk Taeyong. Taeyong membalas dengan pelukan yang sama. Dua ibu muda itu saling berpelukan dalam haru.
.
.
.
"Balik juga kamu, pasti betah ya ngegosip sama Ten?"
"It's a mom's thing."
"Okay, I'm a dad anyway. I never understand."
"Anak-anak mana?"
Jaehyun mengedik ke arah sofa di mana dua malaikat kecil sedang tertidur.
"Mereka pasti capek... Udah dikasih makan belum?"
"Udah tadi, pesen fried chicken. Jeno abis tiga potong sendiri. Anak sama ibu makannya sama ya?" Goda Jaehyun merujuk pada kebiasaan makan Taeyong yang tak sedikit. Apalagi kalau menyangkut makanan manis.
"Biarin! Yang penting sehat!"
Jaehyun tertawa kecil. "Semoga Jaemin ketularan nafsu makannya Jeno deh. Biar ga mungil terus itu anak."
"Jaemin dulu lahir prematur ya, mas?"
"Iya, tau dari mana?"
"Tadi abis cerita-cerita sama kak Ten. Katanya kak Ten sempet sekarat pas ngelahirin Jaemin."
"Iya..." Jaehyun tersenyum miris mengingat masa-masa itu. "Ten itu emang orang paling keras kepala. Udah dibilang kehamilan buat orang kayak dia itu bahaya, tetep aja ngeyel pengen punya anak sendiri, hamil sendiri, bahkan sempet nekat mau lahiran normal juga."
"Wajar mas, istri mana yang ga mau punya anak sendiri dengan suaminya."
"Ya, ya, it's a mom's thing. Tapi mas sebagai suami juga khawatir, Yong. Aku ga tega ngeliat dia sering kambuh selama hamil. Kamu juga ngerasain sendiri kan? Banyak perubahan pada tubuh ibu hamil. Detak jantung suka ga teratur. Setiap mau tidur, tiap malam, aku takut. Takut Ten ga bangun lagi besok paginya. But yeah, he survive. Dia salah satu ibu terhebat yang berjuang ngelahirin anaknya meski nyawa sendiri taruhannya."
Taeyong ikut tersenyum miris. Mengingat masa-masa sulitnya dulu mengandung dan melahirkan Jeno di kamar kos seorang diri. Untung saja ia masih memiliki teman seperti YooA, sang calon bidan yang menjadikannya pasien pertama.
"Mas jadi ngehargain Ten banget sejak saat itu. Jaemin waktu lahir kecil dan lemah, tapi Ten yang ngeyakinin mas kalau Jaemin bakal bertahan dan tumbuh kayak anak normal lainnya. And there he is now. Jaemin sama berharganya kayak Ten buat mas."
Taeyong terdiam. Kini ia tahu sebesar apa arti Ten dan Jaemin untuk Jaehyun. Karena itu, harusnya sejak awal ia tidak menaruh sedikit pun harapan pada pria di depannya ini.
"Mas... Aku mau minta tolong sesuatu bisa?"
"Apa, Yong?"
"Mulai sekarang cuekin aku ya?"
"Hah?"
"Perhatian mas ke aku bikin aku kebawa perasaan lagi, mas. Kayak dulu. Apalagi karena sekarang kita tinggal serumah."
"Apa salahnya Yong berbagi perhatian?"
"Salah mas. Karena mas ga seharusnya bagi perhatian itu. Mas cukup perhatiin kak Ten sama Jaemin aja. Mereka orang-orang berharga untuk mas kan?"
"Yong, ga begitu. Kamu juga-"
"Cukup mas! Aku gatau kapan setan akan merasukiku dan bikin aku ngelakuin dosa sama mas. Aku juga manusia biasa. Aku bisa bikin salah kapanpun. Dan aku gamau keluarga mas yang jadi korban kesalahan aku."
"Yong..."
"Kita saling ngejauh ya, mas? Aku dan mas cuma rekan kerja biasa. Kita bukan mantan pacar satu sama lain lagi. Mas harus inget, kebersamaan kita dulu ga ada apa-apanya dibanding kebersamaan mas dengan keluarga mas yang sekarang. Aku juga berusaha lupain mas sepenuhnya. Bantu aku ya, mas?"
Jaehyun hanya diam mendengar permohonan Taeyong. Ia tahu sudah berkali-kali Taeyong meghindarinya, menolaknya dan sekarang bahkan terang-terangan mendorongnya menjauh. Tapi kenapa justru ia semakin ingin melakukan sebaliknya.
"Mas?"
Tanpa peringatan apapun Jaehyun menarik leher Taeyong. Membuat bibir mereka bertemu dalam sepersekian detik. Jaehyun melumat bibir yang pernah menjadi candu baginya dulu. Meski bibir itu mungkin sudah pernah dijamah laki-laki brengsek lainnya, rasanya masih sama. Lembut dan manis.
Taeyong berontak melepaskan diri dari Jaehyun, tapi tenaga pria itu nyatanya lebih besar. Ia hanya bisa pasrah. Apalagi saat tubuhnya menyukai perlakuan itu, mengkhianati akal sehatnya sendiri.
"Kak Ten, maafin aku..."
.
.
.
"Kita masih bisa bersama. Asal Ten ga tau, ga akan nyakitin perasaannya kan?"
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Part selanjutnya flashback masa lalu Jaeyong
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)