Taeyong otomatis melihat ke arah Jaehyun. Menceritakan kisah hidupnya sudah pasti akan menyinggung kisah hidup Jaehyun juga. Karena bagaimanapun, mereka sempat menjadi bagian dari masa lalu satu sama lain.
"Kami ga cerai dan dia juga belum meninggal." kata Taeyong tiba-tiba. Ia sendiri terkejut karena mulutnya bekerja lebih dulu dibanding akalnya. Tidak! Ia tidak boleh memulai ini.
"Sejak awal aku ga nikah sama ayah biologisnya Jeno." Taeyong masih menatap Jaehyun. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Laki-laki brengsek itu bahkan ga pantes disebut seorang ayah."
"Maksud kamu, Yong?" Tanya Ten hati-hati.
"Aku laki-laki kotor kak. Jalang. Yang udah dibohongi laki-laki bejat. Tapi masih aja kemakan bujuk rayunya." Tangis Taeyong pecah. Ia sudah membuka aibnya sendiri di depan Jaehyun dan Ten. Terserah mereka mau memandangnya bagaimana nanti.
"Yong, jangan gitu... Kakak tau kamu ga seburuk itu." Ten kini sudah berpindah duduk di sebelah Taeyong, ia merangkul yang lebih tinggi seraya mengusap-usap punggungnya.
Taeyong lalu lanjut menceritakan bagaimana ia dihamili oleh kekasihnya selama masa-masa kuliah. Disiksa hingga keguguran. Dihamili lagi, lalu disiksa lagi, hingga keguguran lagi. Entah apa yang merasuki Taeyong hingga ia tetap berada di sisi laki-laki brengsek itu. Uang? Tidak! Laki-laki itu bahkan yang sering meminta uang pada Taeyong. Cinta? Bisa jadi. Atau mungkin lebih pantas disebut rasa ketergantungan. Hubungan yang toxic.
Hingga akhirnya sebuah kenyataan menampar Taeyong untuk pertama kalinya. Saat ia sadar tengah hamil untuk yang ketiga kalinya, ia melihat sang kekasih sudah menemukan "rumah" baru untuk pulang. Ia sudah tak dianggap. Ia bahkan dijelek-jelekkan di depan selingkuhan sang kekasih. Hati Taeyong sakit, tidak ada rasa sakit yang lebih menyakitkan dibanding rasa sakit karena sebuah pengkhianatan.
Taeyong nekat kabur dengan membawa jabang bayi di perutnya. Berjuang bekerja seorang diri untuk memberi makan mulutnya dan si jabang bayi. Menabung sedikit demi sedikit untuk biaya melahirkan dan membesarkan anak. Keluarga kandung? Jangan tanya. Taeyong sudah lama tidak mengenal kata itu. Keluarganya saat ini hanyalah ia dan bayi yang dikandungnya. Tanpa ayah. Tanpa pendamping.
Hanya ia dan Jeno saja. Jeno anak"nya", bukan anak "mereka".
Taeyong mengakhiri ceritanya dengan masih sesengukan. Ten juga sudah menitikkan air mata. Sekarang ia tahu seberat itu kehidupan yang dijalani Taeyong. Setelah tahu semuanya, bukannya merasa jijik, ia malah merasakan afeksi yang semakin besar pada pria yang lebih muda ini. Ia berjanji akan membantu Taeyong mencapai kebahagiaan bagaimanapun caranya.
Sementara itu ada satu orang yang sudah menahan geram mati-matian. Kedua tangannya terkepal dengan erat hingga memunculkan urat-urat di tangannya.
Ia marah. Ia murka. Ia tidak bisa menggambarkan seberapa emosinya ia sekarang. Laki-laki brengsek yang sudah menodai dan menyakiti Taeyongnya, ia pastikan laki-laki itu akan mendapatkan balasannya. Berkali-kali lipat lebih buruk dari yang pernah Taeyong rasakan.
.
.
.
Setelah bercerita semalam, Taeyong tidak bisa tidur. Ia baru bisa tidur setelah lelah menangis. Meski begitu ia merasa lega karena ia sudah
mengadukan rasa sesaknya barang sedikit saja kepada orang lain.
Sekarang ada orang-orang yang mengerti rasa sakitnya dan berjanji akan membantunya, meskipun ia tak ingin menagih janji itu. Sudah diterima tanpa diusir saja ia sudah bersyukur.
Ten berlaku sangat baik padanya pagi ini. Ia tidak lagi ceramah atau mengomel tentang cara Taeyong mengasuh Jeno. Sekarang ia merasa tak enak kalau melakukan itu. Sudah pasti Taeyong lebih tahu apa yang terbaik untuk putranya.
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)