"Cari kontrakan yang murah dan deket sama kantor."
"Wah, agak susah itu. Mau saya-"
"Gausah Pak, saya bisa sendiri." Bahkan sebelum Jaehyun menawarkan bantuan Taeyong sudah menolak.
"Kalau panggil "pak" lagi saya bakal ngikutin kamu."
"Jangan, MAS."
"Haha, oke..."
.
.
.
Taeyong kembali ke rumah Jaehyun saat hari sudah malam. Ia yakin Jeno juga pasti sudah tidur. Ia meninggalkan anak itu seharian. Mungkin ia harus minta maaf nanti. Sekaligus bilang terima kasih pada Ten.
"Oh, nyampe juga kamu.." Jaehyun yang menyambutnya di ruang tamu.
"Anak-anak udah pada tidur pak-eh, Mas?" Taeyong sedang lelah, tak ingin berdebat soal panggilan lagi dengan Jaehyun.
"Itu Ten lagi ngelonin. Jaemin akhirnya mau tidur di kamarnya sendiri karena ada temennya. Bagus juga." Jaehyun memberikan senyum penuh arti. Taeyong paham, maksudnya Jaehyun kini bisa tidur berduaan saja dengan istrinya tanpa ada Jaemin di antara mereka.
"Yaudah, saya mau mandi dulu. Ini ada martabak... Buat kak Ten." Tambah Taeyong saat melihat Jaehyun sudah akan mencomotnya.
"Jahat lah kamu, Yong. Masa saya ga dibagi?"
....
Selesai mandi, Taeyong kembali ke ruang tamu. Ia ingin sedikit membicarakan perihal masa depan tempat tinggalnya.
"Sini Yong, martabaknya udah kakak sisain. Cepet, nanti keburu disikat mas Jaehyun."
Taeyong tertawa sambil bergumam. "Abisin aja kak, emang buat kalian."
Selain ada martabak di meja, Ten juga sudah menyediakan seteko teh dan 3 cangkir yang dua di antaranya sudah terisi.
"Ngeteh dulu kita, sambil ngobrol-ngobrol."
Ten paham sekali. Memang Taeyong ingin mengajak mereka mengobrol.
"Kak, Mas, saya udah nemu kontrakan yang sekiranya pas buat saya dan Jeno. Jadi mungkin saya bakal numpang di sini sampai weekend aja. Saya juga tinggal di situ sementara sampai kontrakan yang sebelumnya selesai direnovasi. Kalau saya bisa lakuin sesuatu buat balas kebaikan kalian, bilang aja. Tapi jujur kalau balas dengan materi saya ga mampu."
Ten dan Jaehyun saling bertatapan. Seperti mampu berkomunikasi lewat pikiran, mereka sepertinya sudah memutuskan akan meminta apa dari Taeyong.
"Gimana kalau balasnya dengan nganggep kita sebagai kakak kamu?"
Taeyong mengernyit bingung.
"Kamu mau tau ga? Belum pernah anak kami, Jaemin, nemu temen yang klop kayak Jeno. Jujur aja kami iri sama Jeno yang mandiri dan dewasa untuk umurnya. Jaemin itu anaknya manja dan cerewet, jadi kalo lagi sama Jeno yang dewasa dan agak pendiem tuh dia cocok. Kamu paham kan maksudnya?"
Taeyong mengangguk.
"Nah, gimana kalau hubungan keluarga kita dipererat kayak hubungan saudara gitu. Anggap aja kita kakak-adek, jadi Jaemin dan Jeno pun bisa dibilang sepupuan."
Taeyong mengerti maksud Ten, ia mungkin akan dengan senang hati mengiyakan tawaran itu. Toh apa susahnya menjadi saudara dekat. Tapi ia tidak yakin ia bisa. Tidak dengan Jaehyun ada di sini sebagai suami Ten.
Karena Taeyong diam saja, Ten menganggapnya sebagai tanda persetujuan.
"Nah, karena aku sekarang kakak kamu. Kamu mau cerita ga? Kakak mau denger cerita kamu, Yong. Kata mas Jaehyun kamu single parent. Suami kamu ke mana? Kalian cerai atau -maaf- dia udah meninggal?"
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)