"Pak, saya--"

"Bantu saya Aruna."
Aku bisa mendengar suaranya bergetar dan serak dibuatnya.

Masih dalam posisi tubuh menempel seperti ini, aku terbelenggu oleh keambinguan atmosfir disini.

"Pak--"

"Saya butuh kamu Aruna, untuk membuang dia dari pikiran saya."

Lagi, dia memintaku untuk menetap. Namun nyatanya, diapun nantinya yang akan memenjilat ludahnya sendiri.

"Saya, butuh kamu Aruna."

Jujur, jika tengah berada dalam keadaan ini aku lemah. Entah mengapa, meninggalkanya saat begini terasa begitu berat.

Katakanlah jika cinta itu sudah membuatku terpedaya. Walaupun aku sendiri belum yakin seratus persen, jika aku mencintainya begitu cepat.

"Baik, saya akan tetap tinggal."

Dan pada akhirnya, hati dan pikiran selalu tidak dapat berkoordinasi dengan baik. Tidak mau mengindahkan logika, ketika hati yang berbicara.

Karena kata hati selalu memberinya kuasa untuk memperbaiki diri. Sedangkan logika, selalu menyerukan untuk pergi jika hati tak kuat mengjadapi. Tapi untuk kali ini saja, aku akan membiarknya agar mau berubah. Membeinya kesempatan, tuk kesekian kalinya.

"Duh, yang baru ribut sama pacar."

Deg

Refleks, aku menoleh kearah datangnya suara tersebut. Suara familiar yang kuyakini berasal dari satu nama.

"Apa, kaget lo?" Ketusnya.

"Hm, mau kemana lo." Ujarku senormal mungkin.

"Sok sokan bo'ong lo, punya doi cogan gak bagi bagi."

"Apaan sih, memangnya barang dagangan apa? Pake dibagi-bagi segala!" Ketusku, sambil meraih handle pintu.

Doyyeng, yang sudah entah dari kapan menungguku langsung menerobos masuk begitu saja. Aku juga kaget melihatnya ada disini, padahal dia anti sekali saat kuajak berkunjung kesini.

"Kosan lo nyaman juga Na, tinggal sendirian 'kan lo?" Aku mengangguk kecil.

Dia terlihat antusias melihat lihat area kosan milikku.

"Spotnya ciamik nih kalau malam, gue nginep ya malam ini."

"A--apa?" Kagetku, yang langsung membuat dia menyerngit.

"Kenapa, lo mau ngusir gue?"

"Bukan gitu Doyy, kalau mau nginep ya silahkan. Gue cuma kaget aja, lo kan anti banget sama kosan gue yang katanya horor ini."

Dia mengedipkan bahunya acuh, sambil meletakkan tas yang di bawanya keatas tempat tidur kosong.

"Lagi pula, lo ngutang banyak penjelasan ke gue."

Tuh kan, ujung ujungnya dia mengintrogasi diriku. Duh Doyy, jangan mulai lagi deh.

"Jadi, dia pacar lo?" Celetuk sipemilik bibir merah yang tengah menguyah mie goreng tersebut.

"Maaf, gue ralat--maksudnya mantan Doyy." Ujarku, sambil menambahkan satu sendok bubuk cabe ke mie goreng di piring kami.

"Kriyukannya taburin lagi Na."

"Wokee, siap." Ujarku, sambil membuka bungkus bumbu mie tersebut.

Empat bungkus mie goreng seleraku, kini menjadi satu porsi dipiring besar milikku. Aku dan Doyyeng memang maniak makan, apalagi mie.

 Aku dan Doyyeng memang maniak makan, apalagi mie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now