Yasmin 2

3.9K 465 62
                                    

Jangan lupa simpan di reading list kamu ya.🥰😘😘

Selamat membaca.

Jaja dan Nanang sedang menikmati makan siangnya di kantin pabrik. Seperti biasa, Jaja hanya membawa lauk nasi dan ikan goreng, lalu dibaluri kecap, sedangkan Nanang bekal makan siangnya disiapkan oleh Nunung, pacarnya. Ada tumis kangkung dan ayam goreng.

Jaja melirik kotak bekal Nanang. "Enak bener dah ah, yang punya pacar. Dimasakin terus," goda Jaja sambil mencolek lengan Nanang.

"Makanya lu, Ja. Kalau cari calon istri, janda aja. Selain jago masak, pinter nyari duit, pasti pinter juga wik..wiik..wiikk...!"

"Lha, bunyi kasur gua itu." Jaja terbahak, begitu juga Nanang.

Huukk!
Huuk!

Jaja tersedak tulang ikan. Air matanya meleleh.

"Tulang...tulang...tolong!" susah payah Jaja meminta tolong pada Nanang, namun Nanang tidak paham juga. Ia berlari ke tenda penjual nasi campur.

"Mbak, tolong ... nasi...!"

"Pake lauk apa?"

"Gak...pake... lauk!" terputus-putus Jaja bicara pada pelayan warung.

"Nasinya aja?" tanya pelayan warung nasi tersebut. Jaja sudah tidak tahan menahan perih di lehernya.

"Iya...cee...paat."

"Tiga ribu apa lima ribu?"

"Seribu ajaa."

"Maaf ya, beli nasi kok seribu, sana makan nasi mentah!"

"Tolong...Mbak, saya kesel..."

"Eh, kok malah kamu yang kesel, harusnya saya yang kesal. Dasar orang aneh!"

"Kesellleekk...Mbak, tolong!" air mata Jaja sudah bercucuran, sambil memegang lehernya. Ya Allah tolong jangan cabut nyawa saya sekarang. Saya belom nikah ya Allah.

"Oh, kamu keselek. Bilang dong, dari tadi." Mbak pelayan warung nasi mencuci tangannya, lalu mengambil nasi hangat di dalam rice cooker,  kemudian ia taruh di piring kecil. Dia ambil sebagian lalu ia kepal-kepalkan.

"Nih, langsung telan jangan dikunyah!" titah si mba.

Jaja mengangguk, lalu menelan nasi hangat yang sudah dikepalkan. Susah payah ia menelannya, hingga seperti orang tersedak dan akan muntah. Alhamdulillah berhasil.

"Bisa?"

"Alhamdulillah bisa, Mbak. Terimakasih ya. Ini uangnya." Jaja mengusap lehernya lega, dari kantung celananya ia mengeluarkan uang koin seribuan dari dalam saku celananya, lalu diberikan pada si pelayan warung.

"Makanya, kalau lagi makan jangan bicara, apa lagi ketawa. Jadi tersedak, untung saya cepat paham. Kalau tidak, bisa-bisa masnya almarhum deh."

"Iya, Mbak. Terimakasih." Jaja berjalan kembali ke tempat duduknya bersama Nanang. "Apaan, orang udah mau mati nahan tulang, masih ditanya mau pake lauk apa? tiga ribu apa lima ribu?" cibir Jaja dalam hati. Ia kembali duduk di samping Nanang.

"Kenapa lu?"

"Gue ketulangan oon!" umpat Jaja kesal, sambil melempar tisu ke wajah Nanang.

"Oh, ketulangan. Sorry Ja, gue ga ngeh. Makanya sekali-kali lauknya daging ayam dong, atau ikan tuna gitu, yang tanpa tulang. Jangan ikan mulu. Ketulangan deh."

"Huuuhhh...gue juga mau kali lauk ayam, atau daging. Tapi duit gue kaga cukup, Nang. Kalau gue makan makanan keren gitu."

"Emang duit gaji lu pada ke mana sih? kismin bener. Pan gajian empat juta dua ratus kita."

Rich Widow (Sudah Tersedia E-book di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang