𝗨𝘀𝗮𝗵𝗮 𝗧𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗸𝘂𝗮𝗻

Start from the beginning
                                    

Jeje kemudian melangkah cepat keluar dari kamar itu dan bersembunyi di tangga darurat. Sementara itu, papa dan mama terbengong-bengong melihat luapan emosi Jeje. Sementara itu, Tristan tidak melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Gemalia. 

"Tante, om. Tristan tahu, ini bukan posisi Tristan buat bicara seperti sekarang. Tapi tante sama om harusnya bisa lebih menghargai keputusan Gemalia buat ambil jurusan yang dia tekuni sekarang. Gema berusaha keras supaya dapat pengakuan itu. Gema ga cuma tekun ngerjain setiap tugasnya. dia sampe rela cari kerja sampingan sepulang kuliah untuk bisa mendanai keperluan tugasnya tanpa minta om dan tante," Tristan pun ikut buka mulut.

Kedua orang tua Gema pun tak lama kemudian keluar dengan wajah yang menahan malu. semoga dengan kejadian ini, mata mereka terbuka lebar bahwa tidak selalu keinginan mereka yang harus dipaksakan. kadang, bakat kita bertolak belakang dengan keinginan atau cita-cita orang tua kita.

-----

Di balik tirai itu ada Naufal yang menghapus air matanya. Ia tak menyangka, dibalik sosok Gemalia yang selalu membawa warna baru di kos-kosan Pak Handi, ada sosok si bungsu yang selalu berusaha tapi tak pernah memperoleh pengakuan yang sepadan.

"Lo kenapa?" tanya Juna yang baru balik dari toilet.

"Ternyata gue salah paham, Jun. selama ini gua pikir dia cuma stress skripsi doang, ternyata semuanya lebih dari itu. gua baru sekali liat Bang Jeje semarah itu, Jun," jelas Naufal sembari beranjak ke ranjang Gema. Yang punya nama masih tersedu-sedu di dalam pelukan Tristan.

"Gue mau cek Kevin deh kalo gitu," Juna berjalan ke seberang yang tak tertutup tirai. Kevin juga sudah sadar. sudah ngobrol lagi dengan Sakala dan Anggara sembari berkutat dengan buku sketsa dan penggaris geometrisnya. 

"Gema," Naufal berjalan mendekat, matanya menatap nanar, mencari kedua manik mata kecokelatan milik sang empunya nama. "Maafin gue ya, gue nggak tau lu punya beban seberat ini," ungkapnya sembari meraih tangan Gema.

"Ga ada yang perlu dimaafin, Fal. Lu selalu support gue." Gema berucap ditengah sesenggukan tangisnya. 

"Kita ngga akan ninggalin lo, Gem," Naufal berujar sembari menggenggam erat tangan Gema.

"Ada Kakak juga, Gem," Tristan membelai lembut rambut sang puan di hadapannya.

"Loh, Jeje ke mana?" Sakala muncul dari balik tirai hijau khas rumah sakit.

"Tadi ke luar, kak. cuma kayaknya Kak je cari tempat persembunyian, buat tenangin diri dulu," kini tangisnya udah berhenti. makannya Gema bisa menjawab keberadaan Jeje pada Saka.

"Yaudah gue ke sana dulu ya? Tuh lu dicariin Kevin di ranjang seberang," Saka beranjak keluar dari ruangan itu.

"Aku mau ketemu Kevin," Pinta Gema.

"Pake kursi roda dulu aja, ya?' Tristan menawarkan.

"Kevin nyariin lu terus, Gem," Naufal membuka mulutnya.

Tristan sibuk memindahkan infus dan perintilan lainnya ke kursi roda sementara Naufal membantu Gema berpindah dari ranjangnya ke kursi roda. Padahal cuma mau ke ranjang seberang doang. 

Mereka berpindah ke ranjang seberang, tempat Kevin dirawat. Tristan mendorong kursi roda Gema diikuti Naufal di belakangnya. Perlahan, Gema berpindah ke ranjang tempat Kevin terduduk. Kevin yang menyadari kehadiran sahabat kecilnya kontan menyingkirkan mejanya dan bergerak maju, merengkuh tubuh sang puan ke dalam pelukan persahabatannya.

"It's okay, I'm okay," Gema membelai punggung Kevin. Yang punggungnya dibelai malah makin sesenggukan menangis. "I've wasted my tears for nothing. Kita selesaiin semua ini, cumlaude. itu sumpah gue," Gema berujar tanpa berhenti menenangkan Kevin. 

"Padahal, It's okay to be not okay," Anggara terkekeh.

"Apaan sih, Anggara. Ga lucu," kali ini Naufal memutar bola matanya tanda kalau dia udah bener-bener lelah menanggapi guyonan jayusnya Anggara.

"Lo berdua sembuh dulu aja, skripsi bisa nunggu," Kali ini Sergio muncul dari balik tirai dengan jas praktek dan seragam jaga malamnya. 

"Emang mereka kenapa?" tanya Tristan.

"Gejala awal GERD. means, lu berdua ga boleh minum kopi lebih dari segelas mulai dari setelah keluar dari rumah sakit," Sergio mulai mewanti-wanti kedua orang yang tengah saling menenangkan itu.

"Tugas kita ngingetin mereka," Tristan menimpali. 

"Nggak boleh begadang. jangan merusak tubuh lo," Sergio melanjutkan.

"Yes, mom!" Gema mengacungkan jempolnya sembari memamerkan deretan gigi putih nya. "Soal kehebohan barusan lupain aja. anggap aja Kak Je tetep Kak Je yang soft," bisik Gema pada teman-temannya itu.

"Lah emang gue ketinggalan apa?" tanya Sergio bingung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah gitu lah," Arjuna membalas sekenanya.

.

.

.

------- Bersambung

𝙂𝙚𝙢𝙖 | 𝙠. 𝙮𝙝. [𝙏𝙧𝙞𝙨𝙩𝙖𝙣 𝙇𝙖𝙯𝙪𝙖𝙧𝙙𝙞]Where stories live. Discover now